Kabar Terbaru

Puasa Ramadan Dan Perubahan Sosial Positif

Puasa Ramadan tentu berbeda dengan puasa sunah. Puasa sunah tidak dikerjakan oleh semua orang. Puasa sunah biasa dikerjakan oleh orang yang mempunyai kadar keimanan dan ketakwaan yang cukup tinggi. Coba lihat Puasa Daud, sehari puasa sehari tidak. Puasa seperti ini mana mungkin dikerjakan oleh orang yang salatnya separuh- separuh! Yang salatnya rajin saja belum tentu mau dan mampu melakukannya. Yang biasa puasa seperti ini sudah pasti orang yang keimanan dan ketakwaannya sangat baik.

Jika Puasa Daud terlalu berat, ada lagi yang lebih ringan, yaitu Puasa Senin dan Kamis. Puasa ini juga tidak dilakukan semua orang. Jika Umat Islam di seluruh dunia yang sudah memenuhi syarat puasa berjumlah 4 miliar, mungkin yang biasa puasa Senin Kamis tidak sampai 100 juta orang.

Ada lagi puasa sunah yang lebih ringan, puasa tiga hari di setiap pertengahan bulan Qamariyah, puasa tanggal 13, 14 dan 15. Tapi ya tetap saja, tidak banyak juga yang melakukannya.

Puasa sunah lebih berat dari puasa wajib. Kok bisa? Iya lah. Puasa sunah itu bagi yang mau saja, tidak mau ya tidak masalah. Bagaimana tidak berat? Di tengah-tengah orang makan dan minum secara bebas, dia puasa! Berbeda sekali dengan puasa Ramadan yang dilakukan berbarengan dan serentak. Justru aneh jika ramai-ramai orang berpuasa, tiba-tiba ada orang makan dan minum di keramaian tanpa malu!

Hampir dipastikan bahwa orang yang puasa sunah adalah orang baik, orang yang imannya kuat dan rajin tentunya. Tapi lain ceritanya untuk puasa Ramadan. Dalam hal ini, selama orang tidak punya alasan uzur syar’i, ia wajib berpuasa. Artinya puasa Ramadan wajib bagi orang yang rajin salat maupun tidak. Puasa Ramadan tetap wajib dilakukan oleh Kiai, Syekh, Ustaz, dan juga orang awam. Tetap wajib juga bagi penjudi, pezina, perampok, pencuri atau siapapun dia selagi muslim, baligh, tidak safar alias mukim, tidak haid, tidak nifas, tidak sakit dan waras alias tidak gila. Seakan-akan Allah ‘memaksa’ agar umat Islam di seluruh dunia ini menjadi bertakwa semua dan baik semua.

Tegasnya, kewajiban berpuasa Ramadan bertujuan menjadikan seorang hamba bertakwa kepada Allah. Jika tujuan tersebut benar-benar bisa diwujudkan, maka puasa Ramadan betul-betul menjadi sarana untuk mewujudkan perubahan sosial positif di seluruh belahan dunia. Amboi, andai saja ini benar-benar terjadi!

Tapi, lagi-lagi hanya mimpi jika puasa Ramadan sebatas puasa musiman. Yang namanya musiman ya begitu, tiada kesan mendalam bagi orang yang puasa asal-asalan. Puasa sih iya, tapi kebiasaan ghibah masih oke, buka puasa bersama tanpa shalat maghrib, berpuasa tapi salatnya masih bolong, berpuasa tapi judi online jalan terus! Puasa tapi masih ‘kata-kataan’ di medsos dan puasa-puasa yang ada ‘tapinya’ itu!

Wallahu A’lam.
Tim Cordofa.

 

 

Foto : Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *