Pemilihan presiden bagi sebuah negara merupakan pesta rakyat dan pesta demokrasi. Indonesia bukanlah negara dengan sistem pemerintahan monarki yang untung-untungan. Jika kebetulan pemerintahan dipimpin oleh seorang raja yang adil dan pro rakyat, tentu rakyatnya senang. Tapi sebaliknya, jika yang memimpin adalah seorang raja berkuping baja, berhati batu dan bertangan besi, ya sudah, suka tidak suka yaa harus diterima, namanya juga monarki absolut yang tidak bisa dikritik.
Pemimpin merupakan cerminan suatu negara. Jika mau lihat seberapa hebatnya suatu negera, lihat saja presidennya. Indonesia merupakan negara besar. Dengan begitu, mau tidak mau Indonesia harus mempunyai pemimpin yang berkapasitas besar.
Pilpres merupakan salah satu hajat besar bangsa Indonesia untuk mendapatkan “presiden besar”. Rugi sekali jika kesempatan ini diabaikan begitu saja oleh sebagian orang yang mungkin merasa trauma karena presiden yang mereka pilih tidak sesuai harapan. Atau ada juga yang merasa percuma nyumbang suara untuk pilpres jika ujung-ujungnya ada kecurangan dan menghasilkan “Presiden KW”. Tulisan ini bukan menggiring pembaca agar menyimpulkan bahwa ada kecurangan di Pilpres, tidak!. Tulisan ini hanya menyampaikan fakta bahwa salah satu alasan golput bagi sebagian masyarakat adalah karena mereka menganggap ada kecurangan, itu saja!
Secara teori, sistem pilpres di negara kita sudah baik tentunya. Tinggal bagaimana masyarakat Indonesia jujur menyikapinya. Jika semua sistem dan etika di jalankan degan baik, tentu pilpres akan berjalan dengan sehat dan segar, tanpa ada ribut sana-sini dan sampai-sampai ada perceraian hanya karena berbedanya pilihan antara suami dan istri.
Tulisan singkat ini hanya mengingatkan kita semua bahwa pilpres harus berjalan dan kita sebagai warga negara harus menggunakan hak suara kita dan jangan golput. Jangan putus asa! Kedepankan optimisme bahwa diantara calon presiden pasti ada yang menurut kita paling baik, layak dan mampu memimpin negara kita dengan sangat baik.
Jangan mudah termakan hoaks dari pihak-pihak yang mencoba “main kotor”. Bismillah, tawakkalnaa alallah bahwa kita berijtihad untuk memilih capres terbaik. Siapapun presiden yang nantinya terpilih, hal itu merupakan kehendak Allah. Silakan simak ayat berikut:
قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلْمُلْكِ تُؤْتِى ٱلْمُلْكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلْمُلْكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُ بِيَدِكَ ٱلْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
“Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Ali Imran: 26).
Masalah siapa nanti yang terpilih, itu urusan Allah. Kita sebagai rakyat hanya dituntut berikhtiyar memilih dengan cermat. Bolehkah mengampanyekan calon pilihan kita? Boleh, selama kampanye tersebut dijalankan dengan baik tanpa ada unsur menjelekkan calon lain yang tidak kita pilih. Silakan promosikan calon kita sebagus-bagusnya tanpa mencela calon lain.
Wallahu A’lam.
Foto : Unsplash