Mohon maaf, Pak Ustaz!
Sebelum saya bertanya, izinkan saya bercerita sedikit mengenai rasa penasaran saya selama ini.
Rencananya saya mau pinjam uang teman saya untuk beli sepeda motor. Harga sepeda motor tersebut Rp. 30 juta. Agar pinjaman saya itu disetujui, saya bilang begini: “Saya bisa ga pinjam uangmu untuk beli motor? Harganya 30 juta, nanti gantinya saya cicil selama 10 bulan. Bunganya Rp. 200 ribu sebulan. Jadi Saya cicil tiap bulannya Rp. 3.200.000 (tiga juta dua ratus ribu). Jadi kalo ditotal 10 bulan semuanya jadi 32 juta. Gimana, bisa ga?”
Mendengar permohonan saya tersebut, kawan saya menjawab: “Gak mau ah, apaan pake bunga segala, Riba! Saya pinjamin kamu uang aja 30 juta, silakan cicil perbulan 3 juta aja, ga pake bunga sama sekali! Saya ga mau dosa!” jawab Wawan, temen saya itu.
“Ah, kalo gitu aku yang ga mau, ga enak sama kamu!” Kata saya. “Ya terserah kamu! Dikasih enak malah ga mau! Bukan apa-apa, aku takut dosa! Cuma gara-gara riba yang ga seberapa nantinya aku di neraka! ga banget!” jawabnya kekeuh.
Sebelum saya bertanya, izinkan saya bercerita sedikit mengenai rasa penasaran saya selama ini.
Rencananya saya mau pinjam uang teman saya untuk beli sepeda motor. Harga sepeda motor tersebut Rp. 30 juta. Agar pinjaman saya itu disetujui, saya bilang begini: “Saya bisa ga pinjam uangmu untuk beli motor? Harganya 30 juta, nanti gantinya saya cicil selama 10 bulan. Bunganya Rp. 200 ribu sebulan. Jadi Saya cicil tiap bulannya Rp. 3.200.000 (tiga juta dua ratus ribu). Jadi kalo ditotal 10 bulan semuanya jadi 32 juta. Gimana, bisa ga?”
Mendengar permohonan saya tersebut, kawan saya menjawab: “Gak mau ah, apaan pake bunga segala, Riba! Saya pinjamin kamu uang aja 30 juta, silakan cicil perbulan 3 juta aja, ga pake bunga sama sekali! Saya ga mau dosa!” jawab Wawan, temen saya itu.
“Ah, kalo gitu aku yang ga mau, ga enak sama kamu!” Kata saya. “Ya terserah kamu! Dikasih enak malah ga mau! Bukan apa-apa, aku takut dosa! Cuma gara-gara riba yang ga seberapa nantinya aku di neraka! ga banget!” jawabnya kekeuh.
Ternyata percakapan kami didengar oleh Mas Dodi, tetangga kawan saya. “Bagaimana kalo saya kasih solusi? Jalan tengahnya gini aja, motor yang kamu incar itu dibeli saja sama Wawan, terus dia jual sama kamu Rp. 32 juta. Terus kamu bayarnya dengan sistem cicil sebulan 3,2 juta. Kalo begini kan sama-sama enak. Kalo kaya gini kan namanya jual beli, ga ada riba-ribaan!” Kata Mas Dodi.
“Ok, Deal!” ujar Wawan. Akhirnya transaksi saya dengan Wawan kami wujudkan sesuai kesepakatan kami.
Yang ingin saya tanyakan begini, Pak Ustadz:
- Jika diperhatikan, sama saja kan jika saya hutang ditambah bunga dengan saya beli motor itu secara cicil? Ujung-ujungnya kan sama, saya cicil per bulan 3,2 juta? Kenapa dengan sistem bunga jadi dosa, sedangkan dengan jual beli jadi tidak dosa?
- Apa hikmah antara meminjamkan murni tanpa bunga dengan sistem jual beli beli yang saya lakukan dengan Wawan? Sebetulnya Wawan rela banget meminjamkan uangnya tanpa ada bunga sedikitpun. Saya menduga kuat dia akhirnya menyetujui transaksi jual beli kredit karena ga enak sama saya saja.
Demikian, Pak Ustaz. Terima kasih atas jawabannya!
Jawaban:
Wa’alaikumussalam Wr Wb.
To The Poin saja ya!
- Walaupun sepintas terlihat sama, namun sebenarnya ada perbedaan yang sangat mencolok jika diamati dengan seksama. Hutang itu pinjam meminjam. Meminjamkan suatu benda kepada orang lain adalah prinsip tolong menolong murni. Meminjamkan benda kepada orang lain akan mendapatkan pahala yang besar. Jika pinjam-meminjam ada bunga, maka tidak ada lagi kemurnian prinsip tolong menolong. Jika ini dilakukan, tentu namanya bukan menolong, namanya mencekik! Praktik seperti ini jelas merugikan peminjam! Kalo sudah begitu tentu sudah tidak ada lagi pahala, justru yang ada dosa! Adapun jual beli adalah sesuatu yang mubah dan kedua belah pihak sama-sama diuntungkan. Karena kedua belah pihak sama-sama untung, maka tidak ada pahala di sini. Dengan demikian, jelaslah sudah perbedaan jual beli dengan riba’.
- Teman Anda yang bernama Wawan itu luar biasa. Dia takut dosa dan tentunya ingin mengharap pahala yang besar dengan meminjamkan uangnya tanpa bunga sepeser pun! Itulah mengapa ia bersikeras ingin meminjamkan uangnya. Pahala akan terus mengalir selama uangnya belum kembali secara utuh. Seperti argo taksi saja, selama tujuan belum sampai, argo akan terus berjalan! Pahala meminjamkan juga begitu, mengalir seperti argo. “Tapi syaratnye kudu bener-bener ikhlas, kage ngedumel plus sabar selame yang minjem belum bise ngelunasin! Kage boleh dongkol” kata Kong Ali mengajarkan betapa besarnya pahala memberikan pinjaman, kepada cucunya, Malih.
Wallahu A’lam.
Tim Cordofa
Tim Cordofa
Foto : Unsplash