“Yang kesebelas, ilmu lebih utama dibanding harta,” sambung beliau, “sebab kemuliaan pemilik harta ada pada pernak-pernik kekayaan yang terletak di luar dirinya. Adapun keluhuran ahli ilmu adalah pengetahuan yang menyatu bersama sosoknya.”
“Yang kedua belas, ilmu lebih utama dibanding harta,” tambah beliau, “sebab semua ibadah dan ketaatan pada Allah, harus dilakukan dengan ilmu. Tapi banyak kemaksiatan keji dan mungkar, dapat dilakukan dengan harta.”
“Yang ketiga belas, ilmu lebih utama daripada harta,” lanjut beliau, “karena agak sukar menemukan kemaksiatan yang ditujukan untuk memperoleh ilmu. Namunm bertabur banyaknya dosa-dosa yang ditujukan demi mendapatkan harta.”
“Yang keempat belas, ilmu lebih utama daripada harta,” terus beliau, “karena harta menyergap kesedihan sebelum mendapatkannya dan mencekamkan kekhawatiran setelah memperolehnya. Adapun ilmu adalah kegembiraan dan keamanan, kapan pun dan di mana pun berada.”
Yang kelima belas, ilmu lebih utama daripada harta,” urai beliau, “sebab mencintai ilmu, baik bagi yang memilikinya maupun tidak, adalah mata air kebajikan. Adapun mencintai harta, baik di kala berpunya maupun papa, adalah sumber keburukan.”
“Yang keenam belas, ilmu lebih utama dibanding harta,” anjur beliau, “sebab Adam diciptakan, lelu dia dibekali ilmu, dan bukannya harta, yang membuatnya unggul di hadapan para malaikat dan menerima sujud penghormatan mereka.”
“Yang ketujuh belas, ilmu lebih utama dibanding harta,” beliau melanjutkan, “sebab Rabb kita menciptakan makhluq pertamanya berupada pena, menurunkan wahyu pertama pada Nabi-Nya dengan kalimat ‘baca’, dan menjadikan mu’jizat utama Rasulullah adalah kitab-Nya.”
“Yang kedelapan belas, ilmu lebih utama dibanding harta,” beliau meneruskan, “sebab harta hanya bisa mulia dan membawa ke surga jika dimakmumkan kepada ilmu. Adapun ilmu tak harus disertai harta untuk menjadikan pemiliknya begitu.”
“Yang kesembilan belas, ilmu lebih utama dibanding harta,” beliau menambahkan, “sebab orang berharta lagi berilmu yang berinfaq, padalanya disamakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan orang berilmu miskin yang baru beniat untuk itu.”
“Yang kedua puluh, ilmu lebih utama dibanding harta,” beliau memungkasi pemeriannya, “sebab para pemilik harta mudah dijangkiti kesombongan hingga mengaku tuhan. Adapun para pemilik ilmu dikaruniai sifat takut kepada Allah dan rendah hati terhadap sesama insan.”
(M. Azzam/Cordofa)
One thought on “Menta’arufi Ilmu Sebelum Berdakwah (2)”