Assalamu’alaikum Wr Wb.
Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya melalui layanan konsultasi ini.
Saya sedikit banyak memahami hal-hal yang berhubungan dengan Itikaf, baik dari mulai definisi dan kaifiahnya. Yang ingin saya tanyakan apakah hikmah di balik kesunahan Itikaf? Dan sering saya perhatikan juga bahwa tiap Ramadan, ada sebagian orang yang sangat antusias ber-Itikaf terutama di akhir-akhir bulan Ramadan. Bahkan ada suatu masjid yang membuat panitia khusus Itikaf akhir Ramadan. Apakah hal itu ada dalilnya , Pak Ustaz?
Oh iya, berhubung saya adalah seorang wanita mualaf, kiranya Pak Ustaz berkenan juga untuk sedikit membahas hal-hal Itikaf yang berhubungan dengan kaum wanita.
Demikian pertanyaan dan permohonan saya. Semoga Allah senantiasa melimpahkan keberkahan kepada Pak Ustaz dan tim cordofa.id, terima kasih.
Wassalam.
Jawaban:
Wa’alaikumussalam Wr Wb.
Sebelumnya kami juga berdoa kepada Allah agar Anda senantiasa istiqamah dalam Islam dan memperoleh keberkahan dalam kehidupan, aamiin.
Untuk menjawab pertanyaan Anda, kami persilakan agar menyimak salah satu hadis berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ .رَمَضَانٍ عَشْرَةَ أَيَّامٍ فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri’tikaf selama dua puluh hari”. (HR. Bukhari no. 1903).
I’tikaf adalah berdiam di dalam masjid dengan syarat-syarat tertentu, semata-mata niat beribadah kepada Allah. Niat i’tikaf:
نَوَيْتُ الاِعْتِكَافَ فِي هذَا المَسْجِدِ لِلّهِ تَعَالى.
“Nawaitul I’tikaafa Fii Haadzal masjidi Lillahi Ta’aalaa.”
Artinya : “Aku berniat i’tikaf di dalam masjid ini karena Allah Ta’ala.”
Itikaf sangat baik untuk memperbaiki dan meningkatkan spiritualitas kita. Betah berlama-lama di rumah Allah hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah. Berlama-lama di rumah Allah untuk berzikir, mengagungkan Allah, muhasabah dan muraqabah. Para malaikat mendoakan orang yang berada di dalam masjid mendapatkan rahmat (kasih sayang) dan maghfirah (ampunan) dari Allah selama dia belum berhadas.
Itikaf boleh dilakukan kapan saja karena masjid adalah rumah Allah yang terbuka 24 jam. Seharusnya masuk rumah Allah itu “sangat sulit” dan “sangat ketat” melebihi prosedur masuk istana. Namun karena besarnya kasih sayang Allah kepada para hamba-Nya, Allah tidak mempersulit para hamba untuk mendatangi rumah-Nya, bahkan Allah memanggil dan membuka rumah-Nya kapan saja. Ya, tinggal kita saja yang mau menyambut panggilan-Nya atau tidak!
Jika itikaf boleh di lakukan kapan saja, terlebih di bulan Ramadan. Yang lebih utama lagi itikaf banyak dilakukan pada sepuluh terakhir malam-malam Ramadan sebagaimana yang disampaikan melalui hadis Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saja yang sudah dijamin masuk surga masih saja melakukan itikaf dua puluh hari (malam-malam Ramdan) di tahun wafatnya beliau. Hadis ini seharusnya bisa menjadi inspirasi dan targhib buat kita bahwa bulan Ramadan tahun ini bisa saja adalah bulan Ramadan terakhir kita.
Apa tujuan utama itikaf di sepuluh malam terakhir Ramadan? Tentunya menggapai malam Lailatul Qadar, satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan.
Adapun mengenai hal-hal Itikaf berkaitan dengan wanita, ada baiknya Anda menyimak keterangan berikut:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى .اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri Beliau beri’tikaf setelah kepergian Beliau. (HR. Bukhari no. 1886).
Itikaf adalah salah satu cara untuk mendapatkan Lailatul Qadar. Itikaf bukan hanya disyariatkan untuk kaum pria saja. Kaum muslimah juga disyariatkan untuk beritikaf di masjid. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi kaum wanita ketika beritikaf di masjid:
- Bagi wanita yang bersuami wajib meminta izin suaminya. Jika suami tidak mengizinkan, maka tidak boleh itikaf.
- Tempat itikaf bagi wanita haruslah tertutup dari pandangan jamaah laki-laki.
- Jika suami meminta istrinya untuk membatalkan itikaf, maka istri wajib membatalkannya.
- Hendaklah kaum wanita tidak memakai wewangian agar tidak terjadi fitnah. Tujuan itikaf adalah murni ibadah kepada Allah, jangan sampai mengganggu kekhusyu’an jamaah lainnya, terutama jamaah laki-laki.
- Wajib menjaga adab di masjid. Hindari obrolan yang tidak penting apalagi sibuk dengan HP. Tujuan itikaf adalah perbanyak ibadah. Jika lelah lebih baik tidur.
Demikian dan semoga bermanfaat.
Wallahu A’lam
Foto : Pixabay