Gaduh menurut KBBI adalah rusuh dan gempar karena perkelahian (percekcokan dsb); ribut; huru-hara: yang membuat gaduh telah ditahan polisi;[1]
Jika melihat pengertian di atas boleh saja kita mengatakan bahwa gaduh merupakan perbuatan yang membuat banyak orang merasa terganggu dan pelakunya bisa dikenakan tuntutan hukum.
Perbuatan ini bukan hanya merugikan banyak orang tapi juga mengakibatkan dampak buruk bagi generasi muda dan remaja. Jika mereka salah menyikapi, perbuatan gaduh ini bisa dianggap menyenangkan, menghibur dan dianggap benar.
Dampak buruk yang bisa dianggap baik ini, karena pembiaran oleh penegak hukum dan dukungan media karena dianggap berita menguntungkan terlebih pelaku kegaduhan itu adalah para selebritas atau tokoh publik.
Yang lebih menjengkelkan lagi, kegaduhan sengaja dibuat untuk bahan konten. Podcast sana sini, membuat swavideo dengan dalih klarifikasi dan buat ragam sensasi untuk dongkrak popularitas dan banjir cuan! Konten-konten sensasi minim prestasi itu membuat kita hampir saja muntah karena berseliweran di beranda sosial kita.
Islam tidak melarang kreatifitas selama hal tersebut tidak bertentangan dengan syariat dan etika. Pembuat konten negatif, yang menyebarkan, yang mendukung dan senang tentu berdosa.
Bagaimana tidak dosa? Banyak konten negatif yang menonjolkan permusuhan, perselisihan, saling cela, saling sebar aib, pornografi, tuding menuding dan lainnya. Jelas sekali hal ini merugikan publik karena merasa risih dan terganggu.
Lihat saja beberapa selebritas yang hobinya konflik dengan orang dan sengaja menjadikan hobinya itu sebagai konten baik dalam bentuk konferensi pers atau swavideo. Dikit-dikit konflik dengan orang! Sibuklah dia membuat swavideo dengan dalih klarifikasi atau terkesan dizalimi.
Dia tidak lagi peduli dengan cibiran orang karena “ngetop dan duit” seakan-akan sudah menjadi tuhannya! Semakin dicibir, semakin dihujat dia semakin senang karena semakin banyak viewernya.
Orang seperti ini sudah putus urat malu dan urat moralnya! Oknum selebritas seperti ini jelas diuntungkan dengan rating dan semakin ngetop. Lucu memang, zaman sekarang ini para pengganggu semakin mendapat panggung dan semakin tenar dan banjir cuan! Harusnya pembuat gaduh publik bukan diuntungkan, tetapi dipenjarakan! Huh!
Orang Islam harusnya mempunyai sikap hati-hati, jangan sampai membuat gaduh. Jika merasa dirugikan orang, selesaikanlah dengan cara baik-baik. Jika menemukan jalan buntu, silakan dilanjutkan ke pengadilan tanpa harus berisik sana sini, buat gaduh sana sini dan saling serang, saling umbar aib dan permusuhan. Tidakkah kita ingat dengan pesan Allah di dalam Al-Qur’an?
ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”. (Q.S. An-Nahl: 125).
Semoga kita dapat menjaga lisan, mata, tangan dan seluruh anggota tubuh kita dari berbuat kezaliman kepada orang lain, terlebih kepada publik, aamiin.
Wallahu A’lam.
Tim Cordofa
Foto: Unsplash