Memasuki masa-masa akhir Ramadan, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para pemburu ampunan, pahala dan rahmah dari Allah. Mereka memacu semangat, berupaya keras dengan cara memperbanyak ibadah terutama pada malam-malam ganjil di 10 malam terakhir.
Rasulullah SAW bersabda:
Sunnah Rasulullah, ber’itikaf di 10 malam terakhir:
Untuk mendapatkan suatu yang bernilai besar, tentu harus dengan usaha yang besar pula. Lailatul Qadar itu malam besar, malam istimewa dan malam luar biasa. Para Malaikat turun ke bumi berdesakan pada malam itu dengan jumlah yang sangat banyak laksana sejumlah kerikil yang ada di planet bumi yang kita pijak ini. Sepanjang malam sampai Subuh, para Malaikat tidak berhenti mendoakan para hamba Allah yang sedang beribadah. MasyaAllah!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sudah pasti masuk surga saja begitu keras usahanya untuk memperoleh Lailatul Qadar. Beliau juga membangunkan keluarganya agar turut serta beribadah di malam itu. Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saja begitu, apalagi kita yang belum dipastikan masuk surga!
Mungkin tidak sedikit yang beranggapan bahwa satu-satunya cara untuk memperoleh Lailatul Qadar hanya dengan i’tikaf di masjid, selainnya tidak bisa. Yang benar tidaklah begitu. Jika i’tikaf di masjid adalah satu-satunya cara, lalu bagaimana dengan wanita haid, nifas, security yang piket malam, supir bus malam, orang yang sedang musafir atau mudik yang tidak biasa ke masjid? Apakah mereka tidak bisa mendapatkan malam mulia itu hanya karena tidak i’tikaf di masjid? Apakah malam teramat mulia itu hanya khusus bagi mereka yang mempunyai banyak waktu luang sehingga bisa i’tikaf di masjid?
Jika memang benar begitu adanya. kasihan sekali mereka! Kenyataannya tidaklah begitu. Lailatul Qadar diperoleh oleh hamba-hamba Allah yang banyak beribadah di malam itu. Ibadah bukan hanya i’tikaf. Dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an atau setidaknya memperbanyak zikir atau selawat, bisa saja mendapatkan malam Lailatul Qadar. Piket malam bisa sambil zikir. Menyetir bus atau mobil bisa sambil selawatan kan? Sambil jaga warung kopi juga bisa sambil tasbih, toh? Pokoknya asal bisa ibadah, tidak harus di masjid. Apakah harus begadang full? Tidak juga. Buktinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun pada malam hari dan membangunkan keluarga. Yang namanya bangun sudah pasti tidur dulu sebelumnya, iya kan?
Tidak ada alasan untuk tidak bisa memperoleh malam indah itu kecuali malas! Takut masuk neraka tapi ibadah ogah, gimana sih?
“Lih, masih ade beberape malem lagi nih! Kejar dah tuh lailatul qadr. Nonton bole lu kuat begadang semalem suntuk! Jangan maen HP mulu! Sono gi dah ke masjid, i’tikaf!” pesan Kong Ali kepada cucunya, Malih.
Wallahu A’lam.
Tim Cordofa