Assalamu’alaikum Wr Wb.
Langsung saja ya, Pak Ustaz.
Belum lama ini terjadi lagi kasus mengenai pembatasan pengenaan jilbab. Jika sebelumnya permasalahan pengenaan jilbab terjadi pada calon Paskibraka yang sempat heboh, kini terjadi lagi di salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta, Rumah Sakit Medistra.
Kasus tersebut diungkap oleh dr Diani Kartini, salah tenaga medis di rumah sakit tersebut. Ia menulis surat protes kepada jajaran direksi RS Medistra sebagai berikut:
Selamat Siang Para Direksi yang terhormat. Saya Ingin menanyakan terkait persyaratan berpakaian di RS Medistra.
Beberapa waktu lalu, asisten saya dan juga kemarin kerabat saya mendaftar sebagai dokter umum di RS Medistra.
Kebetulan keduanya menggunakan hijab. Ada pertanyaan terakhir di sesi wawancara, menanyakan terkait performance dan RS Medistra merupakan RS internasional, sehingga timbul pertanyaan Apakah bersedia membuka hijab jika diterima.
Saya sangat menyayangkan jika di zaman sekarang masih ada pertanyaan rasis.
Dikatakan RS Medistra berstandar internasional tetapi mengapa masih rasis seperti itu?
Salah satu RS di Jakarta selatan, jauh lebih ramai dari RS Medistra, memperbolehkan semua pegawai baik perawat, dokter umum, spesialis, dan subspesialias menggunakan hijab.
Jika RS Medistra memang RS untuk golongan tertentu, sebaiknya jelas dituliskan saja kalau RS Medistra untuk golongan tertentu sehingga jelas siapa yang bekerja dan datang sebagai pasien.
Sangat disayangkan sekali dalam wawancara timbul pertanyaan yang menurut pendapat saya ada rasis.
Apakah ada standar ganda cara berpakaian untuk perawat, dokter umum, dokter spesialis, dan sub spesialis di RS Medistra?
Terimakasih Atas perhatiannya.[1]
Karena surat tersebut menjadi viral dan banyak para tokoh Islam bersuara, akhirnya pihak RS Medistra memberikan klarifikasi dan memohon maaf kepada seluruh umat Islam di Indonesia.
Yang saya tanyakan, apakah memang ada pihak-pihak tertentu yang mencoba menggeboskan umat Islam di Indonesia, dalam hal ini pelemahan syariat Islam dimulai dari isu jilbab?
Demikian dan terima kasih.
Jawaban:
Wa’alaikumussalam Wr Wb.
Apakah ada pihak-pihak tertentu yang berupaya melemahkan umat Islam melalui penggembosan syariat Islam, seperti yang Anda tanyakan, jawabannya tentu Wallahu A’lam.
Tapi terlepas ada atau tidaknya pihak-pihak itu, kita sebagai umat Islam harus peka dan jeli terhadap isu-isu sensitif mengenai syariat Islam, khusunya di Indonesia. Jika kita abaikan atau acuh saja, lama kelamaan umat Islam akan meninggalkan syariatnya. Jika hal ini terjadi, umat Islam akan mudah dilemahkan.
Isu jilbab sudah dua kali terjadi. Jika sampai terjadi lagi, dengan tegas kita katakan: “Ada kesengajaan!” Dan umat Islam bisa melakukan upaya hukum untuk menyeret pihak tersebut untuk dimeja hijaukan, titik!
Jika jilbab sudah dilarang dimana-mana, bisa jadi nanti kaum muslimah Indonesia “dipaksa” atau “dikondisikan” untuk berpakaian minim dan meninggalkan salat dan syariat lainnya. Upaya bejat semacam ini bisa saja dilakukan di dunia pendidikan dan dunia usaha, naudzu billah!
Jika usaha “pihak-pihak setan” ini berhasil melalui isu jilbab, lama-lama mereka akan merambah isu lainnya. Isu seks bebas, LGBT akan terus mereka gaungkan.
Siapa pun kita sebagai umat islam, mau ulama, bisnisman, aparatur negara, TNI, POLRI, tukang somay, petani, peternak, artis dan lainnya harus peduli degan generasi Islam. Pertahankan pendidikan agama di sekolah-sekolah dan pesantren. Hidupkan terus majelis ilmu dan jalin silaturahim agar Islam tidak diinjak-injak oleh “kaum setan” itu.
Demikian dan terima kasih atas pertanyaan Anda.
Wallahu A’lam.
Foto : Unsplah
[1] https://bangka.tribunnews.com/2024/09/02/isi-surat-dr-diani-kartini-soal-aturan-pakaian-di-rs-medistra-direktur-beri-penjelasan, diakses pata tanggal 2 September 2024 pukul 18.55 WIB.