Bagi orang Islam yang tidak alergi pengajian, sudah pasti mengenal kaum Muhajirin dan Anshar. Jika ingat persahabatan mereka, tentu air mata ini mudah sekali menetes.
Kaum Anshar artinya kaum penolong. Mereka adalah penduduk asli Madinah dengan dua suku besar yang dulunya adalah musuh bebuyutan. Suku Aus dan Khazraj selalu bertikai kurang lebih 120 tahun lamanya.
Suku Aus dan Khazraj akhirnya bosan sendiri! Mereka sepakat harus mencari seorang pemimpin dari luar kaum mereka.
Mereka mendengar kabar dari para rahib yahudi yang tinggal di Madinah bahwa di Makkah ada seorang nabi terakhir yang telah diutus oleh Allah. Karena sangat tertarik, mereka mengirim beberapa orang agar bertemu dengan sang nabi.
Setelah bertemu Rasulullah SAW, mereka beriman dan akan menyebarkan Islam untuk seluruh penduduk madinah.
Kaum Muhajirin begitu teguh kesabaran dan perjuangannya. Bayangkan saja, para sahabat berhijrah atas perintah Allah dan Rasul-Nya. Bagi mereka yang kaya harus meninggalkan asetnya yang sangat besar di Makkah. Mereka tidak peduli itu semua! Yang mereka utamakan adalah keimanan dan patuh perintah Allah!
Sanggupkah kita seperti mereka? Meninggalkan aset dan hijrah ke tempat baru dan kita tidak tahu bagaimana nasib kita di tempat baru! Berani?
Yang namanya hijrah tentu sedikit yang dibawa. Bahkan ada yang hanya membawa baju yang melekat di badan. Jangan dibayangkan bahwa hijrah yang mereka lakukan dalam keadaan aman! Tidak! Mereka hijrah sembunyi-sembunyi di malam hari dan dalam ancaman teror sana sini. Jika ketahuan, mereka bisa disiksa dan dipaksa kembali ke Makkah oleh kaum musyrikin! Ya Salam….!
Karena tidak membawa apa-apa, tentu kaum Muhajirin tiba di kota Madinah dalam keadaan miskin dan papa. Tapi di luar dugaan, Kaum Anshar menolong mereka sekuat tenaga. Mereka menyambut kaum Muhajirin dengan sambutan hangat dan penuh persaudaraan karena iman.
Ingat, bantuan kaum Anshar kepada Muhajrin tidak tanggung-tanggung! Bantuan super ekstrim. Bukan hanya mengangkat saudara. Mereka mau berbagi tanah, ladang rumah dan aset lainnya!
Bukan hanya aset yang mereka bagi, Mereka juga rela menceraikan beberapa istri mereka agar bisa dinikahkan dengan kaum muhajirin yang istrinya masih dalam keadaan kafir di Makkah!
La Ilaha Illallah! Apakah kita bisa seperti kaum Anshar yang betul-betul ikhlas berbagi?
Persahabatan dan persaudaraan mereka ini dipuji oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 8 dan 9:
Lalu bagaimana dengan kondisi umat islam saat ini? Apakah persaudaraan di antara mereka sangat lekat sebagaimana Muhajirin dan Anshar?
Bagaimana bisa lekat jika masih dengan leluasa dan penuh nyinyir mengafirkan dan membid’ahkan amalan saudaranya yang statusnya masih ikhtilaf? Bagaimana bisa disebut lekat jika hanya beda calon presiden saja dengan mudahnya saling serang di medsos?
Semoga di awal tahun 1445 H ini, para asatidz dan khutoba kembali menyampaikan sejarah emas lekatnya persaudaraan kaum Muhajirin dan Anshar, aamiin.