Perbedaan Jumlah Ayat
Assalamu’alaikum Wr Wb.
Mohon izin, Pak Ustaz! Ada kegundahan dalam diri saya mengenai perbedaan jumlah ayat dalam suatu surat.
Belum lama ini saya bertemu dengan senior saya. Dulu kami sama-sama mondok di sebuah pesantren. Senior saya sekarang adalah mahasiswa S2 tafsir di Kairo, Mesir. Saat liburan Idul Fitri kemarin, senior saya tersebut pulang Ke Indonesia dan saat itulah saya bertemu beliau.
Awalnya kami ngobrol ringan saja. Karena larut dengan obrolan, entah bagaimana awalnya, obrolan kami menyinggung masalah jumlah ayat dalam Al-Qur’an, khususnya jumlah ayat pada surat-surat tertentu.
Beliau mengatakan kepada saya, bahwa terjadi perbedaan para ulama dalam menghitung jumlah ayat dalam Al-Qur’an. Beliau memberikan contoh pada Surat Al-Qari’ah. Jika dalam mushaf Al-Qur’an yang kita baca sehari-hari berjumlah 11 ayat, kata beliau ada sebagian ulama yang menghitungnya delapan (8) ayat saja.
Saat beliau ingin menerangkan lebih lanjut, tiba-tiba HP beliau berdering dan spontan mengangkat HP tersebut. Setelah selesai menerima panggilan via HP, beliau meminta izin kepada saya untuk pergi dan tentunya penjelasan beliau terputus atau tidak tuntas.
Sayangnya kami tidak sempat bertemu kembali. Beliau sudah berada di Mesir lagi dan saya tidak sempat meminta nomor pribadi beliau.
Dalam kesempatan ini saya berharap Ustaz bisa menggantikan senior saya tersebut untuk menjelaskan kepada saya perihal perbedaan jumlah ayat Al-Qur’an, khususnya pada surat Al-Qari’ah.
Demikian permohonan saya dan semoga Ustaz berkenan. Jazakumullah Khairal Jaza’.
Wassalam.
Jawaban:
Wa’alaikumussalam Wr Wb.
Al-Qur’an sudah turun semuanya secara lengkap melalui Rasulullah SAW. Tidak ada yang kurang sedikitpun.
Di masa Al-Qur’an turun, tidak semua sahabat nabi mampu menulis ayat-ayat Al-Qur’an yang disampaikan oleh Nabi SAW. Ada sebagian sahabat yang mencatat ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Qur’an yang ditulis oleh para sahabat tidak ada harakat, nama-nama surat, nomor ayat, nomor juz dan sebagainya.
Nah, barulah para ulama Al-Qur’an di era sahabat dan tabi’in lebih cenderung untuk menentukan ujung-ujung ayat. Walapun saat itu ujung-ujung ayat sebagai pemisah antar ayat dalam suatu surat belum diberi simbol, mereka mengajarkan bacaan Al-Qur’an kepada masyarkat untuk berhenti di setiap ujung ayat. Mereka meletakkan tiga titik di setiap ujung ayat. Lama-lama kelamaan, titik tiga tersebut diganti dengan penomoran ayat di setiap ujung ayat oleh ulama-ulama era selanjutnya.
Para ulama, khususnya ulama Al-Qur’an sepakat bahwa semua ayat sudah turun secara lengkap. Hanya saja mereka berbeda pendapat tentang cara menghitung jumlah ayat saja. Perbedaan tersebut terjadi karena waqafnya Nabi ketika membaca Al-Qur’an. Ketika itu mendengar waqaf nabi SAW, sebagian sahabat ada yang menganggapnya akhir ayat dan sebagian lainnya menganggap bukan akhir ayat, hanya waqaf biasa saja. Riwayat-riwayat waqaf inilah yang disampaikan oleh para sahabat kepada tabi’in dan terus berkelanjutan sampai diterima oleh para ulama kita. Periwayatan tersebut tentunya menginduk kepada ulama-ulama qira’at mu’tabar seperti qira’at Sab’ misalnya.
Nah, apa yang disampaikan oleh senior Anda memang benar adanya. Mari kita bahas perbedaan para ulama qira’at dalam menghitung jumlah ayat pada Surat Al-Qari’ah seperti yang disinggung oleh senior Anda.
Untuk diketahui sebelumnya, bahwa Al-Qur’an yang kita baca sehari-hari dan tertulis pada mushaf yang kita gunakan adalah berdasarkan jalur periwayatan Imam Hash dari gurunya yang bernama Imam ‘Ashim. Beliau berdua masuk golongan ulama-ulama Kufah. Berikut kami sampaikan perbedaan perhitungan jumlah ayat Al-Qur’an pada surat Al-Qari’ah. Data tersebut kami kutip dalam kitab Al-Bayan Fi Add Ay Al-Qur’an oleh Abu Amr Ad-Dani :
- 11 ayat menurut perhitungan para ulama Kufah. Imam Hafsh termasuk ulama Kufah. Inilah yang menjadi dasar penjumlahan ayat pada mushaf yang kita baca.
- 10 ayat menurut perhitungan ulama Madinah dan Makkah seperti Imam Nafi’ Al-Madini dan Ibn Katsir Al-Makki. Yang dimaksud ulama disini adalah para ulama Makkah dan Madinah zaman dahulu. Adapun ulama Makkah dan Madinah era sekarang ini berpegang dengan riwayat Imam Hafsh, sama seperti kita.
- Delapan (8) ayat menurut perhitungan ulama Bashrah dan Syam.
riwayat Warsy (10 ayat) dan mushaf riwayat As-Susi (8 ayat) sebagai berikut:
Mushaf riwayat hafsh 11 ayat:
Mushaf Riwayat Warsy 10 ayat: