Kabar Terbaru

Memberi, Betapa Damaikan Hati

Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.”
(HR. Al Bukhori, Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’I, Ahmad dan Ad-Darimi)

Dakwah yang kita jalani, memang menuntut pada penyampaian warisan Nabi Muhammad Saw. Hanyasannya, penyampaian tidak terkotak pada kata yang terucap lisan, karena anggota badan tidak hanya satu bagian. Dan ketika memfungsikan tangan, seringkali kita merasa bertangan di atas, padahal hanya menebus tanggungan yang itu pun tak tuntas.

Para ulama menjelaskan, bahwa yang dimaksud tangan di atas adalah tangan yang memberi. Berdasarkan ketulusan dan kerelaan, bukan karena kewajiban ataupun keterpaksaan. Maka begitulah, membayar harga, menggaji pekerja, melunasi hutang, dan menunaikan zakat tidak terhitung sebagai “tangan di atas”.

Adapun “tangan di bawah” adalah peminta-minta. Dialah seorang yang kehilangan malu sehingga menengadahkan tangan pada makhluk yang dianggap mampu. Dialah seorang yang tak utuh keyakinannya pada jaminan rizqi dari Rabbnya.

Maka seorang mustahiq yang memang berhak atas zakat bukanlah “tangan di bawah” meski ia menyampaikan keperluannya pada para amil. Hal yang sama berlaku pada ia yang memerlukan namun tetap menjaga kehormatan dengan tidak meminta, meski ia tetap menerima pemberian berupa hadiah, hibah, bahkan shadaqah.

Pemahaman tentang siapa yang dimaksud “tangan di atas” dan “tangan di bawah” ini penting kiranya. Agar jangan sampai kita tergesa merasa berjasa ketika telah mengulurkan tangan untuk saudara. Agar jangan kita merasa lebih mulia dari mereka yang menerima bantuan, sebab merekalah yang membantu kita agar memperoleh kebaikan lebih besar dari Allah.

Imam Ibnu Al-Jauzy mengatakan, “Hajatmu pada pemberian Rabbmu, lebih besar daripada hajat orang yang kau bantu terhadap pertolonganmu.” Sebab sungguh dalam amal memberi, Allah-lah yang menganugerahi kita niat dalam hati, kemampuan di tangan, dan pahala usai pertolongan.

Betapa Dia Maha Mulia. Betapa kita amat beruntung bersebab Karunia-Nya. Dan betapa amat bahagianya kita sebab ada yang berkenan menjadi penerima, sebab kitalah yang pertama kali merasakan kebahagian atas kesempatan memberi yang kita peroleh. Dan yah, sejatinya kitalah yang paling berbahagia.

(M. Azzam/Cordofa)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *