Harta merupakan rezeki yang Allah berikan kepada makhluknya. Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Pemurah. Allah tidak pernah berhenti memberikan rezeki kepada seluruh makhluk-Nya. Siapa saja diberi rezeki oleh Allah. Yang beriman, kafir, munafik diberi rezeki. Yang besar, kecil, tua, muda juga diberi. Yang rajin ibadah, setengah rajin, malas, malas parah juga diberi rezeki. Bahkan tak tanggung-tanggung sampai ateis pun diberi rezeki!
Tapi tidak semua yang diberi rezeki otomatis disayang oleh Allah. Allah hanya sayang (Rahim) kepada orang-orang yang beriman saja. Mereka yang tidak beriman sudah pasti dimurkai walaupun diberi rezeki. Sebanyak apapun rezeki tentu tidak nikmat jika yang memberinya murka. Ga enakkan kalo dikasih sesuatu sama orang tapi itu orang ngasihnya sambil nimpuk?!
Tidak perlu heran jika kadar rezeki setiap orang tidak sama. Ada yang Allah berikan harta begitu melimpah (konglomerat alias sultan) padahal kafir. Ada pula yang begitu sempit (miskin) padahal tahajud setiap malam tidak pernah tertinggal. Itu semua kehendak Allah yang bertujuan untuk menguji manusia. Yang lulus ujian ya selamat, dan yang gagal ya sengsara nantinya! Sekaya-kayanya orang di dunia mungkin cuma 70-90 tahun. Itu juga kurang nikmat kalo sudah renta. Apa enaknya makan kambing guling tapi giginya sudah banyak yang tanggal dan tensi darah dikit-dikit naik? Apa enaknya naik Rolls-Royce Boat Tail keluaran 2021 (US$28 juta/ Rp402,06 miliar) tapi mata sudah katarak dan badan sudah bungkuk? Kalu sudah tua renta, nafas teratur saja sudah nikmat, sudah tidak terlalu tertarik dengan harta benda yang dia miliki. Kalo sudah masuk kubur, semua orang jadi miskin! Dalam ajaran islam, jika sudah mati, kendaraannya kurung batang, pakainnya kain kafan, parfumnya ya kapur barus saja saat dimandikan!
Yang miskin juga begitu. Jika dia sabar dalam ujian yang diberikan, dia jadi kaya di akhirat, surga balasannya. Miskin paling lama 70-90 tahun, kaya di akhirat untuk selamanya. Begitu pun yang kaya dan sabar dalam menggunakan hartanya, tidak menindas orang, tidak memperkaya diri, membantu faqir-miskin dan dermawan, tentu tetap kaya di akhirat, surga! Kaya di dunia dan kaya di akhirat. Yang parah dan bodoh itu adalah mereka yang melarat di dunia dan juga melarat di akhirat! Na’udzu billah!
Tidak perlu banyak ayat Al-Qur’an atau hadis untuk mengingatkan kita. Satu ayat berikut tentunya mewakili jika kita betul-betul meng-insyafi dan tadabbur, Q.S. Al-Anfal ayat 10 sebagai berikut:
وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَآ أَمْوَٰلُكُمْ وَأَوْلَٰدُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥٓ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.”
Contoh sudah banyak. Lihatlah Qarun, si konglomerat gagal! Jangankan surga, di dunia saja sudah ditelan bumi beserta hartanya. Dia tidak mau zakat dan merasa bahwa kekayaannya mutlak hasil usahanya tanpa bantuan Allah semata. Lihatlah juga Nabi Sulaiman AS, Raja paling kaya di dunia dan pasukannya bukan cuma orang. Jin Ifrit, gajah, singa, macan bahkan angin juga jadi anak buahnya. Bukan cuma kaya, tapi juga mengerti bahasa binatang. Kurang hebat gimana? Beliau adalah hamba Allah yang sangat bersyukur dan menyadari bahwa anugerah yang diperolehnya merupakan “Fadhal” dan menjadi ujian baginya apakah beliau termasuk orang yang syukur atau kufur. Perhatikanlah bagaimana indahnya Al-Qur’an mengisahkan hal ini dalam Surat An-Naml ayat 40:
“Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, Maha Mulia.”
Pilihan ada di tangan kita, mau berguru sama Qarun apa Nabi Sulaiman?
“Kalo mau nyonto Nabi Sulaiman begini, Malih! Kaye tapi zakat, kaye tapi dikit-dikit sedeke, kaye tapi kage sombong, kaye tapi makin rajin ibadah!” Begitulah nasihat Kong Ali kepada cucunya, Malih.
Wallahu A’lam.
Tim Cordofa
Foto : Unsplash