Kabar Terbaru

Menemukan Misi Hidup dan Mendesain ‘Good Life’ di Sekolah Dai Dompet Dhuafa

(Peserta Kelas Offline bersama Ustadz Harry Santosa; Dokumentasi Cordofa)

Ahad, (08/12/2019) – Mengawali Open Class perdana yang terbuka secara terbatas untuk peserta umum, Sekolah Dai Dompet Dhuafa menghadirkan Ustadz Harry Santosa (Pakar Fitrah Based Education) dengan membawa tema Workshop “Menemukan Misi Hidup dan Peran Peradaban”. Lebih kurang 50 orang terdaftar sebagai peserta Open Class perdana ini, yang terdiri dari 20 peserta offline (peserta didik Sekolah Dai dan umum) serta 30 orang peserta online (peserta umum). Workshop berlangsung selama empat sesi mulai pukul 09.00 s/d 17.30 wib bertempat di Sekolah Dai Dompet Dhuafa, Depok untuk offline dan di aplikasi zoom untuk online.

Sesi pertama diawali oleh Ustadz Harry Santosa dengan memaparkan konsep fitrah dan misi hidup. Di sesi pertama ini ustadz Harry memaparkan terkait perbedaan tujuan hidup (the purpose of life), tugas (mission of life), serta cita-cita (vision). Menurut Ustadz Harry, kebanyakan orang di Indonesia meletakkan visi di atas misi, dan menjadikan misi sebagai langkah-langkah untuk mewujudkan misi. Akan tetapi, beliau berpendapat sebaliknya. Misi berada di atas visi. Menemukan misi hidup jauh lebih penting daripada sekedar merumuskan visi. Misi hidup didesain oleh Sang Pencipta, sedangkan visi adalah cita-cita manusia yang dapat berubah. Di beberapa perusahaan luar negeri seperti Apple dan Google, mereka menempatkan misi sebelum visi. Misi selalu ditulis sebagai kata kerja. Misi Selalu tetap, sementara visi (cara untuk mencapai misi) dapat berubah-ubah. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwasanya terdapat delapan fitrah manusia yang selaras dengan misi hidupnya, yaitu: fitrah keimanan, fitrah belajar dan bernalar, fitrah bakat, fitrah seksualitas, fitrah individualitas & sosialitas, fitrah estetika dan bahasa, fitrah perkembangan serta fitrah jasmani. Pemahaman yang baik terhadap delapan aspek fitrah tersebut dapat membantu manusia untuk menemukan misi hidupnya.

Selanjutnya pada sesi kedua, Ustadz Harry memaparkan lebih jauh tentang bagaimana cara menemukan misi hidup yang sudah dipersiapkan oleh Allah swt melalui 8 aspek fitrah yang telah dipaparkan. Peserta dipandu dengan beberapa pertanyaan yang sudah disiapkan agar dapat memahami fitrah dan merumuskan misi hidupnya. Selain misi hidup pribadi, ustadz Harry juga memaparkan tentang misi keluarga (Family Mission) serta bagaimana menyelaraskan misi hidup personal dengan misi keluarga.

Menemukan misi hidup dan menuliskannya menjadi rencana hidup ternyata tidak mudah. Lantas, bagaimana jika belum mampu menemukan misi hidup?

Menurut ustadz Harry, usia 20-an tahun hingga maksimal usia 40 tahun, adalah jeda waktu yang dimiliki untuk menemukan misi hidup. Apabila belum menemukan misi hidup hingga hari ini, maka tak jadi soal. Terlebih dahulu kita dapat mendesain ‘good life’ sembari terus berupaya menemukan misi hidup kita. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka pada sesi ke tiga dan ke empat peserta dipandu untuk mendesai ‘good life’ dengan terlebih dahulu memetakan kondisi dari setiap aspek fitrahnya saat ini melalui tools fitrah based life wheel assesment. Diharapkan dengan adanya workshop satu hari ini, peserta dapat menjadi lebih bersemangat dan fokus dalam menemukan misi hidup serta mendesain ‘good life’ berbasis fitrah.

Jika untuk acara seminar atau event yang hanya hitungan hari saja kita begitu serius mempersiapkan, bukankah semestinya begitu serius pula kita mempersiapkan untuk hidup kita? (Adm-A)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *