Oleh: Totok Hadi Fitoyo, M.Pd
Perjalanan Hari Kedua (Kamis, 4 Juli 2019)
Perjalanan kami ke Makassar dengan KM Nggapulu berlanjut, sekarang sudah hari ke-2 perjalanan. Seperti biasa kami bangun jam 04.00 waktu kapal, kemudian membantu persiapan shalat karena arah kiblat berubah sesuai dengan arah kapal. Setelah itu alhamdulillah kami diberikan kesempatan untuk berkenalan sekaligus memperkenalkan DD dan kajian ba’da subuh ke jamaah kapal.
Kemudian kami berkeliling di lambung kapal dan bertemu dengan pemuda berusia 24 tahun, ia sangat antusias bertanya dan bercerita tentang Islam serta pengalamannya selama kerja di kapal. Ia sedang perjalanan pulang ke Ambon.
Waktu-waktu shalat kami di kapal tidak terlaksana untuk menjadi Imam, karena sudah banyak ter-handle oleh Jamaah Tabligh. Kami hanya kajian satu dua kali dan dakwah individu ke lambung dan deck-deck kapal.
Hari Ke 3 (Jum’at, 5 Juli 2019)
Hari ketiga kapal tambah penuh, karena penambahan penumpang dari pelabuhan Surabaya, meskipun tempat tidur full, mereka tetap naik dengan memanfaatkan bagian-bagian yang bisa untuk dimanfaatkan. Atas penuhnya penumang kapal, shalat subuh yang biasanya dua kloter menjadi tiga bahkan sampai empat kloter. Alhamdulillah.
Karena penuh tersebut kami hanya silaturahim ke beberapa orang yang ada di masjid kapal saja, karena diluar sudah penuh sesak. Meski hanya di dalam masjid, antusiasnya tidak kalah dengan yang di luar. Ada yang bertanya tentang hal personal, curhat dll. Meskipun sedang dalam kondisi safar, di hari Jum’at masjid kapal tetap menyelenggarakan Shalat Jum’at, dengan ashar di jamak takdhim qoshor.
Selesai Shalat Jum’at, alhamdulillah makanan datang, kami sengaja menyatukan tiket kami dengan Jamaah Tabligh, karena makanan yang disediakan Pelni bisa langsung diambil tanpa harus mengantre, karena makannya barengan persis seperti di pesantren dulu. Hehe.
Setelah itu kami lebih banyak mengisi kegiatan di masjid dengan kajian atau berdiskusi dengan penumpang maupun Jamaah Tabligh. Karena tiga hari di kapal terasa lama, mungkin juga belum terbiasa bepergian dengan menggunakan kapal laut. Namun saya khususnya menikmati setiap detik momen berada di kapal. Alhamdulillah tepat 21.00 waktu kapal kami mendapatkan informasi bahwa kapal akan sampai di pelabuhan Makassar pukul 05.00, dan tepat pukul 04.30 subuh berkumandang, kami menunaikan dulu shalat subuh berjamaah, setelah itu berkesempatan silaturahim di ruang nahkoda kapal dan ketemu dengan kapten kapal, Bapak Labani namanya. Serta wakil kapten kapal Bapak Guntur.
Ada hal yang menjadi perhatian kami terkait kunjungan ke kapten dan wakil kapten, yaitu ada beberapa masukan dan saran yang diberikan untuk perbaikan serta kemajuan program ini ke depan, di antaranya untuk bisa disahkan dengan MoU dengan pelni kaitannya dengan program ini, sehingga minimal bisa mendapat diskon tiket serta penginapan yang baik untuk dai yang ditugaskan, kemudian bisa dipertimbangkan untuk bisa dikirimkan program serupa namun di bulan Ramadhan, entah seminggu atau dua minggu. Agar para penumpang bisa lebih terjadwal ibadahnya, karena biasanya kapal selalu diisi oleh Jamaah Tabligh, mungkin bisa lebih dikoordinasikan untuk kegiatan di masjid selama pelayaran. Supaya lebih semarak dan rapi, baik kajian maupun yang lain.
Terlepas dari itu semua, secara keseluruhan program ini baik, sangat membantu DKM masjid atau mushola kapal dalam mengelola tempat ibadah dengan baik, juga menjaga kebersihan tempat ibadah. Semoga ke depan semakin baik dan terus layarkan kebaikan hingga ujung negeri ini, pungkas kapten kapal, Bapak Labani.
Baca Juga: Perjalanan Hari Pertama (https://cordofa.org/menerjang-ombak-melewati-batas-mengarungi-samudra)