Australia merupakan negara urutan keempat yang paling banyak ditempati oleh warga Indonesia di luar negeri, setelah Malaysia, Belanda dan Suriname. Tidak kurang dari 75 ribu jiwa warga Indonesia yang tinggal di Australia. Mereka tersebar di berbagai kota di negeri Kangguru itu; di Sydney, Melbourne, Canberra, Brisbane, Perth dan lain-lain. Walaupun data terakhir menunjukkan bahwa popularitas warga Indonesia di Australia mulai menurun, dikalahkan oleh Vietnam, China dan India.
Dengan jumlah yang demikian banyak, tentu warga Indonesia di Australia memiliki berbagai perbedaan dan kecenderungan yang beragam, baik dari segi agama, pola pikir, pilihan-pilihan politik, adat kebiasaan dan sebagainya. Dan ini menjadi tantangan tersendiri dalam berdakwah di negeri satu benua ini. Seorang da’i mesti memahami keragaman ini dan bisa masuk ke semua kalangan untuk menyampaikan dakwah pemersatu dan perekat.
Alhamdulillah, Da’i Ambassador Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa); Ust. Yendri Junaidi, Lc., MA yang pada Ramadhan kali ini ditempatkan di Australia berusaha semaksimal mungkin untuk memainkan peran ini. Konten-konten ceramah dan kajian yang diberikan pada masyarakat di Australia adalah konten yang menyejukkan, mempersatu dan menepis pertikaian. Sebagai seorang master hadits dari Universitas al-Azhar, ia berusaha memberikan kajian seputar hadits yang jauh dari perdebatan dan saling menyalahkan. Kajian di Majlis Ta’lim Raudhatul ‘Ilmi (MTRI) yang bercorak HTI (Hizbut Tahrir Indonesia), Iqro Foundation (bercorak PKS) dan MHS (Minang House Sydney) yang bercorak kedaerahan. Alhamdulillah dapat diterima semua kalangan. Ini juga menjadi indikasi bahwa masyarakat Indonesia di Australia sangat terbuka dengan segala pencerahan dan pemikiran.
Dalam konteks keberadaan warga Indonesia di Australia, memang selayaknya berbagai perbedaan dalam banyak hal dikesampingkan demi sesuatu yang jauh lebih besar. Saat ini berbagai elemen masyarakat Indonesia di Australia sedang berjuang keras untuk bisa memiliki masjid sendiri sebagai wadah perekat, pendidikan dan pembinaan generasi. Diantaranya adalah MHS (Minang House Sydney) yang sedang berjuang untuk mewujudkan ‘surau’ sebagai sarana yang sangat vital untuk merekat warga Minang yang ada di Sydney dan memberikan pendidikan agama yang kuat kepada anak cucu. Hal yang sama juga dilakukan oleh warga Indonesia yang berdomisili di Brisbane yang tergabung dalam Indonesian Moslem Corporation of Queensland (IMCQ).
Tentu hal itu patut diapresiasi dan didukung oleh semua pihak. Karena tantangan pendidikan –terutama pendidikan anak—di negara yang mayoritas penduduknya non muslim seperti Australia tidaklah mudah. Dan tentunya, tujuan yang mulia dan agung itu tidak akan tercapai tanpa kerjasama, persatuan, saling bahu membahu dan memiliki visi dan misi yang sama dalam menegakkan agama Allah dimanapun kita berada. Semoga Allah memberikan taufik dan bantuan-Nya pada seluruh hamba-hamba-Nya yang senantiasa berkorban dalam menolong agama-Nya.