Nabi Ibrahim adalah kepala keluarga yang sangat patut dicontoh oleh siapa saja. Beliau adalah kepala keluarga yang mendahulukan ketaatan kepada Allah. Jika bukan karena mendahulukan ketaatan absolut kepada Allah, mana mungkin beliau sanggup melaksanakan perintah menyembelih anaknya sendiri. Ketaatan ‘ekstrim’ ini tentu karena cinta yang ‘ekstrim’ pula. Cinta kepada Allah dan rasul-Nya memang harus ekstrim. Ini yang susah. Jika sudah cinta kepada Allah, maka tidak ada cerita untuk membangkang perintah-Nya. Itulah Nabi Ibrahim, menjadikan cinta dan ketaatan sebagai standar pengelolaan keluarga.
Dan luar biasanya, Nabi Ibrahim memiliki istri dan anak yang juga sangat cinta kepada Allah. Jika bukan karena taat dan cinta kepada Allah, mana mungkin Nabi Ismail dan ibunya, Siti Hajar mau mengikhlaskan diri atas perintah penyembelihan itu. Singkatnya, keluarga Nabi Ibrahim adalah ‘uswah’ yang betul-betul nyata dalam sejarah kehidupan manusia. Semuanya ‘kompak’ untuk menjalankan perintah yang ekstrim itu! Begitulah keluarga yang cinta kepada Allah. Cinta dan ketaatan mereka kepada Allah adalah cinta total dan tidak nanggung!
Di lain kenyataan, ada saja keluarga yang tidak sama dalam hal ketakwaan dan kesalehan. Jika suami saleh, belum tentu istrinya juga salehah. Jika suami dan istri sama salehnya, belum tentu anaknya juga saleh. Jika anaknya saleh, belum tentu ayah atau ibunya juga saleh. Jika sudah begini, seorang ayah atau kepala keluarga harus berupaya lebih keras lagi agar seluruh anggotanya menjadi orang saleh. Seorang ayah dalam keluarga adalah pusat percontohan. Jika seorang ayah ingin anaknya rajin ke masjid, maka ayahnya haruslah lebih dulu rajin ke masjid. Jika seorang ayah ingin anaknya rajin membaca Al-Qur’an, maka ayahnya yang harus lebih rajin membaca Al-Qur’an di rumah, begitu!
Sadar atau tidak, keluarga Nabi Ibrahim selalu kita sebut pada saat tahiyat, khususnya tahiyat akhir. Begitu juga keluarga Rasulullah SAW. Hikmah dibalik itu adalah agar kita berupaya sekuat tenaga untuk meneladani keluarga Nabi Ibrahim dan keluarga Rasulullah SAW.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad, seperti rahmat yang Engkau berikan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahkanlah berkah kepada Nabi Muhammad beserta para keluarganya, seperti berkah yang Engkau limpahkan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, Engkaulah Tuhan yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia diseluruh alam.”
Wallahu A’lam.
Tim Cordofa.
Foto : Unsplash