Assalamu’alaikum Wr Wb.
Maaf, Ustaz! Saya suka sekali mempelajari Islam walaupun saya bukanlah lulusan pondok pesantren. Saya banyak sekali mengikuti kajian di mana saja, baik di berbagai masjid, majelis taklim ataupun via online. Saya tidak pilih-pilih Ustaz. Baik di kajian yang dicap salafi wahabi, NU, Muhammadiyah dan lain-lain. Bahkan saya juga terkadang masih ikut kegiatan dakwah jamaah tabligh. Pokoknya, selama ajarannya baik, akan saya ambil dan jika ada sesuatu yang menurut saya kurang pas, saya tidak ikuti tapi saya menghormati.
Namun ada sesuatu yang masih mengganjal di hati saya mengenai tasawuf. Memang sih, saya belum pernah mengikuti atau belajar tasawuf secara khusus, jadi saya sangat awam bahkan boleh dikatakan buta sekali dengan ilmu tasawuf. Yang membuat saya merasa ganjal adalah penolakan keras dari Ustaz-ustaz yang dituduh salafi wahabi mengenai ilmu tasawuf. Beliau-beliau meyakinkan para jamaah termasuk saya bahwa tasawuf adalah ajaran sesat, menyimpang dan bid’ah karena sama sekali tidak ada contoh dari nabi.
Jika para ulama yang tertuduh salafi wahabi itu sangat menolak, berbanding terbalik dengan para Ulama Indonesia, terutama para Kiai pesantren. Beliau-beliau sangat mendukung tasawuf bahkan mengajarkannya. Nah, di sinilah letak keingintahuan saya mengenai apa itu tasawuf dan apakah ilmu sesat seperti yang disampaikan para Ustaz salafi tertuduh wahabi tersebut?
Demikian dan terima kasih.
Wassalam.
Jawaban:
Wa’alaikumussalam wr wb.
Kami tidak heran dengan penilaian para Ustaz salafi tertuduh wahabi mengenai tasawuf. Jangankan tasawuf, hal-hal yang sifatnya masih ikhtilaf saja dibid’ahkan. Pokoknya sesuatu yang menurut beliau-beliau ini tidak ada contoh dari nabi dan dalil tekstual, otomatis bid’ah dan sesat. Tapi kami akan fokus menjawab pertanyaan Anda dan tidak mau menilai terlalu jauh mengenai metode golongan salafi tertuduh wahabi agar kami tidak dinilai memecah belah umat Islam. Walaupun berbeda paham, kami tetap menghormati dan tidak merasa paling benar.
Tasawuf hanyalah sebuah istilah untuk menggambarkan suatu pemahaman mengenai atau ilmu yang bertujuan bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah. Terkadang tidak sedikit para Ustaz yang menjelaskan apa itu tasawuf, namun dengan penjelasan yang terlalu bertele-tele dan tidak mudah dimengerti.
Kami mencoba memberikan gambaran sederhana dan singkat mengenai tasawuf. Mudahnya, tasawuf adalah ilmu yang mempelajari bagaimana menyucikan jiwa, menjernihkan hati, memperindah akhlak, mengendalikan syahwat dan meningkatkan spiritual. Contoh mudahnya adalah jika Anda adalah seorang pedagang, maka ketika Anda berdagang dengan cara yang jujur dan membantu konsumen agar memperoleh keperluannya dengan baik, maka saat itulah Anda mengamalkan tasawuf. Pelaku tasawuf disebut dengan Sufi.
Mungkin kesan yang tergambar bagi sebagian orang, bahwa kaum sufi itu bahwa mereka adalah kaum berjubah dengan jenggot panjang, dengan imamah atau serban kepala yang melilit-lilit, sedikit-sedikit maunya bicara agama saja, menjauh dari kemewahan dunia dan punya karamah seperti bisa menerawang atau bisa membaca pikiran orang, atau kaum yang suka menari-nari dengan iringan rebana ketika berzikir.
Tasawuf tidak harus seperti itu. Sufi tidak wajib berpenampilan seperti yang tergambar di atas. Memang ada kaum sufi persis seperti yang kami gambarkan di atas, ada memang, tapi mereka terlihat dengan penampilan atau profil seperti itu hanya ketika sedang halaqah terbatas untuk jamaah tariqah tertentu. Di luar itu, mereka sama seperti kita umumnya yang berpenampilan biasa saja, diantara mereka juga ada PNS yang tentunya berseragam khusus saat bertugas, Ada juga TNI-POLRI yang tentu tidak berjubah di saat menjalankan tugas negara. Apalagi mereka yang menjabat direktur suatu perusahaan, ya tentu terbiasa dengan penampilan perlente, bukan memakai jubah dan imamah tentunya.
Ajaran tasawuf bersumber dari Al-Qur’an dan hadis dan tidak ada penyimpangan. Standar saja kok. Jika ada sebagian kecil kaum sufi yang berlebihan, tinggal dikoreksi saja.
Demikian penjelasan singkat kami dan semoga dapat dipahami.
Wallahu A’lam.
Foto : Freepik