Kabar Terbaru

Mendoakan Anak Jika Berangkat Safar

Mendoakan anak ketika hendak bepergian atau safar, memang sudah biasa. Bukan hanya ketika sang anak masih kecil atau dalam masa sekolah atau kuliah, tapi mendoakan mereka juga tentu dianjurkan walaupun mereka sudah  berumah tangga.

Bukan hanya mendoakan tentunya. Berpesan agar sang anak hati-hati dan waspada selama perjalanan juga sangat baik dilakukan, walaupun mereka sudah dewasa.
Kebiasaan baik ini, juga dicontohkan oleh Nabi Ya’qub AS saat melepas anak-anak mereka pergi menuju Mesir dalam rangka membeli makanan pokok (gandum). Negeri dimana Nabi Ya’qub saat itu  berada  (Kan’an, sekarang Palestina) tengah dilanda paceklik yang sangat hebat. Bukan hanya Kan’an, negeri-negeri sekitarnya juga mengalami hal sama, termasuk Mesir sendiri. Namun Mesir memiliki cadangan gandum selama 7 (tahun) dan selamat dari ancaman kelaparan.

Yang kita bahas kali ini adalah keberangkatan para putra Nabi Ya’qub kedua kali. Keberangkatan pertama mereka disambut sangat baik oleh bendahara Mesir yang sebetulnya adalah Nabi Yusuf AS, adik mereka sendiri, namun mereka tidak menyadarinya sama sekali.

Keberangkatan mereka pertama kali sangat sukses dan tidak ada kendala sama sekali. Namun Bendahara mesir berpesan kepada mereka agar membawa adik mereka (Benyamin) jika kembali datang ke Mesir untuk membeli gandum. Sang Bendahara mewanti-wanti agar mereka benar-benar membawanya, dan jika tidak, gandum tidak akan mereka terima.
Singkat cerita, mereka tiba di kampung halaman dan menceritakan pesan Bendahara Mesir kepada ayah mereka, Nabi Ya’qub AS. Mendengar pesan dan sarat tersebut, Nabi ya’qub tentu sangat keras menolak karena khawatir Benyamin tidak bisa kembali kehadapan beliau sebagaimana beliau dulu mengizinkan mereka untuk membawa Yusuf pergi menggembala kambing.

Karena berbagai bujukan dan alasan rasional yang dikemukakan anak-anak beliau agar Benyamin bisa ikut serta, akhirnya Nabi Ya’qub meminta mereka bersumpah untuk menjaga Benyamin dan membawanya kembali kehadapan beliau dengan selamat.
Sebelum berangkat ke Mesir kali kedua dan mengikutsertakan Benyamin, sang ayah berpesan agar mereka berhati-hati. Simak ayat berikut, Q.S. Yusuf ayat 67:

وَقَالَ يَٰبَنِىَّ لَا تَدْخُلُوا۟ مِنۢ بَابٍ وَٰحِدٍ وَٱدْخُلُوا۟ مِنْ أَبْوَٰبٍ مُّتَفَرِّقَةٍ وَمَآ أُغْنِى عَنكُم مِّنَ ٱللَّهِ مِن شَىْءٍ إِنِ ٱلْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُتَوَكِّلُونَ

“Dan dia (Yakub) berkata, “Wahai anak-anakku! Janganlah kamu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berbeda; namun demikian aku tidak dapat mempertahankan kamu sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan itu hanyalah bagi Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya pula bertawakallah orang-orang yang bertawakal.”

Beliau berpesan agar mereka tidak memasuki Mesir dari satu pintu secara bersamaan. Mesir di zaman itu mempunyai 4 pintu masuk yang bisa diakses oleh tamu-tamu dari berbagai negara. Beliau berpesan agar mereka secara berpencar masuk dari beberapa pintu yang berbeda. Menurut Jumhur mufassirin, pesan tersebut dimaksudkan agar mereka menghindari penyakit ‘Ain yang disebabkan pandangan mata orang-orang yang hasad terhadap mereka. Jika mereka memasuki pintu yang sama, tentu terlihat mencolok. Ketampanan dan penampilan mereka tentu berpotensi menimbulkan kedengkian bagi sebagian orang.
Penyakit ‘Ain adalah penyakit yang ditimbulkan karena pandangan orang yang dengki terhadap orang yang didengkinya. Penyakit ini memang nyata adanya. Banyak sekali hadis-hadis Rasulullah yang menyatakan demikian.

Rasulullah SAW pernah mendo’akan kedua cucu beliau, Al-Hasan dan Al-Husain agar terhindar dari penyakit ‘ain. Begitu juga kakek kita Nabi Ibrahim As mendoakan putra beliau, Nabi Ismail As dan Nabi Ishaq AS dari penyakit tersebut sebagaimana riwayat dari Imam Tirmidzi sebagai berikut :

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَوِّذُ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ يَقُولُ أُعِيذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ وَيَقُولُ هَكَذَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يُعَوِّذُ إِسْحَقَ وَإِسْمَعِيلَ عَلَيْهِمْ السَّلَام

“Dari Ibnu Abbas ia berkata; Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering mendoakan Hasan dan husain dengan mengucapkan:_ “U’IIDZUKUMAA BIKALIMAATILLAAHITAAMMAH MIN KULLI SYAITHAANIN WA HAMMAH, WA MIN KULLI ‘AININ LAAMMAH _(Aku melindungi kalian dengan kalimat Allah  yang sempurna dari setiap setan dan binatang berbisa serta ‘Ain (yang dengki).” Beliau juga bersabda: “Demikianlah dahulu Ibrahim melindungi Ishaq dan Isma’il ‘Alaihimus sallam.”_ (HR. Tirmidzi, Ibn Majah dan Ahmad).

Rasulullah SAW mengajarkan ruqyah untuk orang yang terkena penyakit ‘Ain sebagaimana beliau diajarkan oleh Jibril, sebagaimana hadis :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ جِبْرِيلَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ اشْتَكَيْتَ فَقَالَ نَعَمْ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ اللَّهُ يَشْفِيكَ بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ.

“Dari Abu Sa’id bahwa Jibril mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berkata; “Hai Muhammad, apakah kamu sakit? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Ya. Aku sakit. Lalu Jibril meruqyah beliau dengan mengucapkan;_
Bismillahi Arqiika Min Kulli Sya’in Yu’dziika, Min Syarri Kulli Nafsin Au ‘Aini Hasidin, Allahu Yasyfiika, Bismillaahi Arqiik.
(‘Dengan nama Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang menyakitimu dan dari kejahatan segala makhluk atau kejahatan mata yang dengki. Allah lah yang menyembuhkanmu. Dengan nama Allah aku meruqyahmu.’_ (HR. Muslim, Tirmidzi dan Ibn Majah)

Karena penyakit ‘ain ini disebabkan pandangan tajam dari mata pendengki, maka kita juga boleh membaca surat Al-Falaq agar terhindar darinya, karena di salah satu ayat dalam surat tersebut kita diajarkan oleh Allah untuk berlindung dari kejahatan orang yang dengki,

وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

“Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.” (Q.S. Al-Falaq : 5).

Kemudian Nabi Ya’qub melanjutkan pesannya :

وَمَآ أُغْنِى عَنكُم مِّنَ ٱللَّهِ مِن شَىْءٍ إِنِ ٱلْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُتَوَكِّلُونَ

“Aku  tidak dapat mempertahankan kamu sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan itu hanyalah bagi Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya pula bertawakallah orang-orang yang bertawakal.”_
Maksudnya adalah agar kalian berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari bahaya dan hal-hal buruk yang bisa saja menimpa kalian. Aku hanya mampu berpesan kepada kalian, wahai anak-anakku. Lain halnya jika Allah menakdirkan hal lain yang kita tidak bisa mengelak dari takdirnya. Oleh karena itu  bertawakallah kepada Allah sebagaimana orang-orang beriman bertawakal hanya kepada-Nya.

Salah satu hikmah dari ayat ini adalah agar kita memberikan pesan kepada anak-anak kita, keluarga kita, orang terdekat kita atau sahabat kita agar berhati-hati, waspada, berdoa dan tawakal ketika hendak melakukan safar (perjalanan) sebagaimana Nabi Ya’qub As berpesan kepada anak-anak beliau.

Selain doa diatas, boleh juga ditambah berupa doa kebaikan atau dengan doa-doa lainnya.

Wallahu A’lam.

 

Foto : Freepik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *