Kabar Terbaru

Salat Tarawih, Antara Malas dan Besarnya Pahala

Salat Tarawih, Antara Malas dan Besarnya Pahala

Mari kita renungkan hadis berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menunaikan salat pada malam bulan Ramadlan (salat tarawih) dengan penuh keimanan dan mengharap (pahala dari Allah), maka dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni.” (HR. Muslim).

Masya Allah, bulan Ramadhan merupakan bulan ibadah. Bulan ini memang sangat tepat untuk meningkatkan kualitas spiritual. Dini hari menjelang Subuh, umat Islam disunahkan untuk bangun dan segera santap sahur, dilanjutkan dengan salat Subuh berjamaah. Sepanjang waktu mereka diberikan kesempatan untuk lebih dekat dengan Allah baik dengan cara mengkhatamkan Al-Qur’an, bersedekah, dan berbuka puasa bersama (ifthar jama’i).

Tidak puas dengan kegiatan ibadah siang, Allah membuka kesempatan kepada para hamba-Nya untuk lebih dekat lagi dengan melalui kesunahan salat tarawih berjamaah. Masya Allah! Kaum muslimin pulang lebih awal dari biasanya agar bisa berbuka puasa di rumah bersama keluarga tercinta dan bisa mengikuti shalat tarawih berjamaah. Masya Allah! Amboi… Indah nian!

Jika hanya dipandang dari segi fisik, sebetulnya salat tarawih itu berat. Bagaimana tidak! seharian lelah bekerja dan menahan lapar dan haus, seharusnya malam tinggal istirahat saja bahkan jika bisa langsung tarik selimut dan segera tidur lelap karena esok dini hari sudah bangun lagi untuk santap sahur. Tapi lagi-lagi semua itu tidak menjadi perhitungan bagi kaum muslimin yang tinggi semangat ibadah dan keikhlasannya. Lelah mungkin iya, tapi mereka menepis itu karena mereka mengejar ampunan Allah melalui salat tarawih sebagaimana hadits di atas.

Salat tarawih hanya bisa dilakukan di malam bulan Ramadhan. Jika ada momen langka atau khusus, biasanya pedagang atau pebisnis membela mati-matian mengejarnya agar mendapat keuntungan berlipat. Begitupun salat tarawih. Bagi mereka yang mengejar pahala dan ampunan tentu tidak mau ketinggalan sedikitpun. Pepatah jawa mengatakan “Mumpung padang rembulane, Mumpung jembar kalangane.”

Jangan terpengaruh dengan kebiasaan yang ada sejak dulu, lebih baik kedepankan husnuzzhan saja. Tidak aneh, dimana -mana saja sama. Awal Ramadhan, biasanya jamaah salat tarawih di masjid atau mushola selalu membludak (penuh) bahkan sampai pekarangan. Dalam hitungan 10 malam hingga 29 atau 30 malam, jamaah tarawih terus berkurang hingga mungkin hanya mencapai dua shaf saja. Hal tersebut tidak usah mempengaruhi kita jadi ikut-ikutan malas salat tarawih. Husnuzzhan saja, barangkali banyak jamaah yang sudah pulang ke kampung halamannya masing-masing!

Tidak perlu lagi ribut masalah jumlah rakaat salat tarawih. Masalah itu sudah ada sebelum kita lahir. Mau yang 8 rakaat ditambah witir 3 rakaat yang semuanya menjadi 11 rakaat silahkan! Mau yang 20  ditambah 3 rakaat witir yang totalnya menjadi 23, silakan! Yang mau 36 rakaat ya silahkan! bahkan yang mau dua rakaat saja ya silakan, “lah wong fiqihnya bilang sah kok walaupun hanya 2 rakaat tok!”

 Walahu A’lam.
Foto : Freepik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *