Jaminan Rezeki

Bukankah rezeki itu sudah kehendak Allah? Benar, tapi apakah Allah tidak mengisyartkan siapa saja yang dikehendaki-Nya untuk diberikan rezeki? Simak konsultasi berikut!

Da'i Ambassador

Assalamu'alaikum Wr Wb.

Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk bersilaturahmi dan berkonsultasi. Semoga Pak Ustaz dan tim diberikan keberkahan dan limpahan pahala dari Allah SWT.

Begini, pak Ustaz.. 

Bukan bermaksud untuk tidak bersyukur kepada Allah. Sudah berapa lama ini saya merasakan rezeki yang cukup sempit, berbeda dengan waktu-waktu sebelumnya. Tidak sedikit teman yang menyarankan saya untuk membaca berbagai macam bacaan dan amalan,  namun yang saya rasakan tidak ada perkembangan yang signifikan.

Melalui konsultasi ini, saya mohon arahan atau setidaknya pencerahan bagi saya agar Allah memudahkan dan memperluas rezeki saya.

Demikian dan terima kasih yang tak terhingga.

Wassalam.

Jawaban:

Wa'alaikumussalam Wr Wb.

Pada dasarnya, rezeki itu memang hak Allah. Dia memberikan rezeki kepada orang yang dikehendaki, bahkan dengan kadar yang tak terhingga. Firman Allah:

وَٱللَّهُ يَرْزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ.

“Dan Allah memberi rezeki kepada siapa saja yang Dia kehendaki tanpa batas.” (Q.S. An-Nur: 38).

Selain tanpa batas dalam hal memberi rezeki, Allah juga menyempitkan rezeki kepada orang yang dikehendaki. Firman Allah:

ٱللَّهُ يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ وَيَقْدِرُ لَهُۥٓ إِنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ.

“Allah melapangkan rezeki bagi orang yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang membatasi baginya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S Al-Ankabut: 62).

Mengenai ayat ini, Ibnu Jarir menafsirkan:

الله يوسع من رزقه لمن يشاء من خلقه، ويضيق فيُقتِّر لمن يشاء منهم، يقول: فأرزاقكم وقسمتها بينكم أيها الناس بيدي، دون كل أحد سواي، أبسط لمن شئت منها، وأقتر على من شئت، فلا يخلفنكم عن الهجرة وجهاد عدوّكم خوف العيلة ( إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ ) يقول: إن الله عليم بمصالحكم، ومن لا يصلُح له إلا البسط في الرزق، ومن لا يصلح له إلا التقتير عليه، وهو عالم بذلك.[1]

"Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki di antara makhluk-Nya, dan menyempitkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki di antara mereka. Dia berfirman: 'Rezeki kalian dan pembagiannya di antara kalian, wahai manusia, ada di tangan-Ku, bukan di tangan siapa pun selain-Ku. Aku melapangkan bagi siapa yang Aku kehendaki dan menyempitkan bagi siapa yang Aku kehendaki.' Maka janganlah kalian terhalang dari hijrah dan berjihad melawan musuh kalian karena takut miskin. (Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu).' Dia berfirman: 'Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang terbaik bagi kalian, siapa yang seharusnya diberikan kelapangan rezeki, dan siapa yang seharusnya disempitkan rezekinya, karena Dia Maha Mengetahui hal itu.'"

Dengan begitu, tentu kita tidak mengetahui, apakah kita termasuk hamba yang Allah kehendaki untuk diluaskan atau disempitkan rezekinya. Namun, kita tidak dilarang untuk berdoa atau berupaya agar kita termasuk diantara golongan hamba yang Allah luaskan rezekinya bukan? Lalu bagaimana cara kita agar Allah berkehendak demikian? 

Ada beberapa ayat Al-Qur’an yang menegaskan bahwa Allah menjamin rezeki kepada hamba-hamba-Nya, diantaranya:

1.   Senantiasa bertakwa dan bertawakkal kepada Allah SWT. Firman Allah:

 

.... وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا ﴿٢﴾ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا ﴿٣﴾


(2)…. “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, (3). dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (Q.S. At-Tahalaq: 2-3).

2.   Keluarga yang senantiasa mendirikan shalat. Firman Allah:

 

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًا نَّحْنُ نَرْزُقُكَ وَٱلْعَٰقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ ﴿١٣٢﴾

“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.” (Q.S. Toha: 132).

3.   Senantiasa Beristigfar. Firman Allah SWT:


فَقُلْتُ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًا ﴿١٠﴾ يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا ﴿١١﴾  وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَٰلٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّٰتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَٰرًا ﴿١٢﴾

“(10). maka aku berkata (kepada mereka), "Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun, (11). niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, (12). dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu." (Q.S. Nuh: 10-12).

4.   Senantiasa berinfak di jalan Allah. Firman Allah:

 

قُلْ إِنَّ رَبِّى يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ وَيَقْدِرُ لَهُۥ وَمَآ أَنفَقْتُم مِّن شَىْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُۥ وَهُوَ خَيْرُ ٱلرَّٰزِقِينَ ﴿٣٩﴾

 

“Katakanlah, "Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya." Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik.” (Q.S. Saba’: 39).

 

5.   Berikhtiyar maksimal secara nyata. 

Ingatlah kisah Maryam AS ketika dalam kondisi sangat payah saat melahirkan, Allah memerintahkan agar beliau menggoyangkan pohon kurma, padahal saat itu pohon kurma dalam keadaan kering dan tak berbuah. Tapi nyatanya, dengan menggoyangkan pohon tersebut, Allah memberikannya buah dan jatuh di hadapan Maryam setelah digoyangkan.  Firman Allah SWT:

 

وَهُزِّىٓ إِلَيْكِ بِجِذْعِ ٱلنَّخْلَةِ تُسَٰقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا.

“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (Q.S. Maryam: 25).

 

Mengenai ayat ini, Al-Qurthubi menafsirkan:

 

الثانية : استدل بعض الناس من هذه الآية على أن الرزق وإن كان محتوما ؛ فإن الله تعالى قد وكل ابن آدم إلى سعي ما فيه ؛ لأنه أمر مريم بهز النخلة لترى آية ، وكانت الآية تكون بألا تهتز.


الثالثة : الأمر بتكليف الكسب في الرزق سنة الله تعالى في عباده ، وأن ذلك لا يقدح في التوكل ، خلافا لما تقوله جهال المتزهدة ؛ وقد تقدم هذا المعنى والخلاف فيه . وقد كانت قبل ذلك يأتيها رزقها من غير تكسب كما قال : كلما دخل عليها زكريا المحراب وجد عندها رزقا الآية . فلما ولدت أمرت بهز الجذع . قال علماؤنا : لما كان قلبها فارغا فرغ الله جارحتها عن النصب ، فلما ولدت عيسى وتعلق قلبها بحبه ، واشتغل سرها بحديثه وأمره ، وكلها إلى كسبها ، وردها إلى العادة بالتعلق بالأسباب في عباده . وحكى الطبري عن ابن زيد أن عيسى - عليه السلام - قال لها : لا تحزني ؛ فقالت له : وكيف لا أحزن وأنت معي ؟ ! لا ذات زوج ولا مملوكة ! أي شيء عذري عند الناس ؟ ! يا ليتني مت قبل هذا وكنت نسيا منسيا فقال لها عيسى : أنا أكفيك الكلام .[2] 

“Kedua:  Sebagian orang berpendapat bahwa dari ayat ini, meskipun rezeki telah ditentukan, Allah tetap memerintahkan manusia untuk berusaha karena Allah memerintahkan Maryam untuk menggoyang pohon kurma agar dia bisa melihat tanda kebesaran Allah. Padahal, tanda tersebut sebenarnya bisa terjadi tanpa menggoyangkan pohon tersebut.

 

Ketiga: Perintah untuk berusaha mencari rezeki adalah sunatullah bagi hamba-hamba-Nya, dan tentunya hal ini tidak bertentangan dengan tawakal. Hal ini tentunya berseberangan  dengan pandangan sebagian orang yang jahil dan terpengaruh oleh pemahaman zuhud yang salah. Sebelumnya, Maryam menerima rezekinya tanpa perlu berusaha, seperti yang disebutkan dalam ayat: “Setiap kali Zakariya masuk ke mihrabnya, ia menemukan rezeki di sana.” Namun, ketika ia melahirkan, ia diperintahkan untuk menggoyang batang pohon kurma. Para ulama mengatakan bahwa pada awalnya, hati Maryam kosong dari kekhawatiran, sehingga Allah membuat tubuhnya tidak merasa lelah. Namun, setelah kelahiran Isa, hatinya terikat dengan cinta pada anaknya, sehingga hatinya terganggu oleh urusannya. Oleh karena itu, Allah memerintahkan Maryam untuk berusaha mencari rezeki, sesuai dengan kebiasaan dan hukum-Nya dalam kehidupan hamba-Nya.

 

Dalam riwayat yang disampaikan oleh al-Tabari dari Ibn Zayd, disebutkan bahwa Isa (as) berkata kepada Maryam: "Jangan bersedih." Maryam menjawab, "Bagaimana aku tidak bersedih, padahal engkau bersamaku? Aku tidak memiliki suami dan tidak pula budak! Apa alasan dan pembelaanku di hadapan orang-orang? Alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini, dan menjadi seseorang yang terlupakan!" Isa (as) menjawab: "Aku akan cukupkan engkau dengan kata-kata."

 

Demikian dan semoga bermanfaat.

 

Wallahu A’lam.

Foto : Freepik

----------


[1]  http://quran.ksu.edu.sa/tafseer/tabary/sura29-aya62.html, dikases 17 September 2025.

[2] Al-Qurthubi, Muhammad Ibn Ahmad Al-Anshari, Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an, Riyadh, Dar Alam Al-Kutub, 1423 H/2003 M, Juz 11, Hal. 95.

Bagikan Konten Melalui :