Tidak sedikit orang memahami bahwa rezeki itu hanyalah sebatas materi semata. Maka pada kalangan masyarakat, ukuran kesejahteraan dipandang melalui seberapa banyak harta yang dimiliki. Padahal harta yang dimiliki belum berarti menjadi rezeki yang bisa dinikmati.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Rezeki adalah segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan yang diberikan Allah. Ada empat kunci untuk memhami konsep rezeki, yaitu segala sesuatu, dipakai, memelihara kehidupan, dan dari Allah.
Jika rezeki diartikan sebagai segala sesuatu, berarti tidak hanya mencakup pada satu hal. Jika demikian, rezeki itu memiliki keluasan. Keluasan rezeki ini tidak hanya identik pada harta belaka, tapi bisa berupa istri yang sholehah, pakaian yang menjaga kehormatan, dan lainnya.
Rezeki pun bukan hanya apa yang tengah dimiliki. Belum tentu keberlimpahan dan kemewahan adalah rezeki bagi pemiliknya. Untuk mengenal rezeki apa yang dimiliki ini, mari kita melihat kata kunci kedua, yaitu dipakai.
Dalam kata ‘dipakai’, berarti ada kenikmatan atau manfaat yang bisa dialami. Jika dalam keberlimpahan dan kemewahan itu ada manfaat yang dapat dialami, maka itulah rezeki. Contoh, seorang tuan mengundang seorang miskin ke rumahnya untuk makan siang bersama. Berbagai macam makanan lezat terhidang di meja. Lalu seorang tuan ini mempersilakan seorang miskin untuk menyantap makanan apapun yang ada di meja. Tapi seorang tuan ini hanya makan nasi putih dan air putih karena penyakit yang diderita.
Maka terlihat dari kisah itu, bahwa seorang tuan yang dapat membeli makanan lezat apapun, bukan berarti ia dapat mendapatkan rezeki itu. Ia tidak dapat menikmati atau menerima manfaat dari kekayaannya karena penyakit. Maka makanan lezat yang dibelinya itu bukanlah rezekinya.
Fungsi rezeki itu untuk memelihara kehidupan. Ini dapat menjadi jawaban poin pertama tentang ‘segala sesuatu. Segala sesuatu ini berhubungan erat dengan kebutuhan yang dapat dialami manfaatnya untuk memelihara kehidupan. Apapun itu.
Sekarang sudah jelas apa itu konsep rezeki. Kata kunci terakhir adalah sumber atau muara rezeki itu berasal, yaitu dari Allah. Ada empat tahapan dalam mendapatkan rezeki.
Pertama, Allah telah menjamin dan mengatur rezeki setiap makhluknya. Orang pengganguran saja masih bisa hidup.
Kedua, Allah akan memberikan rezeki sesuai dengan apa yang tengah dikerjakannya. Jadi konsep pertama itu menjamin, sedangkan yang kedua ini merupakan rezeki yang sebanding dengan apa yang ia kerjakan atau upayakan.
Ketiga, Alllah memberikan atau menambah kenikmatan bagi orang yang bersyukur. Sebagaimana Allah SWT berfirman,
“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jiwa kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Qs. Ibrahim: 7)
Keempat, Allah akan memberikan rezeki bagi orang-orang yang beriman. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Quran surah Ath-Thalaq ayat 2-3, bahwa, “…barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.
Itulah empat hal tentang sumber rezeki. Silakan berupaya untuk membuka keempat pintu rezeki itu. Dan ada satu lagi tentang rezeki, yaitu keberkahan. Keberkahan rezeki ini sangat unik. Sebab, meskipun rezekinya terlihat sedikit, tapi dapat mencukupi banyak hal. Itulah keberkahan. Maka jika rezeki itu sudah dijamin oleh Allah, yang perlu dilakukan adalah mencari berkah dalam rezeki itu. Jadikan rezeki itu sumber dari amal baik dan bekal untuk ibadah.
Baca Juga: Shalat Sebagai Penolong