Kabar Terbaru

Sindiran Pedas Dari Allah

Cara Allah memberikan pelajaran kepada kita sangat banyak ragamnya. Ada yang bersifat tegas, lugas, keras dan tentu ada juga yang halus dan sangat halus. Pelajaran dari Allah melalui Al-Qur’an, ada yang disampaikan dalam bentuk nasihat, kisah dan tentu juga ada yang bentuknya sindiran.

Pelajaran yang diberikan dalam bentuk nasihat, tentu kita sudah memahamimya dengan melihat zahir ayat Al-Qur’an. Tapi jika disampaikan dalam bentuk sindiran, tidak semua manusia yang menyadarinya.

Jika kita disindir manusia, tentu respon spontan kita beragam. Adakalanya dengan sindiran itu kita merasa terganggu bahkan sampai kesal dan marah. Jika tidak marah, terkadang kita merasa malu atau bisa juga kita membohongi diri sendiri bahwa sindiran yang disampaikan kawan kita itu bukan tertuju untuk kita. Hal itu terkadang kita lakukan untuk menutupi egoisme kita yang merasa bahwa kita tidak salah atau keliru.

Tapi lain ceritanya jika sindiran untuk kita itu datangnya dari Allah melalui ayat-ayat Al-Qur’an. Mau marah? Ya ga bisa lah! Emang kita siapa? Hanya satu pilihan yang kita punya, malu! Hanya orang yang hatinya bersih yang peka dengan sindiran Allah . Bagi yang berhati kotor dan berkarat, tentu tidak akan pernah merasakan sindiran dari Allah. Jangankan sindiran, ayat-ayat ancaman saja dicuekin dan masa bodoh. Untuk orang seperti ini, orang Jawa menyebutnya dengan “dableg”.

Tulisan ini tidak perlu banyak mencontohkan sindiran Allah melalui ayat-ayat Al-Qur’an. Jangankan banyak, satu ayat saja kita sudah malu luar biasa. Silakan Simak ayat berikut ini dengan khidmat:

وَإِذَا مَسَّ ٱلْإِنسَٰنَ ٱلضُّرُّ دَعَانَا لِجَنۢبِهِۦٓ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَآئِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُۥ مَرَّ كَأَن لَّمْ يَدْعُنَآ إِلَىٰ ضُرٍّ مَّسَّهُۥ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Yunus: 12).
Lihatlah sebagian manusia dikala ditimpa musibah, contohnya ketika sakit. Di saat lemah itulah dia selalu ingat kepada Allah. Sebentar-sebentar dia menyebut Allah. Ya Allah, sembuhkanlah hamba!

Atau dikala banyak hutang dan banyak tagihan, selalu Allah yang ia sebut. Dia meminta kepada Allah agar diluaskan rezekinya.

Tapi lihatlah ketika doanya dikabulkan Allah. Lihatlah ketika kesusahan yang pernah dialaminya dihilangkan Allah. Lihatlah ketika kembali sehat dan banyak uang. Dia kembali sibuk dengan dunia. Dia kembali bermaksiat kepada Allah. Dia tidak ingat lagi kalau dia dulu merintih dan mengiba kepada Allah. Dikala sehat dan lancar usahanya, dia berpaling dan seakan-akan tidak pernah mengeluh, berdoa dan merintih di hadapan Allah.

Begitulah sebagian manusia yang mau enaknya saja. Jika pribahasa “kacang lupa kulitnya” terlalu halus untuk orang seperti ini, mungkin yang lebih tepat adalah “anjing lupa tuannya”.

Semoga kita termasuk orang-orang beriman yang sangat peka dengan sindiran-sindiran Allah yang disampaikan melalui ayat-ayat-Nya. Semoga kita selalu berada dalam bimbingan-Nya. Aamiin.

Wallahu A’lam.
Foto : Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *