Kabar Terbaru

Menemukan Sayang-Nya Lewat Ujian (Bagian 2)

Seperti yang saya kisahkan sebelumnya, banyak orang meragukan saya untuk meneruskan kuliah melihat kondisi saya yang sering kambuh. Akan tetapi, diluar akal sehat kita sebagai manusia, Allah antarkan saya untuk meraih apa yang saya inginkan bahkan melebih dari apa yang saya minta. Alhamdulillah, atas izin Allah saya lulus sarjana tepat waktu, serta bisa melanjutkan S2 dan lulus tepat waktu juga. Selain itu, disaat bersamaan dengan kuliah S2 saya, saya diterima di salah satu kementrian di Jakarta sebagai humas sesuai dengan bidang ilmu saya.

Tidak sedikitpun keberhasilan itu karena saya. Saya rasakan betul tubuh saya dan otak saya yang sering melemah ketika lupus datang. Belum lagi sisi psikologis saya yang juga sering diserang untuk tidak bertahan. Akan tetapi, lagi-lagi maha besar Allah yang mengirimkan banyak cahaya. Orangtua yang tiada henti-hentinya menyisipkan doa di setiap sujudnya, mengantarkan saya kapanpun saya butuhkan. Belum lagi teman-teman kuliah saya yang membantu saya dalam mengerjakan tugas dan masih banyak lagi yang berperan dalam keberhasilan saya. Maka nikmat mana lagi yang harus saya dustakan? Jikalau ujian ini tidak datang, mungkin saya tidak tahu siapa saja yang tulus menemani saya. Mungkin, saya tidak akan menghargai mereka. Masih banyak kemungkinan yang lain jika mau berpikir.

Untuk mendapatkan rasa syukur memang mahal. Terkadang kita harus ‘ditampar’ dulu dengan cobaan baru kita sadari betapa banyaknya nikmat Allah untuk kita. Bahkan untuk hal terkecil, bernafas. Ketika sehat, saya tidak sadar bahwa oksigen itu bagian dari rahmat bukan hanya sekadar zat biasa yang kita hirup. Barulah ketika sakit, saya merasakan betapa berharganya rahmat itu karena saya harus menghirup selang udara lewat oksigen. Banyak lagi hal lainnya yang saya lupakan. Walaupun sampai sekarang masih ada bisikan negatif agar saya berputus asa, tetapi tidak akan lama. Memang orang sakit itu rentan sekali dengan pikiran buruk. Demikianlah tugas setan untuk membuat kita berputus asa, merasuki aliran darah kita hingga kita pun diajak terbawa oleh ajakannya.

Namun, Alhamdulillah rasa sakit yang saya rasakan setiap lupus datang pun bisa lebih mudah saya tangani. Setelah saya faham bahwa saya harus mengobati hati saya terlebih dahulu, baru fisik. Saya mencoba untuk membawa Allah di setiap urusan. Misalnya, ketika saya terserang radang pembuluh darah. Rasa sakit yang menyerang luar biasanya, karena sakitnya saya harus terjaga selama seminggu tidak tidur. Banyak dari orang sholeh mengatakan untuk membacakan ayat suci Al-Quran di samping saya.

Subhanallah, atas izin Allah, rahmat itu terbukti. Setelah orang tua dan adik saya membacakan ayat Alquran terus menerus sepanjang hari, Allah kabulkan. Allah tenangkan jiwa saya, dan perlahan sakit saya hilang, saya bisa tertidur lelap. Memang hati adalah pusat dari semuanya, seperti sebuah ungkapan “obat yang mujarab adalah hati yang gembira.” Atau sebuah hadits Rasulullah yang mengatakan: “ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari & Muslim)

Hati saya milik Allah, begitu pun jasad ini. Semua yang saya punya pun dari Allah, dan saya akan kembali ke Allah. Sungguh karena itu, sampai sekarang pun saya merasa tidak pantas untuk menginspirasi sahabat-sahabat sekalian. Tidak sedikit pun saya merasa sudah bisa mejadi panutan yang baik. Saya juga masih terus belajar. Akan tetapi, saya berharap bisa menjadi satu cahaya dari jutaan cahaya yang sahabat punya. Agar kelak nanti di surga, jika sahabat tidak menemukan saya, sahabat bisa mengajak saya memasukinya.

Syafiah Sifa

18 November 1986 – 4 Maret 2016

“Yaa Ayyatuhannafsu Muthmainnah, Irji’i Ilaa Rabbiki Radiyatam Mardiyah, Fadkhuli Fii ‘ibadii, wad Khuli Jannati.” (QS Al Fajr: 27 – 30)

Alhamdulillah, kini Syafiah Sifa telah berpulang ke Rahmatullah pada Jumat, 4 Maret 2016 di Mekkah pada saat selesai menjalankan ibadah Umroh beserta keluarganya. Almarhumah disholatkan di Masjidil Haram ba’da Sholat Jum’at dan di makamkan di Pemakaman Sarayya di Mekkah. Sungguh indah hadiah yang Allah berikan kepada Syafiah Sifa, beliau sempat meminta maaf kepada orangtuanya, sempat bercanda dengan adiknya, melakukan thawaf sunnah dan sempat mentraktir makan orang tua dan adiknya sebelum terbaring lemah dan akhirnya berpulang. Masya Allah wal Hamdulilah, semoga almarhumah mendapatkan hadiah atas keikhlasan dan kesabarannya dalam menjalani hidup dengan Lupus yaitu tempat terbaik yakni Syurga dari Allah Subahanahu Wata’ala. Semoga sahabat dapat mengambil hikmah, manfaat dan pelajaran dari kisah ini. Semoga kita selalu dalam lindungan dan keberkahan serta rahmat Allah Subhanahu Wata’ala.

One thought on “Menemukan Sayang-Nya Lewat Ujian (Bagian 2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *