Kabar Terbaru

Tunaikan Amanat, Jangan Khianat

“Sampaikanlah amanat kepada orang yang mengamanati engkau, dan janganlah mengkhianati orang yang telah berbuat khianat kepadamu.” (H.R. Tirmidzi)

Amanat merupakan pesan/perintah untuk disampaikan oleh orang yang diamanahi. Berdasarkan hadits di atas, terdapat pesan agung yang ingin disampaikan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW, yaitu menyampaikan amanat walaupun kepada orang yang telah mengkhianati diri kita. Memang, menyampaikan amanat kepada orang yang telah mengkhianati kita sangatlah berat dilakukan, akan tetapi hal itu merupakan bentuk tanggungjawab seorang Muslim terhadap sesamanya.

Sebagai sebaik-baik makhluk yang diciptakan Allah SWT, manusia mengemban amanat dari Allah sebagai khalifah di muka bumi. Dipilihnya manusia untuk mengemban amanat, sempat mengundang protes dari para malaikat sebagaimana dilansir dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah [2:30],

“Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di muka bumi orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Maka Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Di muka bumi, manusia berkewajiban untuk menjaga keseimbangan alam agar tetap seimbang dan dapat dimanfaatkan oleh manusia sehingga anak cucunya kelak. Namun, sayang sikap manusia yang rakus dan serakah telah merusak sebagian kondisi bumi menjadi rusak parah. Sikap hidup tersebut, pada gilirannya menyeret manusia ke sendi-sendi yang justru membahayakan kehidupan.

Contoh konkret kerusakan alam akibat ulah tangan manusia antara lain semakin menipisnya lapisan ozon, terjadinya pencemaran air laut, dan kian musnahnya hutan-hutan di daerah tropis, padahal tanaman di hutan-hutan tersebut berfungsi sebagai paru-paru dunia.

Upaya untuk melestarikan lingkungan dalam lingkup suaru negara, tidak lepas dari peranan panguasa yang diberikan wewenang untuk pengelolaan itu. Sesungguhnya, memikul beban tanggungjawab itu amatlah berat, sehingga diperlukan keseriusan untuk melaksanakan amanat rakyat tersebut.

Namun kenyataan tidak selalu seiring dengan harapan. Dalam kenyataannya, banyak para pejabat yang diamanati memegang kendali melestarikan lingkungan misalnya, malah mengkhianati amanat tersebut.

Kasus rusaknya hutan lindung dan suaka margasatwa adalah cermin ketidakmampuan para penegak hukum memberantas para penjarah hutan. Sikap mengkhianati kepercayaan yang telah di amanatkan itu, merupakan salah satu tanda kemunafikan – bila diberi amanat, ia berkhianat – yang telah marak dalam kehidupan sekarang ini.

Orang-orang munafik sangat membahayakan sendi-sendi kehidupan berbangsa, bernegara, dan beragama. Mereka adalah musuh dalam selimut yang senatiasa mengancam kerukunan intern umat beragama. Kasus-kasus yang sepele saja dengan mudah melebar akibat ulah mereka. Yang tadinya sejengkal akan menjadi sedepa, sedepa menjadi lebih luas lagi, dan seterusnya sampai titik berbahaya pecahnya kerukunan dan kedamaian.

Sebagai orang Mu’min yang memegang teguh ajaran Islam, kita harus menghindari sikap munafik itu. Dengan senantiasa berintrospeksi diri, jangan-jangan kita berda’wah ke sana-kemari agar orang lain tidak munafik, tetapi justru diri kita yang jatuh dalam jurang kemunafikan. Bersikap waspada dengan selalu menjaga diri agar tidak terjangkiti sifat munafik, merupakan proteksi seorang Mu’min mempertahankan eksistensinya agar tidak jatuh kepada kerendahan sifat manusia.

Tipu muslihat syetan yang luar biasa untuk menggelincirkan manusia, dikemas dalam berbagai hal dengan nuansa kesenangan dunia yang begitu melenakan. Memang berat bagi seorang Mu’min mempertahankan tingkat keimanannya. Ia harus senantiasa berjihad setiap hari untuk melawan pengaruh rayuan syetan. Hanya orang yang benar-benar beriman dapat menyadari sepenuhnya mengenai hakikat hidup dan kehidupan, sehingga ia mampu membentengi diri dari jebakan dan tipu daya syetan.

Pada dasarnya, semakin tinggi pangkat dan kedudukan seseorang, semakin berat pula ujian bagi orang tersebut. Seorang pemimpin negara yang berada dalam struktur tertinggi pemerintahan, tentu kadar ujian dari Allah menjadi lebih berat apabila dibandingkan dengan rakyat biasa. Untuk memimpin negeri ini diperlukan sosok pemimpin yang bermoral, cerdas, dan loyal kepada rakyat, bukan kepada kepentingan partai. Ia ibarat meletakkan kaki pada dua pijakan. Kaki kanan dipijakkan di jalan surga, jika ia amanat dalam memimpin. Namun apabila sebaliknya, tentu ia akan tergelincir ke neraka.

Wallahu a’lam bish shawab.
■ Sahrin Mandarin.

Download Versi Buletin dan Buletin Jumat Lainnya di sini

One thought on “Tunaikan Amanat, Jangan Khianat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *