Kabar Terbaru

Menguatkan Hati Dengan Ikatan Persaudaraan yang Kekal, Ukhuwah Islamiyah

Pesantren Mualaf Dompet Dhuafa

Sesungguhnya Allah SWT tak akan membiarkan seseorang hanya berkata ‘Aku telah beriman’ saja. Pasti Allah akan menguji keimanannya dengan beragam cobaan dan musibah yang begitu dahsyat mengguncang imannya. Hanya orang-orang yang mau mengikuti petunjuk Allah dan bersungguh-sungguh memeluk hidayah-Nya yang mampu mempertahankan imannya.

‘Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, kami telah beriman dan mereka tidak diuji?’ (QS. Al-Ankabut : 2).

‘Dan sungguh, kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.’ (QS. Al-Ankabut : 3).

Para mualaf adalah orang-orang yang terpilih untuk memperoleh petunjuk dan hidayah Allah SWT. Mereka telah melalui lika-liku kehidupan yang teramat rumit dan mengguncangkan iman. Seringkali diterpa oleh keragu-raguan dan kebimbangan. Diuji oleh beragam masalah dan kesulitan hidup supaya iman mereka kepada ketauhidan dan kekuasaan Allah SWT semakin tumbuh dan mengakar kuat dalam dirinya. Tatkala hidayah Islam telah menghampirinya, mereka pun mengikrarkan dua kalimat syahadat.

Namun para mualaf itu tetap harus dibimbing dan didampingi supaya hatinya tetap cenderung mecintai Islam.

Yusuf Qardhawi di dalam Fiqh Az-Zakat, beliau mengartikan golongan mualaf adalah orang dilembutkan hatinya dengan harapan mereka akan condong kepada Islam dan menguatkan imannya. Menarik hati mereka supaya tertarik terhadap Islam sehingga para mualaf itu dapat mendekatkan diri kepada Islam dan menjauhkan diri dari kekufuran. Itu adalah suatu kewajiban kaum muslimin untuk memelihara dan menolong para mualaf supaya mendapatkan kehidupan yang baik di dunia maupun di akhirat.

Rasulullah Muhammad SAW telah memberikan teladan agar umat Islam selalu menolong saudaranya sesama muslim supaya tetap menguatkan hatinya dalam mencintai dan memeluk Islam. Teladan itu diwujudkan Rasulullah Muahammad SAW dengan mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar.

Di masa awal hijrah merupakan saat-saat yang terberat bagi kaum Muhajirin. Sebab mereka berhijrah tanpa membawa harta benda mereka. Sebagian besar harta mereka tinggalkan di Mekkah sebagai wujud pengorbanan mereka dalam mencari ridha Allah SWT. Padahal mereka tak hanya harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Tapi mereka juga harus mendapatkan pekerjaan atau membuka usaha sebagai sumber penghidupan mereka. Sedangkan kaum Muhajirin tak memiliki modal dan akses perdagangan.

Melihat kesulitan dan kesusahan hidup yang dialami kaum Muhajirin. Dengan landasan persaudaraan ukhuwah islamiyah, kaum Anshar dengan pengorbanannya secara total dan sepenuh hati, membantu mengentaskan kesulitan dan kesusahan hartanya kepada kaum Muhajirin. Dengan jalinan ukhuwah islamiyah inilah kemudian Madinah menjadi pusat peradaban umat manusia dan Islam bisa berkembang menjangkau dua pertiga dunia.

Pengorbanan kaum Anshar dalam menoling kaum Muhajirin dari kesulitan dan kesusahan hidupnya ini diabadikan Allah dalam firman-Nya.

“Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.’ (QS. Al-Hasyr : 9).

Meneladani upaya Rasulullah Muhammad SAW dalam mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Maka Manajemen Pesantren Mualaf Dompet Dhuafa selalu berusaha mempersaudarakan para mualaf dengan saudara sesama muslim lainnya dalam ikatan persaudaraan yang kekal dalam jalinan ukhuwah islamiyah. Alhamdulillah, kini semakin banyak saudara muslim yang peduli dan berkorban sepenuh hati untuk membantu kesulitan hidup yang dialami para mualaf. Harapannya supaya para mualaf itu kelak bisa hidup mandiri dan berdaya, serta senantiasa menguatkan hatinya dalam iman dan taqwa. (Sulthon Abdullah/Pesantren Mualaf Dompet Dhuafa).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *