“Tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (QS. Al-Ahzab:40)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Termasuk di dalamnya kedua ayat di atas, Allah banyak menjelaskan tentang pribadi Rasulullah serta perjalanan hidupnya di dalam kumpulan firman-Nya yang Maha Benar, yaitu Al Quran. Maka tidaklah heran sirah hidup Nabi Muhammad Saw menjadi seperti sebuah lembaran terbuka bagi seluruh manusia yang hidup bersamanya dan setelahnya, entah itu lawan maupun kawan, laki-laki atau perempuan, dewasa atau kecilnya, juga yang dekat maupun yang jauh.
Dan bahkan hari ini kita masih dapat mengetahui kondisi kehidupan berumah tangganya, tentang bagaimana beliau makan, minum, saat bepergian ataupun saat di rumah, saat beliau terjaga, tidur, kondisi kasur beliau, sampai bagaimana beliau membuang hajat serta masih banyak hal lainnya yang tersusun rapih dalam buku-buku sejarah keislaman.
Allah telah menghendaki agar sirah ini dapat terjaga dengan segala detil dan rinciannya. Dapat kita temukan dalam kita Asy-Syama’il al-Muhammadiyah karya Imam at-Tirmidzi dan Mukhtashar karya Syaikh al-Albani bahwa mereka bercerita tentang uban yang tumbuh di kepala dan jenggot beliau berdasar pada periwayatan hadits dari Ibnu Hibban, ketika itu Anas Radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Tidaklah aku hitung di kepala Rasulullah Saw dan jenggotnya kecuali hanya terdapat empat belas helai uban saja.”
Allah Swt telah memilih Nabi-Nya dengan berdasarkan pengetahuan-Nya, maka Dia mensucikan zhahir dan batin beliau, juga perkataan dan perbuatannya, pun pada rupa dan pengalaman beliau.
Baca Juga: Serial Sang Pendakwah Agung: Ini Loh Nabi Muhammad Saw (2)
Mereka yang membaca sirah Nabi Muhammad Saw akan dapat menemukan factor kesederhanaan dan bahwa segala apa yang tampak, terjadi dan beliau lakukan adalah mengalir begitu saja. Tidak ada unsur mengada-ada. Allah Swt berfirman kepada beliau:
“Katakanlah (hai Muhammad): Aku tidak meminta upah apa sedikit pun padamu atas dakwahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan.” (QS. Shad: 86)
Seorang hakim akan mendapatkan di dalam sirah Nabi Muhammad Saw contoh-contoh keadilan, pengertian, bagaimana melindungi hak dan harta manusia, menempatkan sesuatu pada tempatnya, termasuk perkara hak, kewajiban dan kesetaraan.
Seorang pendakwah akan mendapatkan di dalam sirah Nabi Muhammad Saw bagaimana cara bersabar dalam menghadapi lika-liku dakwah, cara penyampaian risalah dari hati ke hati, juga dalam hal penggunaan intonasi suara yang digunakan.
Seorang ayah akan mendapatkan di dalam sirah Nabi Muhammad Saw cara berinteraksi dengan anak-anak melalui perhatiannya terhadap tingkat berpikir mereka serta semua kondisi mereka.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)
(M. Azzam/Cordofa)