Kabar Terbaru

Penampilan Itu Perlu

Boncos, panggilan paling terkenal di kalangan preman Pasar Lele. Bukan saja pedagang pasar, tukang parkir, sopir angkot, tukang ojek bahkan keamanan resmi pun bisa gelisah ketika dihadapan mereka disebut nama Boncos. Bukan apa-apa, Boncos tidak tanggung-tanggung melukai siapa saja jika ia sedang bad mood apalagi sedang marah atau kesal.

Boncos tentu bukan nama asli. Nama aslinya adalah Abdul Manan, sebuah nama yang sangat indah. Tapi entah bagaimana ceritanya kok bisa-bisanya dipanggil Boncos.

Usianya masih muda dan belum menikah. Menurut informasi yang beredar, usianya sekarang hampir menginjak 30 tahun.

Rambut urakan, tinggi besar dan 60% badannya dihiasi tato. Dia perokok berat dan dibalik bajunya terselip belati tajam. Dia tidak banyak bicara, tapi kalo sudah melotot, hanya preman sakti yang bisa balik menatapnya. Ya, pokoknya sangar deh!

Oh yaa, selain urakan, mulutnya bau alkohol dan tentunya Boncos tidak pernah salat dan puasa Ramadhan. Seingatnya, ia pernah salat dan puasa ketika masih kecil saja. Boncos tidak tahu persis siapa bapaknya. Sang ibu yang sudah meninggal juga tidak pernah memberitahu Boncos siapa bapak biologisnya.

Dua bulan lalu, Boncos kedatangan salah seorang Jamaah Tabligh yang biasa dakwah keliling. Jamaah tersebut mengajak Boncos untuk kembali ke jalan Allah.

Jamaah tersebut sempat terkena pukulan mentah si Boncos. Bukan hanya sekali pukulan itu mendarat di wajahnya, bahkan berkali-kali. Dan akhirnya Allah meluluhkan hati Boncos melalui wasilah (sebab) dakwah jamaah tersebut. Boncos bertaubat dan kini selalu salat berjamaah di masjid.

Singkat cerita, Boncos sudah mulai agak lembut ketika berbicara. Rambutnya sudah tidak urakan lagi. Dari mulutnya sudah tidak tercium lagi bau alkohol. Untuk rokok, sepertinya Boncos sudah mulai mengurangi.

Ada satu hal yang membuat Boncos masih galau. Ia masih bingung dengan tato yang menghias hampir di sekujur tubuhnya. Ia masih terngiang perkataan temannya semasa kecil jika tato bisa menyebabkan mandi wajib dan salat menjadi tidak sah.

Tapi akhirnya kekhawatiran itu hilang ketika ada seorang ustaz yang menjelaskan kepadanya bahwa tato memang harus dihilangkan selagi mampu. Jika menghilangkan tato dapat menimbulkan rasa sakit dan menimbulkan mudarat bagi tubuh, maka cukup bertaubat saja.

Hal ini membuat dia cukup lega. Menurut Boncos, tato tidak perlu dihilangkan, yang penting sudah taubat. Dia meyakini bahwa salat yang dilakukan hanya untuk Allah, bukan untuk manusia. Dia tidak merasa minder dengan tatonya. pikirnya, Allah Maha Mengerti dengan kondisi tatonya itu.

Waktu terus berjalan dan Boncos tidak lagi menjadi preman. Ia mulai menata diri dan mencari pekerjaan. Selain mencari pekerjaan, dia juga berkeinginan untuk menikah. Dia sudah tidak mau lagi dipanggil Boncos. Ia ingin dipanggil dengan nama aslinya, Abdul Manan.

Tapi yang namanya masih tatoan, ia sulit sekali mendapatkan pekerjaan. Bukan hanya itu, beberapa gadis muslimah juga tidak ada yang mau menerima cintanya. Tiga tahun sudah waktu dilaluinya mendapat penolakan di sana-sini.

Ketika beristirahat di beranda masjid, tidak sengaja ia bertemu dengan Danar, seorang remaja yang baru saja lulus dari pesantren.

Obrolan terjadi cukup lama antara Manan dan Danar.

“Bang Manan, betul sekali bahwa Allah tidak melihat bentuk fisik atau warna kulit. Yang dilihat Allah adalah amal ibadah seseorang. Itu betul.”

“Tapi sebagai mukmin yang baik, Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan.” Jika abang menghilangkan tato, apalagi di zaman sekarang ini ada teknik laser yang aman, sebaiknya Abang hilangkan saja.”

“Jika tato hilang, bukan Allah saja yang senang, tapi juga orang banyak.”

“Insya Allah jika tubuh Abang bersih dari tato, Abang akan diterima bekerja dan juga mendapatkan jodoh.”

“Membuat orang nyaman memandang kita juga merupakan salah satu bentuk ibadah. Jika ini kita lakukan ikhlas karena Allah, kehidupan Abang selalu diliputi kemudahan dan keberkahan, Insya Allah.”

Perkataan Danar membuat Manan tertegun. Tanpa menunggu waktu lama, Manan menghilangkan tatonya. Dan benar saja, penampilan Manan semakin rapi.

Manan mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang cukup memuaskan. Tidak hanya itu, Pak Warsito juga meminta Manan untuk melamar putrinya, Halimah.

Ternyata, hadis Nabi SAW tidak pernah salah. Ya, salah satu pesan Rasulullah SAW kepada kita adalah menyenangkan hati saudara sesama muslim adalah termasuk amalan utama. Yang namanya amalan utama sudah pasti membawa kebaikan dan keberkahan bagi yang melakukannya. Hal ini tentu sudah di buktikan oleh Manan.

Ayo, tingkatkan terus “Idkhalus Surur” agar kehidupan kita semakin guyub, tentram dan bahagia dunia akhirat.

Oh yaa, ini loh hadis yang dimaksud, Rasulullah SAW bersabda:

أَفْضَلُ الأَعْمَالِ إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى الْمُؤْمِنِ ، كَسَوْتَ عَوْرَتَهُ وَأَشْبَعْتَ جُوْعَتَهُ أَوْ قَضَيْتَ لَهُ حَاجَةً

Amalan yang paling utama adalah membahagiakan seorang mukmin, engkau beri pakaian untuk menutup aurotnya, mengenyangkannya ketika lapar, dan memenuhi kebutuhannya.” (HR. Ath-Thobaroni dari jalur Ibnu Umar Ibn Al-Khattab RA).

Wallahu A’lam.

 

Foto : Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *