Ciri-ciri Orang Bertakwa
Apa ciri-ciri orang bertakwa selain yang disebutkan di dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 3-4? Simak konsultasi berikut!
Assalamu'alaikum wr wb.
Semoga Ustaz dan tim selalu mendapat keberkahan dari Allah.
Begini, Pak Ustaz. Saya termasuk orang yang belum lama bertobat dengan sungguh-sungguh. Jika bukan karena hidayah dari Allah, sudah pasti saya sampai saat ini masih berada dalam dunia kelam sekelam-kelamnya. Dunia yang kotor sekotor-kotornya. Puluhan tahun sudah saya malang melintang di dunia yang telah saya sebutkan tadi.
Setelah bertobat, tentunya saya ingin memperbaiki diri sebaik mungkin dan tentunya pula saya ingin menjadi orang yang bertakwa.
Sebagaimana yang saya pahami dari berbagai guru, ciri-ciri orang bertakwa terdapat di surat Al-Baqarah ayat 3-4 yang maknanya kurang lebih sebagai berikut:
- Beriman kepada yang gaib, yaitu Allah, para malaikat dan juga percaya akan adanya jin.
- Senantiasa mendirikan salat.
- Berinfak atau bersedekah.
- Beriman kepada Al-Qur’an dan percaya bahwa Allah juga menurunkan kitab-kitab sebelum Al-Qur’an.
- Beriman kepada Hari Akhir.
Pertanyaan saya, apakah ada ciri-ciri yang lainnya, maksud saya apakah ada ciri orang bertakwa selain yang disebutkan pada surat Al-Baqarah ayat 3-4 tadi, Pak Ustaz?
Jika memang ada mohon disampaikan agar menguatkan hati dan ikhtiar saya dan mohon juga disebutkan hikmah dibalik ciri tersebut.
Terima kasih dan semoga Allah senantiasa memberi saya petunjuk dan kasih sayang-Nya, aamiin.
Wassalam.
Jawaban:
Wa'alaikumussalam Wr Wb.
Masya Allah Wal Hamdulillah, merinding kami membaca kisah kelam Anda dan sekaligus bersyukur bahwa Allah sangat menyayangi Anda. Semoga Anda selalu istiqamah dalam hidayah dan takwa, aamiin.
Sesuai pertanyaan Anda, ciri orang bertakwa selain yang ada dalam Q.S. Al-Baqarah: 3-4, terdapat juga di dalam Q.S. Ali Imran ayat 134. Namun, untuk menyempurnakan pembahasan, kita simak dari satu ayat sebelumnya, yaitu dari ayat 133, sebagai berikut:
وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ ﴿١٣٤﴾ وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا۟ فَٰحِشَةً أَوْ ظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا۟ ٱللَّهَ فَٱسْتَغْفَرُوا۟ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلُوا۟ وَهُمْ يَعْلَمُونَ ﴿١٣٥﴾
"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan. dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.”
Jika kita ringkas, maka poin-poin penting dari ayat-ayat di atas adalah:
- Kita diperintahkan oleh Allah agar bersegera bertobat dan meraih surga yang luasnya setara dengan langit dan bumi.
- Surga diperuntukkan bagi mereka yang bertakwa.
- Ciri-ciri orang bertakwa menurut ayat-ayat diatas adalah: senantiasa berinfak baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan sempit, mampu menahan amarah, suka memaafkan kesalahan orang lain, dan senantiasa cepat meminta ampunan Allah (bertobat) jika mereka terlanjur terperosok dalam perbuatan keji atau perbuatan dosa.
Nah, dengan menyimak ayat-ayat diatas, maka menemui jawaban pertanyaan Anda bahwa ciri-ciri orang bertakwa selain yang disebutkan di dalam Q.S Al-Baqarah ayat 3-4 adalah: mampu menahan amarah, suka memaafkan dan segera bertobat jika melakukan dosa.
Agar lebih menyentuh kesadaran kita, ada baiknya kita bahas poin di atas satu persatu.
Mampu Menahan Amarah
Menahan amarah bukanlah hal yang mudah dilakukan, apalagi hal tersebut mampu dilakukan karena merasa benar. Atau juga mampu menahan amarah padahal ia bisa saja meluapkan amarah itu kepada orang-orang yang berada di bawah kekuasaanya. Atau juga orang yang menahan amarah karena tidak berani dia luapkan kepada atasannya atau orang yang dihormatinya
Menahan amarah, dengan alasan apa pun adalah perbuatan terpuji dan merupakan salah satu indikator orang bertakwa. Orang yang tidak mampu menahan amarahnya, sangat berpotensi untuk melakukan sesuatu di luar kendali dan merugikan dirinya sendiri atau orang lain.
Dalam hal menahan amarah, Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ.
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah orang yang kuat adalah orang yang pandai bergulat, tapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan nafsunya ketika ia marah."(HR. Bukhari dan Muslim).
Begitu juga dengan hadis ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ.
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Berilah aku wasiat?" beliau bersabda: "Janganlah kamu marah." Laki-laki itu mengulangi kata-katanya, beliau tetap bersabda: "Janganlah kamu marah." (Hr. Bukhari).
Memaafkan Kesalahan Orang Lain
Jika menahan amarah bukanlah hal yang mudah, maka tidak berbeda juga dengan memaafkan. Sifat ini hanya bisa dimiliki oleh yang berjiwa besar dan halus budi. Sebab, ada juga orang yang mampu menahan amarahnya kepada seseorang, tapi tidak memaafkannya. Orang yang tidak memaafkan, sangat berpotensi menyimpan dendam dan akan membalas dikemudian hari. Dendam ibarat bom waktu yang suatu saat meledak sesuai kehendak yang memasangnya.
Mengenai memaafkan, mari kita simak pesan Nabi SAW berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
Dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya." (HR. Muslim).
Orang yang bertakwa adalah orang yang mengkolaborasi kestabilan emosinya dengan menahan amarah dan juga memaafkan dengan ikhlas. Inilah sejatinya ketakwaan!
Segera bertaubat
Manusia tetap saja memiliki kelemahan dan kealpaan dan kekhilafan. Terkadang, godaan setan terlalu kuat, sedangkan dirinya dalam keadaan lemah karena mengalami masalah atau guncangan jiwa yang besar sehingga membuat dirinya terperosok dalam lubang dosa.
Ketika terperosok, ada orang yang susah sekali bangkit dan justru semakin terlena dengan jerat setan. Dia sulit kembali ke jalan Allah walapun sudah dibantu dengan nasihat. Tapi untuk orang bertakwa, tentu tidak demikian. Ketika terlanjur berbuat dosa dengan berbagai alasan, ia dengan segera mengingat Allah, merasa malu dan segera bertobat. Orang yang bertakwa menyadari bahwa kasih sayang Allah jauh lebih besar daripada kemarahan-Nya.
Semoga kita semua diberikan kemampuan oleh Allah untuk selalu menjadi orang yang bertakwa kapan saja dan di mana saja, sebagaimana pesan Rasulullah SAW:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
Dari Abu Dzar ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda kepadaku: "Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik." (HR. Tirmidzi).
Wallahu A’lam.
Foto : Freepik