Kabar Terbaru

Salat Sunah Setelah Witir, Bolehkah?

Assalamu’alaikum Wr Wb.

Maaf pak Ustaz, sejak kecil saya memahami bahwa witir adalah salat sunah yang dikerjakan sebagai penutup salat malam. Artinya, jika kita sudah salat witir setelah melakukan salat tarawih, lalu malamnya kita terbangun, maka kita tidak bisa lagi melakukan salat tahajud. Jika kita ingin tahajud, maka saat tarawih selesai, kita tidak perlu ikut salat witir dengan imam.

Sudah bertahun-tahun itu yang saya pahami. Tapi pemahaman itu menjadikan saya ragu karena saya pernah dibangunkan oleh saudara sepupu yang juga Ustazah agar kami salat tahajud menjelang sahur. Beliau mengatakan boleh saja shalat tahajud walaupun sudah witir.

Karena saya sungkan dengan beliau, akhirnya saya bangun dan salat tahajud dikerjakan sendiri-sendiri. Sebetulnya saya ingin bertanya lebih lanjut di saat santap sahur. Tapi sayangnya saya lupa dan beliau sudah wafat.

Mohon pencerahannya, Pak Ustaz.

Demikian dan terima kasih.

Jawaban:

Wa’alaikumussalam Wr Wb.

Salat witir afdalnya (lebih utama) sebagai penutup salat sunah. Hal ini berdasarkan hadis:

وَإِنَّهُ كَانَ يَقُولُ اجْعَلُوا آخِرَ صَلَاتِكُمْ وِتْرًا فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِهِ

 Ibnu ‘Umar berkata, “Jadikanlah witir sebagai salat terakhir kalian, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan hal yang demikian.” (HR. Bukhari dari jalur ibn Umar RA).

Witir sebagai penutup salat sunah hanya sebatas afdal saja, bukan wajib. Artinya, orang yang sudah melakukan witir di awal waktu (setelah isya’) lalu malamnya ingin melaksanakan salat tahajud atau salat sunah lainnya tentu boleh. Darimana para ulama berpendapat seperti ini? Simak hadis berikut:

قُلْتُ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ أَنْبِئِينِي عَنْ وِتْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ كُنَّا نُعِدُّ لَهُ سِوَاكَهُ وَطَهُورَهُ فَيَبْعَثُهُ اللَّهُ مَا شَاءَ أَنْ يَبْعَثَهُ مِنْ اللَّيْلِ فَيَتَسَوَّكُ وَيَتَوَضَّأُ وَيُصَلِّي تِسْعَ رَكَعَاتٍ لَا يَجْلِسُ فِيهَا إِلَّا فِي الثَّامِنَةِ فَيَذْكُرُ اللَّهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوهُ ثُمَّ يَنْهَضُ وَلَا يُسَلِّمُ ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّ التَّاسِعَةَ ثُمَّ يَقْعُدُ فَيَذْكُرُ اللَّهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوهُ ثُمَّ يُسَلِّمُ تَسْلِيمًا يُسْمِعُنَا ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ مَا يُسَلِّمُ وَهُوَ قَاعِدٌ وَتِلْكَ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يَا بُنَيَّ (رواه مسلم).

Kata Sa’ad; “Wahai Ummul mukminin, beritahukanlah kepadaku tentang witir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam! Jawabnya; “Kami dulu sering mempersiapkan siwaknya dan bersucinya, setelah itu Allah membangunkannya sekehendaknya untuk bangun malam. Beliau lalu bersiwak dan berwudhu` dan shalat sembilan rakaat. Beliau tidak duduk dalam kesembilan rakaat itu selain pada rakaat kedelapan, beliau menyebut nama Allah, memuji-Nya dan berdoa kepada-Nya, kemudian beliau bangkit dan tidak mengucapkan salam. Setelah itu beliau berdiri dan shalat untuk rakaat ke sembilannya. Kemudian beliau berdzikir kepada Allah, memuji-Nya dan berdoa kepada-Nya, lalu beliau mengucapkan salam dengan nyaring agar kami mendengarnya. Setelah itu beliau shalat dua rakaat setelah salam sambil duduk, itulah sebelas rakaat wahai anakku. (HR. Muslim).

Mengenai hadis ini, Al-Imam An-Nawawi berkomentar:[1]

هذا الحديث محمول على انه صلى الله عليه وسلم صلى الركعتين بعد الوتر بيانا لجواز الصلاة.

Hadis ini bisa mengandung makna bahwa beliau SAW melaksanakan shalat dua rakaat setelah salat witir sebagai penjelas bolehnya melaksanakan salat (setelah witir).

Kesimpulan:

  1. Bagi yang tidak terbiasa melaksanakan Qiyamul lail (tahajud), sebaiknya salat witir dikerjakan awal waktu.
  2. Bagi yang sudah terbiasa terbangun malam dan melaksanakan salat tahajud, maka lebih utama untuk mengakhirkan witir sebagai penutup salat sunah.
  3. Orang yang sudah melaksanakan witir di awal waktu lalu terbangun di malam hari dan ingin melaksanakan salat tahajud, maka dipersilakan.

Demikian dan semoga bermanfaat.

Wallahu A’lam.

Foto : Unsplash

[1] Yahya Ibn Syaraf An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzzab, Jeddah: Maktabah Al-Irsyad, tanpa tahun, Juz 3, Hal. 511.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *