Kabar Terbaru

Pilpres 2024 Semakin Dekat

Tidak lama lagi rakyat Indonesia akan menggelar perhelatan besar Pemilihan Presiden RI ke-8. Alat peraga kampanye juga sudah marak bertebaran di segala tempat. Sosialisasi yang dilakukan oleh Capres dan Cawapres kepada beberapa lembaga atau kelompok masyarakat juga sering kita lihat. Kunjungan-kunjungan Capres atau Cawapres tersebut terkadang ada sebagian orang yang menyebutnya “silaturahmi”, hehe. Begitukah? Ya semoga saja benar.

Namun ada satu hal yang lebih penting dari alat peraga kampanye maupun sosialisasi ke berbagai tempat, apa itu? Ya, seperti yang selalu ditunggu-tunggu oleh seluruh masyarakat kita, Debat Capres dan Cawapres! Melalui sesi inilah kualitas para Capres dan Cawapres secara ril terlihat aslinya. Dengan performa mereka, akan terlihat bagaimana kualitas kecerdasan, kualitas gagasan, kualitas analisa, kualitas diplomasi, kualitas metode pengambilan keputusan dan tak kalah penting, kualitas pengendalian emosional.

Tak dipungkiri, debat Capres dan Cawapres memberikan pengaruh signifikan kepada calon pemilih. Rakyat Indonesia tentunya tidak mau memilih presiden “abal-abal” alias “asal jadi”. Rakyat kita tidak mau membeli kucing dalam karung. Untuk negara besar seperti Indonesia, presidennya tentu harus besar pula! Besar apanya? Besar kecerdasannya, besar wibawanya, besar amanahnya, besar keimanan dan ketakwaannya, besar kasih sayangnya terhadap rakyat, besar keberaniannya dan besar-besar lainnya.

Mengenai kriteria pemimpin ideal, pembaca mungkin sudah menyimak tulisan kami dengan judul “Semua Bangsa Mendambakan Pemimpin Ideal“. Namun ada satu poin yang juga sangat penting sebagai pertimbangan memilih Capres dan Cawapres. Apa itu itu? Jawabannya adalah bithanah. Apa itu bithanah? Untuk menjawabnya, mari kita simak Q.S. Ali Imran: 118 dan salah satu hadis shahih mengenai hal tersebut.

Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا۟ مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ ٱلْبَغْضَآءُ مِنْ أَفْوَٰهِهِمْ وَمَا تُخْفِى صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلْءَايَٰتِ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ.

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti.” (Q.S. Ali Imran: 118).

Hadis Rasulullah SAW:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا بَعَثَ اللَّهُ مِنْ نَبِيٍّ وَلَا اسْتَخْلَفَ مِنْ خَلِيفَةٍ إِلَّا كَانَتْ لَهُ بِطَانَتَانِ بِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ وَبِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالشَّرِّ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ فَالْمَعْصُومُ مَنْ عَصَمَ اللَّهُ تَعَالَى  (رواه البخاري).

Dari Abu Sa’id Al Khudri RA, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi atau mengangkat seorang khalifah selain ia mempunyai dua bithanah, bithanah yang memerintahkannya kebaikan dan memotivasinya, dan bithanah yang menyuruhnya berbuat keburukan dan mendorongnya, maka orang yang terjaga adalah yang dijaga Allah Ta’ala.” (HR. Bukhari).
Merujuk pada kamus Al-Munawwir, salah satu arti bithanah adalah keluarga, pengiring, teman atau orang terdekat.[1] Kata bithanah pada ayat 118 Q.S. Ali Imran di atas juga diterjemahkan  dengan “teman kepercayaan” (menurut terjemah oleh DEPAG RI).  Dengan demikian, bithanah secara mudah diartikan dengan teman kepercayaan.

Menurut hadis sahih di atas, tentunya pemimpin yang dijaga oleh Allah adalah pemimpin yang memiliki bithanah yang memerintahkannya atau memberikan dorongan untuk berbuat baik.

Untuk konteks sekarang, bithanah tentunya lebih tepat diartikan dengan “koalisi” atau para pendukung yang sekiranya mempunyai pengaruh besar kepada calon presiden nantinya jika ia terpilih.

Ya tinggal lihat saja secara objektif. Lihatlah bithanahnya! Apakah bithanah sang Capres adalah para ulama, kaum cendekiawan, kelompok pro LGBT, kelompok anti Perda Syariat atau kelompok liberal? Ya lihat saja secara objektif.

Tapi walau bagaimana pun, memilih Capres atau Cawapres atau calon anggota legislatif merupakan perkara ijtihad yang tentunya syarat dengan perbedaan pandangan. Kita harus menghormati pilihan orang. Negara kita adalah negara demokrasi yang tentunya dilandasi dengan keimanan dan saling menghormati satu sama lain.

Selamat memilih!

Wallahu A’lam.

Foto : Freepik

[1] A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, hal. 93.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *