Kabar Terbaru

Mudiklah Selagi Bisa!

Bangsa kita adalah bangsa yang berbudaya. Berbudaya artinya memiliki berbagai macam tradisi. Masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, juga memiliki tradisi tahunan yang sangat indah. Tradisi dimaksud adalah mudik atau Pulang Kampung. Tradisi ini tentunya dilakukan oleh orang yang bekerja atau kuliah di luar kota kelahirannya. Adapun masyarakat yang tidak pulang kampung, mereka mempersiapkan diri untuk menyambut Hari Raya dengan membuat kue lebaran, baju baru atau ketupat. Terhitung Hari Raya dan beberapa hari setelahnya, mereka saling bersilaturahmi mengunjungi kerabat atau handai tolan.

Mudik merupakan salah satu bentuk silaturahmi. Secara mudah, silaturahmi artinya menyambung tali cinta atau kasih kepada sesama muslim, terutama kepada keluarga inti, kerabat atau handai tolan. Walaupun terkadang mudik harus dilakukan dengan susah payah, misalnya berebutan tiket pesawat, bus atau kereta, bermacet-macetan di jalan, membawa cenderamata yang tidak sedikit, membawa peralatan pribadi seperti koper dan lain-lain, tetap saja dilakukan. Belum lagi jika membawa anak-anak yang masih kecil, tentunya lebih merepotkan . Tapi repot bukanlah halangan bagi mereka. Apa alasannya? Kekuatan cinta dan rindu keluarga, itulah jawabannya. Cinta mengalahkan segalanya, pepatah tersebut ada benarnya juga, bukan?

Dalam Islam, silaturahmi memiliki keistimewaan dan keutamaan yang besar. Selain memperoleh pahala yang tidak sedikit, fadhilah silaturahmi diantaranya adalah memperbanyak rezeki dan memperpanjang usia. Hal ini sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ. (متفق عليه).

Dari Anas bin Malik RA berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang ingin diluaskan rezekinya atau dipanjangkan usianya, hendaklah dia menyambung silaturrahim”. (Muttafaq Alaih).
Al-Imam An-Nawawi dalam kitabnya, Al-Minhaj, mengomentari hadis ini bahwa salah satu makna diluaskan rezeki adalah diperbanyak dari segi kuantitas dan juga keberkahan. Artinya, orang yang bersilaturahmi diberikan rezeki yang banyak dan berkah. Adapun makna lain dari dipanjangkan umurnya adalah bertambahnya berkah usia untuk melakukan ketaatan dan diberikan kekuatan untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat baginya untuk bekal kehidupan akhirat. Dengan kata lain, orang yang bersilaturahmi dimudahkan oleh Allah untuk melakukan ibadah dan dimudahkan dalam mempersiapkan kehidupan akhirat.

Rindu kampung halaman atau tanah kelahiran merupakan hal yang manusiawi dan terpuji. Rasulullah SAW sebagai manusia terbaik juga pernah merindukan Mekah, kota dimana beliau dilahirkan, sebagaimana hal ini terekam dalam satu hadis. Rasulullah SAW bersabda:

وَاللَّهِ إِنَّكِ لَخَيْرُ أَرْضِ اللَّهِ وَأَحَبُّ أَرْضِ اللَّهِ إِلَى اللَّهِ وَلَوْلَا أَنِّي أُخْرِجْتُ مِنْكِ مَا خَرَجْتُ. (رواه الترمذى و ابن ماجه و الدارمى و أحمد).

“Demi Allah, sesungguhnya kamu (kota Makkah) adalah sebaik-baik tanah Allah, dan tanah yang paling dicintai oleh Allah, seandainya aku tidak diusir dari tempatmu, niscaya saya tidak akan keluar (darimu).” (HR. At-Tirmidzi, Ibn Majah, Ad- Darimi dan Ahmad).
Mudik tentu dilakukan karena rindu dengan kampung halaman dan orang tua. Lihatlah bagaimana indahnya ketika mata kita menyaksikan seorang anak yang memeluk erat ayah atau ibunya setelah sekian lama tidak bersua. Air mata haru tak kuasa berlinang dari kedua mata mereka. Lihatlah ekspresi bahagia tak terkira dari wajah sang kakek dan nenek ketika memeluk cucu-cucu mereka yang baru saja tiba setelah sekian lama tak berjumpa, masya Allah! Rasa lelah karena perjalanan mudik seketika hilang karena kerinduan terbalaskan dengan penuh kebahagian.

Bagi pemudik yang orang tuanya sudah berpulang ke Rahmatullah, tentu berziarah ke makam orang tua tercinta. Dari atas makam, sang anak berdoa dengan linangan air mata agar Allah SWT memberikan ampunan, meluaskan dan menerangkan kubur ayah bunda. Di saat itulah sang anak terkenang betapa gigihnya perjuangan orang tua dalam membesarkannya. Terbayanglah betapa besarnya cinta orang tua kepada sang anak. Rabbighfir Lii Wa Liwalidayya Warhamhuma kama Rabbayanii Shghiiraa.

Perlu kita ingat bahwa mudik atau pulang kampung merupakan salah satu ladang ibadah. Hindarilah perkara-perkara yang tidak perlu dan mengakibatkan dosa. Apa itu? Tabdzir dan riya’Tabdzir atau pemborosan merupakan perilaku tercela. Membawa uang banyak tentu boleh, namun pergunakanlah sebaik mungkin di kampung halaman agar ketika kembali bekerja pasca mudik, keuangan kita masih aman terkendali. Tidaklah sedikit para pemudik yang akhirnya banyak hutang setelah kembali dikarenakan kurang bijak dalam menggunakan harta di kampung halaman.

Adapun riya’ dalam konteks mudik adalah perilaku pamer harta di kampung halaman. Tidak ada larangan membawa kendaraan mewah, HP kelas sultan dan juga perhiasan indah selama diniatkan sebagai rasa syukur kepada Allah. Jika diniatkan untuk pamer atau riya, tentu sangat disayangkan. Mudik yang seharusmya memperoleh pahala dan keberkahan tak terhingga, dinodai dengan perilaku tak terpuji dan sangat dilarang dalam islam.

Ada satu hal lagi yang harus dihindari ketika mudik. Apa itu? Hindari sifat gengsi. Jangan sampai ingin dikatakan orang kaya, pemudik akhirnya berlebih-lebihan dalam hal penampilan namun dilakukan dengan cara berbohong. Di kampung halaman ia mengaku sebagai orang kaya dengan cara menyewa mobil mewah dan mengaku memiliki jabatan bergengsi di sautu perusahaan. Padahal sejatinya ia adalah seorang pekerja rendahan saja, naudzubillah!

Semoga saudara-saudara kita yang tahun ini pulang ke kampung halaman diberikan kesehatan oleh Allah, dimudahkan dalam perjalanan dan semua urusan dan dapat kembali pulang dengan selamat dan tetap istiqamah tepat waktu menjalankan kewajiban sebagaimana biasa. Aamiin.
Foto : Freepik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *