TANGERANG — Pagi itu, seperti biasa Ustadz Muhajir datang tepat waktu di Lembaga Permasyarakat Kelas 1 Tangerang untuk memberikan pembinaan keagamaan. Bedanya, hari ini ia membawa satu plastik besar berisi beberapa bingkisan untuk para santri lapas.
“Ini ada sedikit hadiah buat anak-anak, biar pada senang,” ucapnya membuka perbincangan sambil tersenyum. Ketulusan hati terpancar dari wajah dan senyumannya. Memasuki Lapas, ia menyapa satu persatu petugas lapas dan para warga binaan di sana. Bahkan tak jarang dari mereka mencium tangan laki-laki yang sudah dikaruniai 3 putra tersebut.
“Hari ini ada pembagian hadiah lomba Muharram-an. Mereka minggu lalu sudah lomba, ada lomba azan, lomba tahfidz, dan pidato. Nah, hari ini pengumumannya,” tambah Ustadz Muhajir seraya memperkenalkan beberapa staff Lapas dan warga binaan.
Ustadz Muhajir adalah salah satu tim program Bina Santri Lapas LPM Dompet Dhuafa. Ia sudah bersentuhan dengan para warga binaan Lapas sejak tahun 2006. Ia pulalah penggagas program tersebut. Kondisi para warga binaan yang sebagian besar tertekan akibat kasus yang menimpanya, membuat hati ustadz Muhajir terketuk. Menurutnya, para warga binaan pun butuh pendampingan secara spiritual agar kesehatan psikis mereka tetap terjaga.
“Pada awalnya, tahun 2006, saya hanya sendiri memegang Lapas Kelas 1 Tangerang ini. Lalu, datanglah permintaan-permintaan untuk mengisi bimbingan rohani di Lapas-Lapas lain. Seperti Lapas Wanita Tangerang dan Lapas anak. Jadi saya mobile, setelah mengisi di sini (Lapas Kelas 1 Tangerang), saya langsung ke Lapas Wanita dan Lapas anak. Sekarang alhamdulillah, sudah ada tim 6 orang yang tersebar di Jabodetabek. Saya diamanahi satu saja, di Lapas Kelas 1 tangerang ini. Semuanya saya lakukan demi keluarga dan kerabat saya warga binaan ini,” tuturnya sambil merapikan bingkisan.
“Warga binaan ini kan kondisi psikisnya pasti tertekan. Karena kasus yang menimpa mereka. Maka dari itu, saya dan teman-teman ustadz lainnya hadir di sini untuk menjadi teman mereka. Kita berbagi ilmu, bukan saya saja. Tetapi mereka juga berbagi ilmu yang sudah mereka punya. Kami pun berusaha untuk menjadi teman bicara bagi mereka. Agar mereka tidak merasa sendiri,” ujar Ustadz yang berdomisili di BSD itu.
Panggilan hatinya untuk berdakwah di ‘tempat yang tidak biasa’ menguatkan dirinya untuk tetap istiqomah merangkul para warga binaan. Meskipun kesibukkan di luar juga begitu banyak. Bahkan banyak pula panggilan untuk berdakwah di tempat lain. Namun beliau tetap berusaha memenuhi tanggung jawabnya membina para santri di Lapas. Keteguhan hatinya ini membuat banyak santri kagum dengan sosok beliau.
“Dengan adanya ustadz Muhajir dan kawan-kawannya, kami warga binaan sangat bersyukur. Beliau bukan saja guru, tapi juga teman bagi kami. Beliau sangat santun dan hampir selalu datang setiap minggunya, sesuai jadwal beliau,” ujar Gozali, salah satu warga binaan yang menjadi peserta Bina Santri Lapas.
Harapan Ustadz Muhajir tidaklah muluk-muluk. Ia hanya ingin para warga binaan tidak putus asa dan tetap terus memiliki semangat hidup. “Saya berharap mereka setelah bebas nanti, tidak mengulangi kesalahan yang pernah mereka perbuat. Semoga mereka menjadi pribadi yang berguna di masyarakat,” tutupnya. (Dompet Dhuafa/Dea)
Baca Juga: Lapas Cikarang: Pembinaan Spiritual Narapidana