Assalamu’alaikum Wr Wb.
Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk berkonsultasi.
Begini Ustaz, saya adalah mahasiswa prodi hadis dan tentunya saya melakukan kunut setiap salat subuh. Karena saya memahami bahwa kunut subuh merupakan perkara ikhtilaf (perbedaan pendapat) para ulama, namun saya terdorong untuk mentakhrij hadis-hadis yang berhubungan dengan kunut nazilah yang hanya dikerjakan ketika ada bencana atau suasana genting yang dihadapi umat Islam dan juga mentakhrij hadis kunut subuh secara spesifik.
Berhubung saya tidak memiliki kitab-kitab hadis versi cetak, maka saya mengakses salah satu website yang memfasilitasi takhrij hadis. Maaf saya tidak menyebutkan website dimaksud.
Setelah saya takhrij, ternyata hadis-hadis tentang kunut subuh banyak didhaifkan para ulama. Berikut sedikit saya lampirkan hadis-hadis yang dirasa cukup mewakili.
Hadis-hadis kunut Nazilah (keyword: قنت)
1. Hadis no.4: Nabi hanya kunut di saat salat witir dan nazilah saja.
ما قنَتَ رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ في شَيءٍ منَ الصَّلَواتِ إلَّا في الوِترِ، وأنَّه كان إذا حارَبَ يَقنُتُ في الصَّلاةِ كلِّها يَدْعو على المُشرِكينَ، وما قنَتَ أبو بَكرٍ ولا عُمَرُ ولا عُثمانُ حتى ماتوا، ولا قنَتَ عَليٌّ حتى حارَبَ أهلَ الشَّامِ.
الراوي : عبدالله بن مسعود | المحدث : ابن الجوزي | المصدر : تنقيح التحقيق
الصفحة أو الرقم : 2/434 | خلاصة حكم المحدث : [فيه] محمد بن جابر، ضعَّفه يحيى والنسائي، وقال أحمد بن حنبل: لا يحدِّث عنه إلا من هو شرٌّ منه. وقال الفلاَّس: متروك الحديث.
“Rasulullah SAW tidak kunut dalam salat kecuali hanya witir. Dan apabila beliau berperang, beliau selalu kunut di setiap salat untuk mendoakan keburukan bagi orang-orang musyrikin. Abu Bakar, Umar dan Utsman juga tidak qunut sampai mereka wafat. Dan Ali qunut ketika berperang melawan penduduk Syam.”
Perawi: Abdullah Ibn Mas’ud.
Muhaddis: Ibn Al-Jauzi dalam kitab Tanqih At-tahqiq, halaman 2 hadis no: 432.
Hukum hadis: Dalam hadis tersebut ada perawi bernama Muhammad Ibn Jabir. Yahya dan An-Nasa’I mendhaifkannya. Ahmad Ibn hanbal berkata: Tidak ada yang mengambil hadis darinya kecuali orang yang buruk darinya. Al-Fallas berkata: Hadis ini matruk (tidak dianggap).
2. Hadis no 7: Nabi kunut dalam salat hanya sebulan saja
قَنَتَ رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم شهرًا يَدْعو على رِعْلٍ، وذَكْوانَ، وبَني فُلانٍ، وعُصَيَّةَ، عَصَوُا اللهَ ورسولَه. قال مَرْوانُ -يعني- فقلْتُ لأنسٍ: قَنَتَ عُمرُ؟ قال: عُمرُ، لا.
الراوي : أنس بن مالك | المحدث : شعيب الأرناؤوط | المصدر : تخريج المسند لشعيب
الصفحة أو الرقم : 13952 | خلاصة حكم المحدث : إسناده صحيح على شرط البخاري
التخريج : أخرجه البخاري (3064) مطولاً، ومسلم (677) باختلاف يسير
“Rasulullah SAW qunut selama satu bulan melaknat Ri’l, Dzakwan, Bani Fulan dan Ushayyah. Mereka menentang Allah dan Rasul-Nya. Marwan berkata, maksudnya aku bertanya kepada Anas: “Apakah Umar qunut?” Dia berkata: “Umar tidak qunut.”
