Hampir semua orang Islam mengenal kalimat dalam judul tulisan ini. Ya, kalimat tersebut namanya talbiah.
Sejak penulis kecil, kalimat talbiah ini sangat berkesan walaupun saat itu tidak mengerti apa artinya. Lebih mengesankan dan lebih merinding lagi ketika kalimat tersebut dibaca berbarengan oleh para calon jamaah haji dan jamaah yang hadir saat melepas mereka dari rumah.
Bagi pembaca yang pernah berhaji ataupun berumrah saja, tentu hafal sekali dengan kalimat talbiah. Lebih mengesankan lagi jika kita mengetahui kalimat tersebut langsung dari salah satu hadis berikut:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ تَلْبِيَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ (رواه البخارى).
Dari Abdullah bin ‘Umar RA bahwa sesungguhnya talbiyah Rasulullah SAW adalah: “Labbaikallahumma labbaik. Labbaika laa syariika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk. Laa syariika lak”. (“Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat milik-MU begitu pula kerajaan. Tidak ada sekutu bagi-Mu”). (HR. Bukhari).
Lafaz talbiah yang biasa diserukan oleh para jamaah haji atau umrah merupakan jawaban dari seruan Nabi Ibrahim AS atas perintah Allah agar manusia berhaji. Dalam beberapa kitab syarah hadis sahih bukhari, diantaranya karya Imam Al-Bathal, diterangkan sebagai berikut:
“Ketika Ibrahim As selesai membangun Ka’bah, beliau diperintahkan untuk menyerukan kewajiban haji kepada manusia. Beliau berkata: “Wahai Tuhan, bagaimana suaraku bisa sampai?” Allah berfirman: “Serukanlah dan Aku yang akan membuatnya sampai!” Lalu Ibrahim As menyeru kepada manusia tentang kewajiban berhaji ke Baitul ‘Atiq (Ka’bah). Seruan tersebut terdengar oleh penghuni langit dan bumi. Lalu datanglah manusia dari segala penjuru bumi sambil bertalbiyah.”[1]
Pantas saja hati kita bergetar setiap kali mendengar lafaz ini. Dari historinya saja memang luar biasa. Hal ini menandakan bahwa langkah pertama untuk menjalani perintah Allah adalah ketaatan, imani dan taati saja dulu, pasti ada hikmah dibalik itu. Lihatlah pula bagaimana Nabi Musa AS diselamatkan oleh Allah dari kejaran Firaun dan bala tentaranya. Andaikan Nabi Musa AS terlalu berpikir panjang dan ragu untuk memukulkan tongkatnya ke Laut Merah dan tidak mau memukulnya karena terlalu main logika, apa jadinya? Tentu tidak ada cerita sekelompok manusia yang berhasil menyeberangi lautan luas tanpa berenang!
Beruntunglah mereka yang mampu berhaji dan umrah. Selain limpahan pahala dan ganjaran surga bagi mereka yang ikhlas menjalankannya, mereka bisa langsung melihat ka’bah dengan kedua kelopak mata. Mereka bisa langsung menapakkan kaki di bukit safa dan marwah. Mereka bisa berwukuf di padang Arafah dan berziarah ke tempat-tempat lain yang penuh berkah.
Bagi kita yang belum sempat berhaji dan umrah, jangan kecil hati. Teruslah berdoa kepada Allah agar diberikan rezeki berhaji atau umrah. Doa terus saja, jangan berhenti. Karena tugas kita adalah ibadah, termasuk salah satunya adalah berdoa.
Sejatinya, talbiah adalah menjawab seruan karena ketaatan hamba kepada Allah. Jika kita belum diberi kesempatan untuk bertalbiah haji atau umrah, maka jawablah semua seruan Allah selain haji dan umrah. Menjawab azan dan segera pergi ke masjid untuk salat berjamaah juga talbiah! Membantu fakir miskin juga talbiah! Menuntut ilmu juga talbiah! Berlaku sopan kepada siapa saja, terutama kepada kedua orang tua juga talbiah. Ayo jawablah seruan Allah dalam kehidupan kita karena arti Labbaikallahumma adalah “kupenuhi panggilan atau seruan-Mu, Ya Allah!”
Semoga kita adalah umat yang selalu bertalbiah setiap hari, bukan hanya ketika haji dan umrah saja, aamiin.
[1] Lihat Syarah Shahih Al-Bukahri Li Ibn Batthal, Riyadh: Maktabah Ar-Rusy, t.t. Juz 4 Hal 222.