Kabar Terbaru

Supporting System untuk Ibu Bekerja – Bagian I

Ibu Bekerja

“Dia adalah cinta pertamaku, cinta terbesar. Dia adalah wanita yang hebat dan langka – dia kuat, tabah, dan murah hati seperti matahari. Dia bisa jadi sangat cepat seperti lecutan cambuk, sebaik dan selembut hujan yang hangat, serta seteguh bumi yang berada di bawah kita.” (D H Lawrence)

Setiap ibu merupakan sumber cinta bagi buah hatinya. Kehadiran sosok ibu dalam kehidupan anak akan memberikan dampak positif bagi tumbuh kembang anak. Anak yang kuat secara fisik dan mental tidak diperoleh secara innate[1], tetapi melewati proses pembelajaran yang didampingi oleh ibu dan ayah.

Semua ibu berharap dapat mencurahkan 24 jam waktunya untuk keluarga karena keluarga adalah simbol kekuatan dalam masyarakat. Keluarga yang sejahtera merupakan cermin dari keberfungsian setiap anggotnya.  Sayangnya, fenomena ibu bekerja beberapa tahun terakhir membuat perubahan pada fungsi dan struktur keluarga tersebut. Data Sakernas[2] menunjukan bahwa jumlah TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) wanita meningkat sebesar 2,33 persen menjadi 55,04 persen pada tahun 2017. Ini  berarti setengah dari populasi wanita di Indonesia memilih untuk bekerja, baik yang sudah menikah maupun lajang. Banyak hal yang melatarbelakangi keterlibatan wanita pada dunia kerja, diantaranya adalah tuntutan ekonomi dan kesempatan untuk mengaktualisasikan diri.

Ibu yang berperan sebagai care taker atau pemelihara rumah tangga sangat berkontribusi dalam keutuhan keluarga. Adanya fenomena ibu bekerja menjadi dilema untuk para ibu dalam melaraskan dua peran yang berbeda.  Ketika seorang ibu berperan sebagai pekerja, tidak lantas menghilangkan perannya di dalam keluarga untuk merawat suami dan mengasuh anak. Semestinya ibu mampu menyeimbangkan kedua peran tersebut, sehingga tidak terjadi konflik dalam kehidupan kerja dan keluarga akibat tuntutan dari masing-masing peran.

Keturutsertaan ibu dalam mencari nafkah dapat memberikan dampak positif dan negatif dalam kehidupan keluarga. Ibu yang bekerja, umumnya ingin memiliki kemandirian ekonomi dan melepaskan diri dari ketergantungan terhadap suami. Selain itu, ibu memiliki lingkup pergaulan dan pertukaran informasi yang lebih luas dan bervariasi[3]. Ibu juga dapat mengembangkan keterampilan diri dalam pekerjaannya. Selain ibu, keluarga juga mendapat sokongan ekonomi untuk kebutuhan harian keluarga, pendidikan, dan kesehatan.

Dampak negatif yang akan diperoleh ibu bekerja ternyata lebih banyak, baik untuk ibu sendiri ataupun keluarga. Ibu bekerja lebih mudah mengalami stress, lebih sensitif, emosi tidak stabil, dan mudah marah[4]. Emosi negatif ini akan terbawa pada kehidupan keluarga. Tekanan Ibu dalam tuntutan pekerjaan akan memberikan dampak negatif  pada hubungannya dengan suami dan anak-anak. Hal ini terlihat dari kondisi kesehatan keluarga, prestasi akademik anak, dan kualitas perkawinan yang menurun apabila ibu gagal menyeimbangkan kedua peran tersebut.

Lalu, apa peran keluarga untuk ibu bekerja?

Seorang ibu bukanlah super hero yang memiliki fisik dan mental sekuat baja. Ibu adalah seorang wanita yang rapuh dan membutuhkan orang lain dalam hidupnya, terutama keluarga. Dalam sebuah penelitian, dukungan sosial dari keluarga dan orang-orang terdekat akan membuat ibu merasa dicintai, dihargai, dan menjadi bagian dari keluarga atau suatu kelompok[5]. Hal ini dapat membantu ibu dalam mengelola stres dan mengurangi beban yang dialaminya.

Dukungan sosial untuk ibu berasal dari dalam dan luar keluarga dalam bentuk komunikasi secara langsung dan tidak langsung[6]. Dukungan dari dalam keluarga dapat dicerminkan dengan kesediaan mendengarkan setiap keluh kesah ibu, mengekspresikan perasaan cinta dan kepedulian kepada ibu, dan kegiatan bersama yang mengakrabkan antaranggota keluarga. Selain dari keluarga, ibu juga mendapatkan dukungan emosional dari lingkungan sekitarnya yang akan menumbuhkan perasaan aman dan menjadi bagian masyarakat[7].

Baca Juga: Supporting System untuk Ibu Bekerja – Bagian II

[1] Bawaan lahir atau genetik

[2] BPS (2017)

[3] Hermawan (2016)

[4] Alteza dan Hidayati (2011)

[5] Pratiwi (2016)

[6] Puspitawati (2012)

[7] Kumalasari (2017)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *