Ibu yang bekerja memiliki sedikit waktu bersama anak, sehingga anak tidak mendapatkan rangsangan perkembangan yang memadai, kurang perhatian, dan kasih sayang[1]. Ibu yang bekerja dapat meminta bantuan dari pihak keluarga besar untuk mengurus kebutuhan harian anak, seperti kakek, nenek, dan sanak saudara lainnya. Meskipun begitu, Ibu tetap harus membantu anak dalam mencapai setiap tahapan perkembangan anak. Ibu dapat memaksimalkan waktu yang dimilikinya agar interaksi yang dihasilkan antara ibu dan anak menjadi lebih berkualitas. Peran pengasuhan yang dapat Ibu bekerja lakukan ialah perlakuan hangat, dukungan positif, menetapkan batasan dan nilai-nilai, mengontrol, dan konsisten dalam menegakkan aturan-aturan[2], sehingga Ibu yang bekerja tetap dapat mewujudkan lingkungan pengasuhan yang positif dan efektif kepada anak.
Terwujudnya keseimbangan antara kerja dan keluarga pada ibu bekerja adalah hal yang cukup sulit dan rumit. Kedua peran ini akan terus menuntut ibu untuk mendapatkan perhatian dengan mencurahkan seluruh tenaga dan pikiran. Oleh karena itu, ibu membutuhkan dukungan semua pihak baik dari keluarga dan lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat dilakukan ibu dengan terus menjalin interaksi yang positif dan intensif. Apabila ibu merasa puas dengan dukungan sosial yang didapatkan, maka ibu akan merasa tenang, percaya diri, dan merasa diperhatikan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan mengatasi berbagai permasalahan yang ada di dalam kehidupan keluarganya[3].
[1] Rizkillah (2014)
[2] Rizkillah (2014)
[3] Yadzani et al ( 2016) dan Eskisu (2014)
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2017. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) menurut Provinsi tahun 1986-2016. Diambil dari : http://www.bps.go.id [di unduh 21 November 2017]
Kumalasari B. 2017. Pengaruh dukungan sosial dan interaksi keluarga terhadap kualitas perkawinan pada keluarga suami istri bekerja [Skripsi]. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Pratiwi. 2016. Hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan perkawinan pada istri. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 5(1): 1-11.
Puspasari. 2013. Strategi koping, dukungan sosial, dan kesejahteraan keluarga di daerah rawan bencana, Kabupaten Bandung [Skripsi]. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Rizkillah R. 2014. Kualitas perkawinan dan lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan Suami istri bekerja [Skripsi]. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Hermawan DL. 2016. Pengaruh kepribadian ibu dan dukungan sosial terhadap sosialisasi emosi ibu bekerja pada keluarga perdesaan[Skripsi]. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Alteza M, Hidayati LN. 2011. Work-family conflict pada wanita bekerja: studi tentang penyebab, dampak dan strategi coping. Universitas Negeri Yogyakarta.
Yazdani et al. 2016.The relations between marital quality, social support, social acceptance and coping strategies among the infertile Iranian couples. European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 200 (2016): 58–62.
Eskisu M. 2014. The Relationship between bullying, family functions and perceived social support among high school students. Social and Behavioral Sciences 159 ( 2014 ): 492 – 496.
One thought on “Supporting System untuk Ibu Bekerja – Bagian II”