Permasalahan kehidupan semakin bertambah dari masa ke masa. Hal ini tentunya menjadi perhatian para ulama dan umat Islam. Apa tujuannya? Simpel saja, agar umat Islam tidak salah di mata fikih. Umat Islam harus memahami mana yang halal dan mana yang haram. Jangan sampai salatnya sudah baik, sedekahnya sudah baik tapi melakukan perbuatan yang diharamkan syara’! Sayang banget kan, di depan ka’bah nangis-nangis tapi berangkat haji atau umrahnya dari hasil bisnis haram karena keawamannya!
Artikel ini bukan mengada-ada atau lebay! Tidak jarang penulis menerima konsultasi baik secara langsung atau tidak langsung mengenai masalah fikih yang penulis anggap sepele. Ada beberapa pertanyaan yang penulis anggap tidak mungkin keluar dari kalangan berpendidikan tinggi. Bagaimana tidak? Masa sih gelarnya Doktor bertanya masalah Fikih tingkatan Ibtidaiyah? Ini fakta! Bisa jadi masa kecilnya minim pembekalan ilmu fikih.
Jika ilmu fikih tingkat pemula saja awam, bagaimana dengan masalah fikih yang berkembang saat ini? Harusnya orang yang KTP-nya ada tulisan Islam, siapa pun dia, apapun jabatan dan profesinya, minimal sudah khatam Bab Taharah dari mulai mengenal macam air, aneka najis, SOP Istinja dan mandi wajib, Bab Wudu, Bab Salat, Bab Zakat dan Bab Puasa. Harusnya sudah ngelotok itu! Kalau mualaf sih maklumlah kita!
Zaman sekarang yang serba canggih ini bukan lagi ribut masalah kunut subuh, maulidan, tahlilan, celana cingkrang atau jenggot gondrong! Pembahasan masalah begituan sudah rampung dibahas oleh para ulama kelas berat zaman klasik! Yang seharusnya dibahas adalah permasalahan fikih zaman sekarang alias up to date. Fikih zaman klasik tidak pernah membahas masalah paylater, donor ginjal, dropshipping, dompet virtual, kloning manusia, hukum tembak di tempat untuk bandit, bank ASI, kredit emas dan lain-lain. Lebih baik sibuk bahas itu saja yang jelas-jelas ada zaman sekarang!
Rajin-rajinlah ke majelis taklim, baik yang ada di masjid-masjid atau di rumah guru-guru yang membuka kajian! Dan bagi pengusaha muslim sebaiknya mengadakan kajian di tempat usahanya! Belajar offline langsung bertemu guru lebih berkah dibanding googling atau buka youtube! Di majelis ilmu ada adabnya. Googling atau youtube terkadang tidak memperhatikan adab. Belajar kok pake celana pendek, selonjoran dan sambil makan kue gemblong! Di majelis ilmu ga mungkin bisa begitu!
Wallahu A’lam.
Tim Cordofa
Foto : Unsplash