Perawi: Anas Ibn Malik RA.
Muhaddis: Syuaib Al Arna’uth dalam kitab Takhrij Al-Musnad Li Syuaib, no hadis 13.952.
Hukum hadis: Isnad (para perawinya) shahih berdasarkan syarat Al-Bukhari. Bukhari meriwayatkan dengan hadis panjang no 3064. Demikian juga dengan Muslim hadis no. 677 dengan redaksi yang sedikit berbeda.
3. Hadis no. 17: Nabi kunut subuh hanya sebulan saja.
قَنَتَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ شَهْرًا بَعْدَ الرُّكُوعِ في صَلَاةِ الصُّبْحِ يَدْعُو علَى رِعْلٍ، وَذَكْوَانَ، ويقولُ: عُصَيَّةُ عَصَتِ اللَّهَ وَرَسولَهُ.
الراوي : أنس بن مالك | المحدث : مسلم | المصدر : صحيح مسلم
الصفحة أو الرقم : 677 | خلاصة حكم المحدث : [صحيح]
“Rasulullah SAW kunut selama satu bulan setelah ruku dalam salat subuh melanat Ri’il, Dzakwan dan berkata: para penentang Allah dan Rasul-Nya.”
Perawi: Anas Ibn Malik.
Muhaddis: Muslim dalam kitab shahihnya.
Status: Shahih
4. Hadis no. 4 keyword يقنت : Nabi dan para sahabat terutama Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali tidak kunut setelah nazilah selesai.
صلَّيْتُ خلفَ النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ فلم يَقنُتْ، وصلَّيْتُ خلفَ أبي بَكرٍ فلم يَقنُتْ، وصلَّيْتُ خلفَ عُمَرَ فلم يَقنُتْ، وصلَّيْتُ خلفَ عُثمانَ فلم يَقنُتْ، وصلَّيْتُ خلفَ عَليٍّ فلم يَقنُتْ. ثُمَّ قال: يا بَنيَّ، إنَّها بِدعةٌ.
الراوي : طارق بن أشيم الأشجعي | المحدث : ابن الجوزي | المصدر : تنقيح التحقيق
الصفحة أو الرقم : 2/429 | خلاصة حكم المحدث : [إسناده] صحيح
“Aku salat di belakang Nabi SAW maka beliau tidak kunut. Aku juga salat di belakang Abu Bakar maka beliau tidak kunut. Aku juga salat di belakang Umar maka beliau tidak kunut. Aku juga salat di belakan Utsman maka beliau tidak kunut. Aku juga salat di belakang Ali maka beliau tidak qunut. Kemudian dia berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya dia (kunut) adalah bid’ah.”
Perawi: Thariq Ibn Asyim Al-Asyja’i RA.
Muhaddits: Ibn Al-Jauzi dalam Tanqih At-Tahqiq, hal. 2 hadis no. 429.
Hukum hadis: sanadnya shahih.
Hadis-hadis qunut subuh
1. Hadis no 13 (keyword قنت): Nabi tetap kunut subuh sampai beliau wafat
قنتَ في الصبحِ حتى ماتَ
الراوي : أنس بن مالك | المحدث : الذهبي | المصدر : تلخيص العلل المتناهية.
“Rasulullah kunut subuh sampai beliau wafat.”
Perawi: Anas Ibn Malik RA.
Muhaddis: Adz-Zahabi dalam Takhlis Al-Ilal Al-Mutanahiyah, hadis no. 150.
Hukum hadis: Salah satu perawi dalam hadis ini, Abu Ja’far Ar-Razi adalah mutharib menurut Ahmad.
2. Hadis no. 15 keyword يقنت : Nabi kunut subuh sampai beliau wafat.
أنهُ لم يزلْ يقنتُ حتى فارقَ الدنيا
الراوي : أنس بن مالك | المحدث : ابن تيمية | المصدر : مجموع الفتاوى
الصفحة أو الرقم : 22/374 | خلاصة حكم المحدث : إسناده ضعيف
“Sesungguhnya beliau SAW senantiasa kunut sampai beliau wafat.”
Perawi: Anas Ibn Malik RA.
Muhaddis: Ibn Taimiyah dalam Majmu’ Al-Fatawa juz 22 hal 374.
Hukum hadis: Dhaif.
3. Hadis no. 58 keyword يقنت : Nabi qunut subuh sampai beliau wafat.
ما زال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم يقنُتُ في الفَجرِ حتَّى فارق الدُّنيا
الراوي : أنس | المحدث : يوسف المقدسي | المصدر : المقرر على أبواب المحرر
الصفحة أو الرقم : (1/ 295) | خلاصة حكم المحدث : فيه: أبو جعفر الرازي. قال النسائي: ليس بالقوي
“Rasulullah SAW senantiasa kunut subuh sampai beliau wafat.”
Perawi: Anas Bin Malik RA.
Muhaddis: Yusuf Al-maqdisi dalam Al-Muqarrar Ala Abwabil Muharrar, Juz 1 halaman 295.
Hukum hadis: dalam sanad hadis ini ada perawi bernama Abu Ja’far Ar=Razi. An-Nasa’i mengatakan bahwa dia (Ja’dar) adalah perawi yang lemah.
Pertanyaan saya, apakah saya harus pindah mazhab karena secara faktual bahwa hadis-hadis kunut subuh banyak didhaifkan oleh para ulama? Mohon pencerahannya dan terima kasih.
Wassalam.
Jawaban:
Wa’alaikumussalam Wr Wb.
Terima kasih atas pertanyaannya dan kami mencoba menjawab secara singkat sebagai berikut:
- Jika hanya melihat hadis-hadis tentang kunut subuh, tentunya kita mengatakan bahwa banyak para ulama yang berpendapat bahwa hadis-hadis tersebut adalah dhaif atau lemah. Tapi ingatlah, dhaif itu bisa ada kemungkinan benar, tidak mutlak salah. Dan perlu diingat juga, bahwa penilaian para ulama terhadap suatu hadis tidak seragam. Bisa jadi penilaian hadis tentang kunut subuh melalui website yang anda gunakan banyak dihukumi dhaif, namun tidak menutup kemungkinan bahwa hadis-hadis tersebut dinilai hasan bahkan sahih oleh para ulama lainnya.
- Mazhab Syafi’I menghukumi kunut subuh adalah sunah ab’adh dan disunahkan sujud sahwi jika meninggalkannya. Sekaliber Imam Syafi’i tentu tidak sembarang berijtihad. Bisa jadi ada hujjah yang menurut beliau kuat. Dalam menjelaskan alasan yang cukup detail mengapa mazhab Syafi’i menyunahkan qunut subuh. Silakan baca dengan detail hujjahnya dalam kitab yang disusun oleh Imam Nawawi yakni Al-Majmu’ Syarh Al-Muhaddzab.
- Perlu difahami bahwa ruang lingkup takhrij hadis adalah hanya untuk mengetahui suatu hadis dalam kitab-kitab hadis primer maupun sekunder. Takhrij biasanya hanya mengabarkan status hadis, status sanad dan matan saja. Takhrij tidak berbicara fikih. Adapun hukum fikih berdasarkan dalil-dalil hadis memiliki kaidah sendiri, berbeda dengan kaidah ilmu hadis. Untuk kita yang awam, sebaiknya tidak mengambil kesimpulan hukum fikih sendiri berdasarkan hadis-hadis yang kita takhrij. Untuk memahami hukum fikih, sebaiknya merujuk kitab-kitab fikih, bukan kitab hadis,
- Terbukti bahwa fikih tidak terlepas dari ikhtilaf para ulama, salah satu contohnya adalah kunut subuh. Untuk masalah khilafiyah ini, kita harus saling menghormati dan saling menghargai, tidak boleh saling menyalahkan dan merasa paling benar sendiri.
- Apakah Anda harus berhenti kunut subuh berdasarkan takhrij hadis yang Anda lakukan? Jawabannya tentu Anda sendiri yang menentukan berdasarkan jawaban yang kami sampaikan.
Demikian dan semoga bisa membantu.
Wallahu A’lam.
Foto : Freepik