Tahukan sombong itu apa? Merasa diri lebih baik dari orang lain, itulah pengertian yang paling simple. Berusaha menjadi baik atau lebih baik itu memang suatu keharusan bagi setiap individu. Yang tidak boleh itu merasa lebih baik, lebih hebat atau lebih unggul sedangkan orang lain dianggap rendah atau hina.
Penyebab sombong itu banyak, bisa dari harta, ilmu, ketampanan atau kecantikan, jabatan dan lain-lain. Makhluk pertama yang melakukan kesombongan adalah Iblis karena merasa lebih baik dari Nabi Adam AS. “Ana Khairun Minhu” kata Iblis ketika ditanya oleh Allah perihal apa yang meyebabkan dia tidak mau sujud (menghormati) Nabi Adam AS.
Kesombongan bisa menular kepada siapa saja, termasuk kepada kiai atau ustaz, guru, dosen, politisi, artis bahkan orang susah sekalipun. “Ude blangsak, pake sombong lagi!” gerutu Kong Ali melihat orang yang sudah miskin tapi tidak mau shalat.
Lawannya sombong itu adalah Tawadhu’. Sifat ini juga bisa melekat pada siapa saja. Lihatlah salah satu sahabat Rasulullah yang bernama Anas Ibn Malik RA yang tergambar dalam hadis berikut:
عن أَنس رَضِيَ اللهُ عَنْه أَنَّهُ مَرَّ عَلَى صِبيَانٍ فَسَلَّم عَلَيْهِم وقَالَ :كَانَ النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَفْعَلُهُ )مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ(
“Dari Anas ra. bahwa ia berjalan melalui anak-anak, kemudian ia memberikan salam kepada mereka ini dan berkata: Nabi saw. juga melakukan sedemikian.” (Muttafaq Alaih).
Anas Bin Malik kurang saleh dan pinter? Beliau menjadi asisten pribadi Rasulullah selama 10 tahun. Kurang keren gimana ilmu, iman, takwa dan salehnya? Lihatlah! Beliaulah yang lebih dahulu memberikan salam kepada anak-anak! Ketika ditanya mengapa melakukan demikian, beliau menjawab: “Rasulullah juga melakukan demikian.” Melalui riwayat sahih ini, menunjukkan bahwa Rasulullah SAW makhluk terbaik di dunia ini merupakan pribadi yang sangat rendah hati alias tawadhu’.
Tidak perlu banyak mengutip hadis atau ayat Al-Qur’an untuk membahas cara sederhana agar tidak sombong. Satu hadis sahih di atas cukup menampar kita. Betul memang, yang harusnya memulai salam adalah yang lebih muda kepada yang lebih tua, murid kepada guru, ustaz, kiai atau syekh. Betul memang, yang harusnya lebih dulu memberi salam adalah bawahan kepada atasan. Itu betul, tidak salah! Itu kaidah yang memang sebagiannya bersumber dari hadis juga. Tapi untuk terapi agar kita bisa lebih berdamai dengan ego kita, sekali-sekali mengamalkan hadis dari Anas Ibn Malik RA dirasa cukup efektif.
Sekali-kali bisa seperti ini (ingat ya, sesekali, tidak mesti setiap saat ya!):
- Orang tua lebih dulu memberi salam kepada anaknya.
- Kiai, ustaz, guru lebih dulu memberi salam kepada murid-muridnya.
- Atasan lebih dulu memberi salam kepada bawahannya.
- Senior lebih dulu memberi salam kepada juniornya.
Ingat, tujuannya untuk melatih tawadhu dan menjauhi kesombongan yang mungkin bisa saja melekat pada diri kita masing-masing. Sayang sekali jika amal baik kita banyak, namun gagal masuk surga karena ada sifat sombong dalam diri kita. Ingat, yang memulai kebaikan tentu mendapat pahala lebih dari Allah SWT.
Selamat mencoba!
Wallahu A’lam.
Tim Cordofa
Foto : Unsplash