Anak merupakan anugerah dari Allah dan sekaligus ujian. Orang tua yang dapat mendidik anaknya dengan baik akan memperoleh pahala dan rahmat Allah dan bisa masuk surga karena wasilah sang anak.
Tapi lain ceritanya jika orang tua lalai dan abai dalam mendidik anak, terutama hal-hal yang berhubungan dengan agama. Jika pengamalan agama sang anak rusak karena minim didikan, bisa jadi orang tuanya masuk neraka.
Allah berpesan kepada kita agar tidak abai dalam masalah pendidikan anak, seperti:
إِنَّمَآ أَمْوَٰلُكُمْ وَأَوْلَٰدُكُمْ فِتْنَةٌ وَٱللَّهُ عِندَهُۥٓ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Ada dua titik berat dalam mendidik anak dari kacamata Islam yaitu ibadah dan muamalah. Untuk didikan keluarga, orang tua bisa mendidik anak secara langsung seperti mengajarkan praktik dan pembiasaan shalat lima waktu, puasa Ramadhan dan zakat fitrah. Adapun didikan ibadah lainnya dalam cakupan yang lebih luas, orang tua bisa menitipkan anaknya di sekolah-sekolah agama ataupun pesantren.
Selain hal ibadah dan spiritual, anak juga harus memperoleh pendidikan akhlak dan kepribadian Islam. Untuk poin ini, anak harus dikenalkan dengan sosok manusia yang paling mulia akhlaknya, siapa lagi kalau bukan baginda Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
Untuk mengenalkan profil Rasulullah SAW kepada anak, tentunya orang tua harus lebih dulu mengenal beliau. Orang tua bisa mengenal Rasulullah SAW lebih dekat dengan banyak cara. Bisa dengan membaca buku-buku sirah (sejarah), kajian sirah nabawiyah via laman youtube atau melalui aplikasi android yang cukup komprehensif.
Jika orang tua benar-benar meresapi dan betul-betul mengenal Rasulullah SAW, maka kecintaannya kepada Rasulullah SAW semakin tebal dan selalu berupaya meniru akhlak Rasulullah dalam keseharian. Jika sudah mempraktikkannya sendiri, tentu orang tua akan lebih terdorong dan bersemangat agar keindahan akhlak dan keperibadian tersebut juga melekat dan dipraktikan oleh sang anak.
Berikut contoh sederhana agar anak mampu meniru akhlak Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari:
Ketika orang tua mendapati anaknya berbicara kasar, orang tua bisa mengingatkannya seperti ini: “Nak, Rasulullah yang kita cintai tidak pernah berbicara kasar kepada siapapun. Jika kita mencintai beliau, berbicaralah dengan penuh kelembutan.”
Ketika anak berbicara kepada kita sambil main HP, orang tua bisa mengingatkannya dengan mengatakan: “Nak, ketika berbicara kepada seseorang, Rasulullah menghadapkan seluruh muka dan tubuh beliau. Jika kita mencintai Rasulullah, hadapkanlah seluruh wajahmu kepada lawan bicara.”
Ketika orang tua mendapati anaknya yang agak malas melaksanakan shalat, orang tua bisa mengingatkannya seperti ini: “Nak, Rasulullah SAW adalah hamba Allah yang sudah pasti masuk surga. Walaupun begitu, beliau melaksanakan shalat tahajud setiap malam bahkan sampai kaki beliau bengkak. Jika kamu benar-benar mencintai Rasulullah, maka janganlah kamu meninggalkan shalat.”
Poin-poin diatas hanya sekedar contoh saja. Kami yakin Anda lebih mampu memberikan contoh lainnya ketika Anda semakin mengenal Rasulullah lebih dekat. Inti dari artikel singkat ini adalah bagaimana orang tua menghadirkan sosok Rasulullah dalam kehidupan keluarga. Ingat kata kuncinya, “Nak, jika kamu benar-benar mencintai Rasulullah, maka lakukanlah ini dan itu!”