Permasalahan yang biasa menghalangi langkah seorang da’i adalah ia tidak memiliki sesuatu yang bisa ia berikan. Atau tidak mempunyai kunci yang tepat untuk memasuki pintu hati seseorang. Manusia yang hatinya masih terkunci akan sulit untuk menerima panggilan dakwah. Ia bagaikan brangkas besar yang hanya dapat dibuka dengan kunci yang kecil.
Meski begitu, tolong jangan mundur. Jangan berhenti untuk terus membersamaiku. Mungkin memang ada banyak orang yang menghindariku, lantaran rupa dan tingkahku. Mungkin cara berpakaianku memang belumlah syar’i, katanya. Tapi aku juga ingin menjaga diri. Aku ingin kamu mengajari. Maukah kamu mengajariku ?
“Dan janganlah kalian berhati lemah dalam mengejar mereka (musuh kalian). Jika kalian menderita kesakitan (kekalahan) maka mereka sesungguhnya juga menderita kesakitan (pula), sebagaimana kalian menderitanya. Sedangkan kalian berharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa: 104)
Baca Juga: Serial Sang Pendakwah Agung: Ini Loh Nabi Muhammad Saw (1)
Seorang da’i seperti halnya seorang guru dan dokter. Karenanya ia harus memperhatikan celah-celah kebaikan yang ada pada orang lain kemudian memupuknya. Sehingga setiap celah keburukan yang nampak tertutup dan bisa bangkit berdiri melangkah di jalan Islam.
Pengajar dan dokter tidak akan memberi obat yang sama untuk setiap penyakit yang berbeda. Mereka tahu persis jenis obat dan dosis yang tepat untuk digunakan. Mereka juga tidak mudah menyerah untuk memberikan bantuan, walau hanya pemberian harapan yang menjadi sisa pilihan. Maka tidak berlebihan jika seorang da’i disejajarkan dengan mereka.
Maka tolonglah, jangan berhenti hanya karena aku tidak paham ilmu agama. Aku memang tidak baik, tapi aku belajar. Aku ingin belajar tapi tak punya tempat dan teman. Maukah kamu yang menemani ? bila caraku ini salah, ingatkanlah. Aku hanya tidak tahu bagaimana meluruskan diriku sendiri. Aku ingin dibimbing.
Perilaku yang paling menjadi ciri khas seorang da’i adalah kekasih sayangannya. Karena memang hampir tidak mungkin bisa menyentuh hati tanpa kasih dan sayang.
Jangan berhenti, tolong jangan tinggalkan dakwahmu padaku. Aku paham mungkin ditengah perjalanan kamu akan meninggalkanku. Merasa aku tak kunjung mengerti, tak kunjung berubah. Itu bukan masalah bagiku. Sebenarnya. Aku akan belajar mengerti.
Tapi kamu, sudah mengenalku sejauh ini kan ?
(M. Azzam/Cordofa)