Kabar Terbaru

Selalu Berpakaian Rapi

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Langsung saja, Ustaz!

Saya dan kawan saya sama-sama suka hadir di majelis taklim. Karena saking dekatnya saya dengan dia, saya berani mengkritik teman saya tersebut agar penampilannya lebih baik.  Saya perhatikan, hampir setiap ke majelis taklim atau ke masjid, kawan saya ini terlihat lusuh dan tidak rapi. Pecinya sudah bulukan dan  bajunya itu-itu saja. Tapi giliran dia hadir ke resepsi atau kumpulan selain majelis taklim atau masjid, dia berpakaian bagus dan sangat rapi. Teman saya itu termasuk orang berada, bukan kaum ekspas (ekonomi ngepas) seperti saya. Begini yang saya katakan kepadanya:

“Bro, kalo ke masjid atau  hadir di majelis ilmu pakaiannya yang bagusan dikit dong! Rapi dikit dong! Masa ke resepsi kamu pakai jas, sepatu mengkilap, kacamata non minus dan parfum wangi tapi ke majelis kaya ngasal sih?”

Dengan santainya dia menjawab:

“Hehe, santai, Bro! Saya justru sengaja berpenampilan “Triple S” (Sangat Sangat Sederhana) begini untuk menjaga hati biar tetap tawadu, biar terhindar dari kesombongan! Di majelis ilmu banyak ustaz atau ulama dan dihadiri ribuan malaikat! Saya ga mau terlihat sombong. Tapi kalo di pesta atau resepsi, justru Saya harus terlihat sempurna dan gentle! Di tempat pesta kan bukan tempat ngaji dan yang datang juga heterogen. Saya ga mau dinilai Ndeso! Salah saya dimana coba?”

Mendengar jawaban begitu, saya juga menyetujui alasannya sih ustaz. Nah, bagaimana pandangan Islam tentang tawadu yang sebenarnya? Apakah alasan teman saya benar, Pak Ustaz?

 

Jawaban:

Wa’alaikumussalam Wr. Wb.

Tawadu itu urusan atau amalan hati, bukan tampilan atau physically. Kita tidak bisa menilai atau memvonis hati orang. Kita hanya bisa menilai atau menghukumi yang zahir saja, bukan batin.

Justru Rasulullah SAW mengajarkan kita agar berpenampilan baik di mana saja. Mau di pasar, di mal, arisan RT, resepsi apalagi majelis ilmu atau berjamaah ke masjid. Jika mampu berpenampilan menarik saat resepsi, mangapa tidak untuk ke masjid atau majelis ilmu? Harusnya bisa lebih rapi!

Intinya, ketika berhadapan dengan orang lain atau berkumpul, berpenampilanlah dengan rapi. Berikut salah satu hadis bagaimana Rasulullah menganjurkan kita berpenampilan rapi:

فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّكُمْ قَادِمُونَ عَلَى إِخْوَانِكُمْ فَأَصْلِحُوا رِحَالَكُمْ وَأَصْلِحُوا لِبَاسَكُمْ حَتَّى تَكُونُوا كَأَنَّكُمْ شَامَةٌ فِي النَّاسِ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفُحْشَ وَلَا التَّفَحُّشَ

Maka dia (Abu Darda berkata), “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kalian akan menemui sahabat-sahabat kalian, maka rapikanlah pelana kendaraan kalian, rapikan pakaian kalian, hingga seolah-olah kalian manusia-manusia istimewa di tengah-tengah manusia, sebab Allah tidak suka keburukan dan tindakan-tindakan yang mencerminkan keburukan.”[1]

Tawadu itu harus tepat pengamalannya. Justru berbahaya jika sengaja berpenampilan minimalis tapi justru ingin dinilai orang kalau kita adalah sosok yang tawadu. Tawadu kok ingin dinilai orang? Lucu!

Jadi tidak mesti orang yang terlihat perlente kita nilai sebagai sosok yang ingin pamer atau sombong! Jika memungkinkan pakailah gamis, atau jas, sorban, imamah dan lainnya untuk memuliakan Allah dan rumahnya, dan juga untuk memuliakan ilmu, jangan malu!

Demikian.

Wallahu A’lam.
Tim Cordofa.


[1] Cuplikan hadis tersebut merupakan hadis yang cukup panjang dengan perawi Abu Darda pada level sahabat dan setidaknya ada dua perawi terakhir sanad, yaitu Abu Daud dan Ahmad.  Hadis tersebut juga dikutip oleh Imam An-Nawawi dalam kitabnya Riyadhus Shalihin Kitab “Al-Libas” Bab Sifat Thul Al-Qamis. Banyak para ulama hadis yang menghukumi hadis ini dengan derajat hasan.

 

 

Foto : Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *