Kabar Terbaru

Mau Jadi Istri Seperti Siapa?

Ada beberapa diksi dalam Al-Qur’an untuk istri. Adakalanya dengan “zauj” dan adakalanya dengan “Imra’ah”. Walaupun hampir tidak ditemukan penjelasan atau penafsiran para ulama mengenai makna khusus dari diksi tersebut, namun sangat menarik untuk didiskusikan.

Jika diperhatikan lebih dalam Al-Qur’an lebih banyak menggunakan kata “zauj” untuk pasangan ideal. Sedangkan kata ‘imra’ah’ lebih kepada pasangan yang hanya terikat pada hubungan pernikahan saja, namun belum atau tidak mencapai kesempurnaan dalam berumah tangga.

Salah satu contoh yang paling jelas dan terlihat sangat kontras adalah ketika Al-Qur’an menggambarkan profil singkat Imra’ah Nuh AS, Imra’ah Luth AS dan Imra’ah Fir’aun sebagai berikut:

ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا لِّلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ٱمْرَأَتَ نُوحٍ وَٱمْرَأَتَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَٰلِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ ٱللَّهِ شَيْـًٔا وَقِيلَ ٱدْخُلَا ٱلنَّارَ مَعَ ٱلدَّٰخِلِينَ ﴿١٠﴾

Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Lut. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksaan) Allah; dan dikatakan (kepada kedua istri itu), “Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).” (Q.S. At-Tahrim: 10).

وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱمْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ٱبْنِ لِى عِندَكَ بَيْتًا فِى ٱلْجَنَّةِ وَنَجِّنِى مِن فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِۦ وَنَجِّنِى مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿١١﴾

Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir’aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim,” (Q.S. At-Tahrim: 11).

Kontras bukan? Lihat diksinya, “imraat, bukan zauj!”

Bagaimana buruknya profil Imra’ah Nuh dan Imra’ah Luth! Kok bisa mereka berkhianat kepada suami mereka yang jelas saleh dan nabi pula? Bagaimana bentuk pengkhianatannya? Simak penjelasan Al-Imam Jalaluddin Al-Mahalli melalui tafsir Jalalain:

“Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya dalam masalah agama, ternyata keduanya kafir dan adalah istri Nabi Nuh yang dikenal dengan nama Wahilah telah berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya Nuh ini adalah orang gila.” Sedangkan istri Nabi Luth yang dikenal dengan nama Wailah, memberikan petunjuk kepada kaumnya tentang tamu-tamunya, yaitu bahwa jika tamu-tamu itu tinggal di rumahnya, maka ia akan memberi tanda kepada mereka dengan api di waktu malam dan kalau siang hari dengan memakai asap.”

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa suami yang saleh belum tentu menjamin istrinya juga masuk surga. Suami yang saleh hanya mampu membimbing istrinya ke surga secara maksimal. Namun jika istrinya berkhianat dan membangkang kepada Allah, itu sudah menjadi pilihannya.

Untuk konteks sekarang, walaupun tidak sampai level murtad atau kafir, istri yang selingkuh dan berkhianat kepada suaminya, bisa dikatakan 11-12 dengan Imra’ah Nuh maupun Imra’ah Luth AS, naudzu billah!

Hal yang sangat kontras tentunya Imra’ah Fir’aun. Siapa yang tidak kenal Fir’aun, orang terbengis dan tersombong se-jagad raya. Betapa sabar dan kuatnya Imra’ah Fir’aun menghadapi suaminya. Simak pula penuturan Al-Imam Jalaluddin Al-Mahalli melalui tafsir Jalalain:

“Istri Firaun itu beriman kepada Nabi Musa, ia bernama Asiah. Lalu Firaun menyiksanya dengan cara mengikat kedua tangan dan kedua kakinya, lalu di dadanya diletakkan kincir yang besar, kemudian dihadapkan kepada sinar matahari yang terik. Bilamana orang yang diperintahkan oleh Firaun untuk menjaganya pergi maka, malaikat menaunginya dari sengatan sinar matahari (ketika ia berkata) sewaktu dalam keadaan disiksa (“Ya Rabbku! Bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga) maka Allah menampakkan rumahnya yang di surga itu, hingga ia dapat melihatnya, maka siksaan yang dialaminya itu terasa ringan baginya setelah melihat pahalanya (dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya) dari siksaannya terhadap diriku (dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim.”) yakni pemeluk agama Firaun. Setelah itu lalu Allah mencabut rohnya. Menurut Ibnu Kaisan, bahwa Siti Asiah diangkat ke surga dalam keadaan hidup, dan ia makan dan minum di dalam surga.”

Untuk konteks sekarang, istri yang bersabar menghadapi suami yang arogan dan tetap istikamah dalam beribadah, tentu mewarisi ketabahan Asiah, Imra’ah Fir’aun.

Wahai para istri, jadilah pasangan yang terbaik untuk suami. Contohlah istri-istri Rasulullah! Walaupun tidak dalam hidup bergelimang harta, namun ketakwaan yang utama. Jika ada prahara dalam rumah tangga, selesaikanlah dengan baik dan bersabarlah sebagaimana sabarmya Asiah, Imra’ah Fir’aun.

Wahai para suami, jadilah suami terbaik untuk istri. Teladanilah Rasulullah dalam berumah tangga. Lihatlah kelebihan yang dimiliki oleh istri, jangan lihat kekurangannya. Anda semua telah mengadakan perjanjian berat “mitsaqan ghaliza” saat akad nikah dan bertanggung jawab penuh untuk mengantarkan mereka dan anak-anak ke surga!

Wallahu A’lam.
Tim Cordofa

 

Foto : Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *