Perjuangan meraih hidayah itu butuh pengorbanan. Tak hanya berkorban harta benda dan karir saja, tapi seringkali juga harus kehilangan orang-orang yang dikasihinya.
Begitulah yang dialami para mualaf. Keputusannya memeluk agama Islam seringkali berujung pada terasingnya dirinya dari keluarga besarnya. Sebab dia telah dianggap murtad dari agama sebelumnya, agama yang diimani dan diyakini oleh orang tua, pasangan hidup, anak-anak, serta kelurga besarnya.
Para mualaf yang bermukim di gedung Wisma Muallaf Dompet Dhuafa merupakan orang-orang terpilih yang mampu mempertahankan hidayah yang didapatkannya, meski mereka harus terusir dari keluarganya. Mereka berhijrah dan tinggal di Wisma Mualaf umumnya karena berusaha melindungi dirinya dari konflik atau perbuatan negatif dari pihak keluarga dan orang-orang terdekat yang tidak suka atas keputusannya memeluk Islam.
Ada pula mualaf akhwat yang pernah bermukim di Gedung Wisma Muallaf. Dia rela bercerai dengan suaminya dan berpisah dengan anak-anaknya. Sebab suaminya marah besar dan tak menerima keputusannya memeluk Islam, sehingga tega memisahkannya dengan anak-anaknya.
Ada juga seorang ibu yang membawa kedua anaknya, kemudian meminta izin bermukim di Gedung Wisma Mualaf selama beberapa bulan. Ibu tersebut terpaksa harus bercerai dengan suaminya karenan seuaminya tak menerima keputusannya memeluk Islam dan tak bersedia mengikuti jejaknya itu. Tapi ibu tersebut tidak rela berpisah dan kehilangan dengan kedua anak yang sangat dicintainya. Akhirnya, dia membawa kedua anaknya berhijrah, tentunya dengan perjuangan yang berat untuk mendapatkan hak asuh kedua anaknya.
Siapa yang tidak sedih ketika harus berpisah dengan orang-orang yang dicintainya? Pastilah para mualaf itu merasakan kesedihan dan kehilangan yang mendalam dalam hatinya, tapi mereka selalu berusaha menyembunyikan perasaannya. Maka tugas kita sebagai sesama Muslim harus berperan menjadi keluarga yang baru bagi mereka.
Para pembina dan segenap manajemen Pesantren Dompet Dhuafa selalu berupaya menjadi keluarga baru bagi para mualaf. Tak hanya membina dan memberikan bimbingan keIslaman saja, tapi juga memberikan perhatin dan kasih sayang kepada para mualaf layaknya saudara. Dengan segala keterbatasan yang ada mereka selalu berusaha ‘merawat senyum mualaf dengan hangatnya kekeluargaan’.
Sejauh ini banyak umat Islam yang peduli dan selalu tergerak bersama Pesantren Mualaf untuk memberikan perhatian dan uluran kasih sayang kepada para mualaf sehingga mereka selalu tersenyum dan bahagia. (Sulthon Abddullah/Pesantren Muallaf DD)
Baca Juga: