Ada sebagian orang yang memang benar-benar ingin bermaksiat, namun tidak jadi dengan berbagai sebab. Dan tentunya ada juga sebagian orang yang semula tidak ada keinginan maksiat, namun di saat yang bersamaan ia sangat berpeluang bermaksiat, namun tidak jadi melakukannya karena berbagai alasan. Batalnya maksiat merupakan keberuntungan yang sangat besar dan patut disyukuri karena terhindar dari dosa. Gagalnya maksiat merupakan salah satu tanda cinta Allah kepada hamba-Nya.
Agar lebih menghayati pertolongan Allah, mari kita simak firman Allah berikut ini, QS. Yusuf: 24:
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِۦ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَآ أَن رَّءَا بُرْهَٰنَ رَبِّهِۦ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ ٱلسُّوٓءَ وَٱلْفَحْشَآءَ إِنَّهُۥ مِنْ عِبَادِنَا ٱلْمُخْلَصِينَ.
“Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih.”
Tafsir:
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ
(Dan sungguh, perempuan (Zulaikha) itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf) (untuk berbuat zina).
Dia tak henti merayu Yusuf Alaihissalam untuk melakukan perbuatan keji itu walaupun Yusuf AS telah menolaknya dengan secara tegas dengan mengatakan مَعَاذَ الله (Aku berlidung kepada Allah). Dia tidak putus asa, dia terus menggoda dan merayu Yusuf.
وَهَمَّ بِهَا لَوْلَآ أَن رَّءَا بُرْهَٰنَ رَبِّهِ.
Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya.
Jika Allah tidak memperlihatkan tanda, sinyal, peringatan dan sejenisnya, tentu sebagaimana lelaki pada umumnya, Yusuf pun terbujuk rayuan Zulaikha untuk berbuat yang demikian. Tanda dari Allah yang bagaimanakah yang diperlihatkan kepada Yusuf AS saat itu ? Al Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam tafsirya “Jalalain” mengutip riwayat dari Ibnu Abbas RA sebagai berikut :
مثّل له يعقوبَ فَضَرب صدرَه فخرجت شهوتُه.
Allah menampakkan sosok Nabi Ya’qub lalu beliau (Ya’qub) memukul dadanya (Nabi Yusuf) lalu sirnalah syahwatnya.
كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ ٱلسُّوٓءَ وَٱلْفَحْشَآءَ إِنَّهُۥ مِنْ عِبَادِنَا ٱلْمُخْلَصِينَ.
“Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih.”
Begitulah cara Allah menolong hamba-Nya baik dari golongan Nabi, Rasul dan juga orang-orang yang beriman.
Terkadang seorang yang beriman tidak jadi berbuat zalim, maksiat, zina dan pekerjaan yang mengandung dosa besar karena teringat dengan sosok wajah ayahnya, ibunya atau anaknya. Seakan-akan orang tersebut berkata :”Andaikan saja aku menipu, tentu uang yang kuhasilkan adalah haram. Aku tak tega memberi anak istriku makan dari jalan tidak halal. Itulah cara Allah menolong hamba-Nya agar terhindar dari maksiat.
Oleh karena itu mintalah pertolongan Allah di setiap saat agar Allah memberikan kita tanda-tanda-Nya agar kita “gagal bermaksiat”.
Ada satu doa ringan namun luar biasa maknanya. Doa tersebut adalah agar Allah senantiasa menolong kita, membantu kita, membimbing kita agar selalu ingat kepada-Nya, selalu bersyukur kepada-Nya dan selalu mampu melaksanakan ibadah terbaik kepada-Nya. Doa tersebut adalah:
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
ALLAAHUMMA A’INNII ‘ALAA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI ‘IBAADATIK (Ya Allah, tolonglah aku dalam berzikir, bersyukur, dan beribadah yang baik kepada-Mu).
Doa tersebut adalah doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam kepada salah seorang sahabat yang bernama Mu’adz Ibn Jabal. Rasululah Shalallahu Alaihi Wassalam berwasiat kepada beliau agar jangan sekali-kali meninggalkan doa ini setelah selesai menegakkan salat. (HR. Abu Daud).
Wallahu A’lam.
Foto : Unsplash