Tugas manusia yang utama adalah beribadah kepada Allah. Ibadah artinya menyembah dan menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah. Menghambakan diri memiliki arti tunduk sepenuhnya terhadap perintah, keinginan, kehendak dan qada’ qadar Allah. Ada satu ayat dalam Al-Qur’an yang secara tegas mengatakan:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ.
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Zariyat: 56).
Salah satu contoh ibadah yang paling mudah dalam hal penyembahan kepada Allah adalah salat wajib 5 (lima) waktu.
Dengan mengetahui bahwa tujuan kita diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya, maka sejatinya hidup ini adalah menunggu waktu salat lalu kemudian melaksanakannya dengan benar. Jika sudah melaksanakan salat subuh misalnya, maka sejatinya kita akan menunggu waktu zuhur lalu salat zuhur, kemudian menunggu waktu asar dan begitu seterusnya.
Karena Allah Maha Rahman dan Rahim, sambil menunggu waktu salat, kita diberikan rezeki oleh Allah berupa makanan, minuman, harta dan kesenangan lainnya. Jabatan, kendaraan mewah, rumah bak istana, ladang bisnis dan sejenisnya hanya sebatas pelengkap dan hiburan belaka. Semua itu hanya kesenangan dan perhiasan dunia. Selain kesenangan, semua itu sekaligus ujian bagi manusia, apakah dia lebih tertarik dengan hiburan tersebut dan membuatnya lalai dari tugas pokoknya, yaitu ibadah kepada Allah.
Lalai itu tidak patut dan sangat berbahaya. Apa jadinya jika seorang supir, pilot atau masinis lalai berkendara? Apa jadinya jika seorang dokter lalai menangani pasien? Apa jadinya jika petugas penjaga pintu perlintasan kereta api lalai? Apa jadinya jika apoteker lalai membaca resep? Bahaya!
Jika ada seorang pegawai yang selalu mangkir dari kantor, apakah yang dilakukan pimpinan? Jika petugas security selalu tidur di saat piket malam, apakah yang dilakukan oleh orang yang menggajinya? Sanksi ringan mungkin hanya ditegur saja. Jika pelanggaran terulang, mungkin terkena SP 1 saja. Jika masih terus melakukan pelanggaran dan lalai bekerja, tentu karyawan tersebut dipecat bukan?
Lalu mengapa banyak orang yang merasa aman-aman saja jika lalai dalam salat? Seharusnya lalai mengerjakan salat sangat berbahaya! Bagi para pelanggar ibadah, Allah bisa saja memecat mereka menjadi manusia! Jika dipecat jadi manusia, kemungkinan bisa menjadi monyet, babi, kutu busuk kan?
Apakah para pelanggar kewajiban salat tidak ingat dengan ayat ini:
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ ﴿٤﴾ ٱلَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ ﴿٥﴾
“Maka celakalah orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya.” (Q.S. Al-Ma’un: 4-5).
Jika mendapat ancaman dari pimpinan takutnya setengah mati, mengapa tidak takut dengan ancaman Allah? Ora waras!
Jangankan meninggalkan salat, orang yang melaksanakan salat saja masih ada resiko ditolak. Jika salatnya benar dan sah dari segi fiqh, salatnya tidak bisa diterima jika dikerjakan dengan dasar riya, bukan ikhlas karena Allah.
Diantara penyebab lalai ibadah, antara lain:
- Buta syariat Islam. Hal ini disebabkan tidak mau belajar agama Islam sejak kecil.
- Kufur nikmat sehingga bekerja tanpa batas lalu meninggalkan ibadah
- Malas
- Tidak menjadikan agama sebagai prioritas, sehingga tidak peduli halal haram.
Diantara cara mencegah lalai ibadah, adalah:
- Perbanyak ilmu, terutama ilmu syariah.
- Banyak bersyukur kepada Allah
- Perbanyak zikir
- Lawan godaan setan
- Bergaul dengan orang-orang saleh.
Semoga kita semua selalu mengutamakan ibadah dalam kehidupan kita, aamiin.
Foto : Freepik