Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW merupakan salah satu syi’ar Islam yang sudah sangat umum di dunia. Peringatan tersebut merupakan wujud syukur kepada Allah karena kelahiran dan diutusnya Muhammad Bin Abdullah sebagai nabi dan Rasulullah SAW.
Untaian syair-syair pujian nan indah yang berisi rangkaian sejarah dan akhlak beliau selalu dibawakan dengan nada-nada indah. Ada kumpulan riwayat Al-Barzanji, Ad-Diba’I, Simthud Durar, atau juga Syaraf Al-Anam begitu indah melukiskan akhlak dan kemuliaan Rasulullah SAW, terutama di saat Mahallul Qiyam (berdiri dalam rangka mempersembahkan shalawat dan salam ke hadirat baginda Nabi). Tabuhan hadrah nan merdu menggetarkan hati turut mengiringi lantunan para perindu dan pencinta kekasih Allah SWT.
Rangkaian syair puji-pujian (Madeh) tersebut tidak hanya dilantukan setahun sekali. Umumnya di negara kita, pembacaan Madeh tersebut seringkali dibawakan kapan saja. Ada yang merutinkan setiap malam Jum’at setelah Yasinan dan Tahlilan, selamatan menghuni rumah baru, kendurian dan lain-lain. Riwayat baginda Nabi selalu dibacakan walaupun berbahasa Arab dengan uslub yang sangat fasih. Tradisi dan syi’ar ini tidak akan pernah lekang sepanjang zaman.
Harapan besar yang bisa diambil dari peringatan maulid adalah menjadikan suri taulidan Rasulullah SAW dalam menjalani kehidupan sehari-hari umat Islam itu sendiri. Tradisi dan syi’ar maulid ini bisa menjadi refleksi umat Islam dalam menyikapi realitas sosial di masyarakat. Menyantuni fakir miskin, yatim, menyelamatkan generasi muda dari pergaulan bebas dan narkoba merupakan tindakan nyata dari cinta Nabi.
Mengkritik tanpa hujatan, santun dan jujur dalam berpolitik, santun dalam bersosial media, berlaku benar dalam menyikapi perbedaan juga merupakan bukti nyata kecintaan kepada Nabi. Cinta tanah air, penerapan keadilan sosial, toleransi terhadap umat beragama, amar ma’ruf nahi munkar juga bukti nyata cinta Nabi. Saling berlomba menorehkan prestasi juga wujud cinta Nabi. Menjaga lisan dan tangan dari menyakiti orang lain juga bukti cinta Nabi.
Semoga Maulid Nabi bukan hanya rutinitas seremonial tahunan belaka. Yang namanya syi’ar tentu bertujuan untuk memperlihatkan keindahan ajaran agama yang kita anut. Yang namanya syi’ar tentu bertujuan mensosialisasikan keistimewaan dan keindahan akhlak dan figur Rasulullah. Yang namanya syi’ar juga bertujuan untuk menunjukkan jati diri umat Islam yang sesungguhnya. Jangan hanya syi’ar saja tanpa pembuktian nyata.
Jika syiar belum klop dengan realita, tentu bukan syi’arnya yang salah. Bukan Maulid Nabinya yang salah, tapi lemahnya umat dalam menerapkan suri tauladan Rasulullah SAW.
Semoga Maulid Nabi tahun ini dapat kita laksanakan sebaik-baiknya dan merealisasikan suri tauladan Rasulullah SAW.
Selamat Memperingati Maulid Nabi Besar Muhammad SAW 1444 H.
Tim Cordofa
Foto: Unsplash