Seringkali penghuni rumah mengabaikan anggota keluarga yang sudah lanjut usia (lansia). Padahal, lansia identik dengan ketidakberdayaan, dimana menjalankan rutinitas hanya berkutat pada makan dan istirahat. Maka tidak jarang banyak lansia yang menjelang akhir hayat dipenuhi kecemasan hingga depresi.
Dalam rangka memberikan semangat kepada lansia untuk tetap berpartisipasi aktif terhadap produktifitas kegiatan, spiritual, dan psikososial, Dompet Dhuafa bersinergi dengan Gerakan Perempuan ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) resmi membuka kegiatan pesantren kilat untuk lansia, pada Ahad (27/2) lalu. Acara tersebut berlangsung selama tiga hari di Saung Dolken, Cimahpar, Bogor, dan dibuka langsung oleh Yuniarko selaku Direktur Wakaf Dompet Dhuafa, dan Welya Safitri selaku Ketua Gerakan Perempuan ICMI.
Baca Juga: Kisah Mak Miah; Nenek Berumur 100 Tahun yang Tinggal Sebatang Kara
Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat, begitu motivasi peserta mengikuti seluruh rangkaian acara dengan konsep ‘belajar agama semudah bermain’. Kegiatan tersebut meliputi materi keagamaan, mentoring Qur’an, bernyanyi, bermain, dan shalat malam. Bahkan sebagian peserta menjalankan puasa sunnah Senin untuk lebih mendakatkan diri pada Allah SWT.
Direktur Dakwah Dompet Dhuafa, Ahmad Shonhaji, menuturkan bahwa pesantren lansia merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas spiritual dan ketaqwaan dengan sentuhan materi yang sangat dekat dalam kehidupan sehari-hari.
“Materi pesantren lansia bersifat pragmatis bagi peserta, terkait tatacara sholat, zikir yang menentramkan jiwa, harta yang membawa keberkahan dunia dan akhirat, dan lainnya. Materi pun disampaikan dengan cara rileks dan menyenangkan,” ujarnya.
Ahmad Shonhaji pun berpesan kepada lansia untuk terus memperbaiki ibadah agar menjadi ikhtiar memanfaatkan waktu di usia senja.
Rangkaian kegiatan pesantren lansia diakhiri oleh rasa haru dari peserta, ketika mereka diminta untuk menuruliskan sepucuk surat cinta untuk anak. Di atas kertas putih, tertulis ungkapan sayang, permohonan maaf, dan harapan kepada sang anak, jikalau ibunda dan ayahanda tidak lagi bisa membersamai buah hatinya kelak.