Berikut ini kita nukil paparan Syaikh Muhammad Abu Zahrah, yang mengambil jabaran Abul Hasan, Radhiyallahu ‘Anhu, pendapat para Tabi’in, Atba’ut Tabi’in dan ‘Ulama Muta’akhirin kemudian meramunya menjadi satu.
“Ilmu lebih utama daripada harta,” demikian beliau Rahimahullah memulai uraiannya, “awal-awal sebab ia adalah warisan para rasul dan nabi-nabi. Sementara harta berupa emas, perak dan permata, dilungsurkan Fir’aun, Qarun dan raja-raja.”
“Yang kedua, ilmu lebih utama daripada harta,” kata beliau, “karena ilmu menjaga pemiliknya, sedang pemilik harta bersusah payah memelihara kekayaannya.”
“Yang ketiga, ilmu lebih utama daripada harta,” ujar beliau, “sebab jika ilmu menguasai harta, akan menjadi mulialah kedua-duanya. Sebaliknya, jika harta menguasai ilmu, kan menjadi hinalah kedua-duanya.”
“Yang keempat, ilmu lebih utama dibanding harta,” jelas beliau. “sebab kekayaan akan berkurang jika dibelanjakan, sedangkan pengetahuan bertambah jika dibagikan.”
“Yang kelima, ilmu lebih utama dibanding harta,” terang beliau, “karena ilmu setia menyertai pemiliknya menuju kematian, kebangkitan, dan akhiratnya. Adapun harta tak mau ikut dan tetap tinggal di dunia.”
“Yang keenam, ilmu lebih utama dibanding harta,” papar beliau, “sebab pemilik ilmu terhormat dan diperlukan semua insan; dari rakyat jelata hingga para raja. Adapun harta hanya berguna dalam kebutuhan para faqir dan dhu’afa.”
“Yang ketujuh, ilmu lebih utama daripada harta,” tutur beliau, “sebab bagi pemilik hartta, akan bermunculan musuh jahat dan kawan tak tulus. Adapun empunya ilmu, berarti memperbanyak saudara dan mengurangi seteru.”
“Yang kedelapan, ilmu lebih utama daripada harta,” tandas beliau, “sebab pemilik harta hanya digelari yang baik-baik jika mau memberi. Adapun ahli ilmu digelari yang baik-baik sejak belajar, terlebih ketika mengajar.”
“Yang kesembilan, ilmu lebih utama daripada harta,” ucap beliau, “sebab ketamakan pada ilmu memuliakan mereka yang masih bodoh maupun para cendekia. Sebaliknya, tamak terhadap harta menistakan yang masih miskin juga yang sudah kaya.”
“Yang kesepuluh, ilmu lebih utama daripada harta,” tegas beliau, “sebab, diakhirat pemilik harta akan rumit urusan dan berbelit hisabnya. Sedangkan pelajar dan pengajar ilmu akan mendapat kemudahan dan syafa’at nabi-Nya.”
(M. Azzam/Cordofa)