Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah menyebutkan bahwa masjid adalah sebaik-baik permukaan bumi, sedangkan permukaan bumi terburuk adalah pasar. Hal ini tidak terlepas dari kegunaan masjid sebagai tempat shalat, zikir, dan berbagai kebaikan lainnya yang kemudian mengundang berkumpulnya orang-orang yang baik serta datangnya para Malaikat.
Maka menjadi penting bagi setiap Muslim di manapun untuk memiliki fasilitas masjid yang akan menautkan hati-hati mereka sepanjang hari. Begitu pula di Athena, sebagai kota dengan jumlah Muslim minoritas, maka keberadaan masjid sudah menjadi keharusan. Masjid bagi seorang Muslim, ibarat kolam dan air bagi seekor ikan. Tidak sempurna keimanan seseorang, sehingga ia dapat membuktikan keimanannya dengan menghidupkan masjid, sebagaimana termaktub dalam surat at-Taubah ayat 18.
Athena sebagai ibukota Negara yang jumlah pemeluk Islamnya minoritas termasuk kota yang masih belum melegalkan pendirian masjid Oleh karena itu, umat Islam yang tinggal di Athena biasanya membangun masjid secara mandiri bersama komunitasnya. Hingga saat ini (Mei 2017), belum ada masjid yang berdiri secara formal dan diakui oleh pemerintah walikota Athena. Maka tidak mustahil jika masjid yang ada berbentuk ruko atau ruangan di bawah tanah, sehingga tidak mampak dari kejauhan bahwa ruangan tersebut berfungsi sebagai masjid.
Pada tanggal 2 Ramadhan 1438 H atau 29 Mei 2017, atas kerjasama KBRI Yunani dan Cordofa Dompet Dhuafa Republika, penulis berkesempatan untuk mengunjungi Masjid yang sudah cukup lama berdiri di Athena. Masjid tersebut bernama Masjid As-Salam, yang didirikan kurang lebih sekitar tahun 1990-an oleh seorang pendatang berkebangsaan Palestina yang bernama Shafik Rassas. Shafik sendiri datang ke Athena pada tahun 1980-an, dan beliau saat ini sudah meninggal dunia. Kepengurusan masjid kemudian dilanjutkan oleh anak kandungnya yang bernama Abed Shafik Rassas. Masjid ini didirikan karena adanya kebutuhan yang mendesak bagi komunitas Muslim untuk bisa melaksanakan shalat fardhu berjamaah. Lantai paling bawah dari bangunan 3 lantai dijadikan sebagai masjid.
Di tengah obrolan hangat antara penulis dan keluarga pendiri masjid As-Salam, ada satu permintaan yang unik bahwa di masjid ini sudah ada beberapa al-Qur’an yang berisi terjemahan berbagai bahasa, akan tetapi belum ada al-Qur’an yang memiliki terjemahan Bahasa Indonesia. Qadarullah, ternyata penulis membawa mushaf al-Qur’an di dalam tas yang berisi terjemahan Bahasa Indonesia. Spontan penulis menghadiahkan mushaf tersebut kepada Bapak Abed Shafek Rassas.
Setelah itu obrolan pun semakin hangat. Terkait kegiatan masjid as-Salam di bulan Ramadhan, Abed menyampaikan bahwa di antara kegiatan puncak di masjid ini adalah I’tikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Hal ini sudah menjadi kegiatan rutin yang terus-menerus dilanjutkan. Beliau juga menyampaikan bahwa di mana pun hidup dijalani, di situ setiap Muslim harus memperjuangkan Islam sesuai dengan situasi dan kondisinya. “Bumi Allah begitu luas, maka telusuri dan jelajahilah bumi yang luas itu”, demikian ucap beliau di penghujung bincang sederhana di Mihrab Masjid As-Salam. Semoga Allah memberikan keberkahan kepada setiap hamba-Nya di bulan yang mulia. (Ust. Abdul Ghoni, Dai Ambassador Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa) – Yunani)
Baca Juga: Silaturrahim ke Rumah Syekh Na’im al-Mashry, Ketua Moslem Association di Athena