Kabar Terbaru

Memanusiakan Manusia

 

13 Muharram 1442 H. Alhamdulillah Corps Da’i Dompet Dhuafa telah menggelar Majelis Ta’lim Online (MTO) Sesi ke-3 yang dilaksanakan secara daring melalui Aplikasi Zoom Meeting. Kegiatan MTO ini berlangsung selama 10 Hari berturut-turut yang di isi oleh Da’i-Da’i Ambassador Dompet Dhuafa yang pengalaman dakwahnya tidak bisa di ragukan lagi.

 

Pada Hari ke-3 ini, Cordofa menggagas tema tentang, “Memanusiakan Manusia“. Dengan Narasumber Ustadz Muhammad Azzam Sidqi, L.c. M.Si. beliau merupakan Da’i Ambassador Dompet Dhuafa, yang telah melanglang buana pengalamannya di dalam dan luar negeri.

Ta’lim Alhamdulillah berjalan dengan lancar, audiens mendengarkan dengan khidmat, karena pembawaan dan bahasa yang digunakan narasumber yang mudah dipahami dan dicerna.

Adapun isi tausiyah yang disampaikan pada MTO ini, beliau menyampaikan mengenai persoalan krisis kemanusiaan yang hari ini terjadi di seluruh pelosok bumi, yaitu manusia tidak melaksanakan hakikatnya sebagai manusia. Padahal jika di telisik lebih dalam makna atau arti dari manusia itu sendiri sunggu luar biasa, sehingga Allah swt mengabadikan dalam Al-Qur’an, bahkan beberapa menjadi sebuah nama surat dalam Al-Qur’an. Allah mengistilahkan manusia dalam Al-Qur’an dengan sebutan diantaranya :

Pertama, Al-Insan. Asal kata dari Insan berasal dari kata ‘’al-ins’’. Insan dapat diartikan lemah lembut, harmonis, tampak, atau pelupa. Kata ini digunakan dalam Al-Qur’an untuk menyampaikan tentang manusia yang kemanusiaannya secara totalitas Jiwa dan raga. Kata Al-Insan diabadikan oleh Allah sebagai nama salah satu Surat dalam Al-Qur’an “Al-Insan”.

 

Kedua, An-Nas. An-nas, disebutkan 241 kali di dalam 55 surah. Makna pada kata An-Nas ini adalah Taqorrub (Mendekat). Arti dari Taqorrub ini yakni dekat dengan pencipta, dengan Al-Qur’an, dengan Nabi.

Dalam al-Qur’an keterangan yang jelas menunjukkan pada jenis keturunan nabi Adam as. kata an-Nas menunjuk manusia sebagai makhluk sosial dan kebanyakan digambarkan sebagai kelompok manusia tertentu yang sering melakukan mafsadah (kerusakan).

Ketiga, Al-Basyar. Kata basyar ( بشير ) berasal dari akar kata bā syīn rā ( ب ش ر  ) yang derivasinya membentuk beberapa kata seperti basyar (manusia), basyarah(bagian luar kulit manusia), mubāsyarah(hubungan suami istri), bisyr (keceriaan wajah), busyrā (kabar gembira), basysyara (menampakkan hasil) dan lain-lain. Ibn Fāris (329-395H) menyatakan bahwa akar kata bā syīn rā memiliki arti dasar “muncul atau terlihatnya sesuatu bersama keindahan”. Dan dari makna dasar inilah makna-makna derivasi kata bā syīn rā disandarkan. Sedangkan makna dari basysyara adalah memberi kabar baik, namun terkadang juga digunakan untuk mengartikulasikan pemberian kabar buruk sebagai bentuk celaan (tabkīt). Contoh yang terakhir ini dapat dijumpai misalnya dalam Al-Qur’an surah Al ‘Imrān: 21.

Manusia dalam Al-Qur’an memiliki berbagai makna yang mendalam seperti istilah diatas. Makna-makna tersebut menjadi gambaran manusia hari ini, yang kemudian dapat dikategorikan menjadi beberapa macam kategori pula.

Allah SWT menciptakan makhluknya yaitu Jins dan Insan tertulis dalam Firman Allah Q.S Adz-Dzariat ayat 56, yang artinya : “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku”.

Namun kembali berbicara manusia, manusia memiliki hawa nafsu yang kerapkali manusia kalah oleh hawa nafsu syaitan. Ini kemudian menjadikan manusia tersebut berbeda-beda, ada yang taat adapula yang maksiat terhadap Allah.

Dalam proses memanusiakan manusia, manusia itu sendiri sebagai subjek dan juga objek perlu memahami lebih dalam apa makna diri dia sendiri (sesuai Al-Qur’an), dan apa tujuan hidupnya di dunia.

Manusia yang merupakan makhluk paling sempurna, ia memiliki akal, hati, berbagai macam indra, yang kemudian seharusnya dimaksimalkan dalam proses penghambaan (hablum minallah), dan proses hubungannya dengan manusia yang lain (hablum minannaas).

Pada dasarnya selama manusia hidup baik berkeluarga, beragama, berbangsa, tidak akan pernah mencapai kepuasan, kedamaian, ketentraman, dan kebaikan. Selama manusia itu masih dipenuhi keserakahan, ketamakan, kebencian, permusuhan dan daling menjatuhkan.

Tapi semua akan tercapai dan terwujud kebaikan ketika manusia satu dengan yang lainnya ia saling memanusiakan.

Demikian kurang lebih intisari dari ta’lim hari ini yang amat menggugah jiwa dari ustad Muhammad Azzam.

Akhiirul Qalam

 

Penceramah : Ustadz Muhammad Azzam Sidqi, L.c. M.Si

Moderator : Anggi Ramdani (Da’i Muda Cordofa)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *